Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur mengantisipasi lonjakan penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang biasanya meningkat di akhir tahun seiring perubahan musim yang terjadi.

"Kami selalu waspada pada awal dan akhir tahun karena dua fase itu adalah rentang waktu terjadi perubahan musim," kata Kasi Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Tulungagung Didik Eka di Tulungagung, Selasa.

Tren peningkatan dimaksud setidaknya mulai terlihat dari jumlah kasus DBD pada Oktober yang mencapai 15 kasus. Jumlah itu meningkat dibanding bulan sebelumnya (september) yang hanya tiga kasus.

Menurut penjelasan Didik, perubahan cuaca mempengaruhi siklus pola hidup nyamuk aides aigepty, nyamuk pembawa virus dengue.

"Perubahan cuaca sangat mendukung perkembangbiakan nyamuk aides aigepty ini. Apalagi lokasi tempat penampungan air yang tidak diperhatikan, bisa jadi sarang. Misalnya saja, di pot bunga, air penampung dibalik kulkas dan lainnya," katanya.

Jika dilihat, dari data yang tercatat di Dinkes Tulungagung, untuk tahun 2019 dari bulan Januari hingga Oktober sudah tercatat 886 kasus.

Diperkirakan, jumlah tersebut bertambah jika tidak diimbangi kewaspadaan dengan melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan 3M-Plus.

Didik menyebut pada 2019 ini merupakan puncak siklus lima tahunan, dimana jumlah kasusnya meningkat tajam jika dibandingkan dua tahun sebelumnya, yakni pada 2017 yang tercatat sebanyak 128 kasus dan 2018 sebanyak 575 kasus.

"Siklus DBD di Tulungagung bisa empat atau lima tahun. Nah jika dilihat, tahun 2015 tercatat 919 kasus dan tahun 2016 tercatat 1019 kasus," paparnya.

Oleh karenanya, Didik mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kesadaran diri untuk lebih menjaga kesehatannya dari ancaman DBD dengan melakukan PSN dan 3M Plus.

Terutama di wilayah endemi DBD yang tersebar di empat kecamatan, yakni Kecamatan Tulungagung, Kedungwaru, Boyolangu dan Ngantru.

Empat wilayah ini menjadi daerah yang terdapat kasus DBD tertinggi, mengingat keempat kecamatan tersebut merupakan daerah padat penduduk.

"Untuk sementara ini dari 886 kasus, tercatat 14 kematian," katanya.

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019