Pemerintah Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, sedang menyiapkan modul Sepeda Keren, sebuah buku panduan yang berisi rencana jangka menengah dan panjang untuk penyelenggaraan pendidikan bagi perempuan disabilitas, anak dan kelompok rentan lainnya di wilayah tersebut.
"(Program) Sepeda Keren yang merupakan kependekan dari Sekolah Perempuan Disabilitas, Anak dan Kelompok Rentan lainnya ini diharapkan bisa lebih banyak mengakomodasi kelompok rentan ini dalam roda pembangunan secara lebih aktif," kata Ketua Penggerak PKK Kabupaten Trenggalek Novita Hardini di Trenggalek, Rabu.
Penyusunan modul itu dilakukan Pemkab Trenggalek bersama Kolaborasi Masyarakat dan Pelayanan untuk Kesejahteraan (KOMPAK). Kegiatan ini merupakan program kemitraan antara Pemerintah Indonesia dan Australia,
Disampaikan Novita, pembahasan finalisasi modul Sepeda Keren di salah satu hotel di Malang tersebut sempat berlangsung cukup alot. Hal itu dikarenakan terdapat beberapa perdebatan antar-para perumus yang hadir dalam pembahasan ini, khususnya menyangkut draft modul Sepeda Keren itu sendiri.
"Tujuan utama dari Sepeda Keren ini sendiri tujuannya untuk mendorong terwujudnya tata kelola pemerintahan desa yang inklusif, menyiapkan agen-agen perubahan dari kelompok rentan yang dapat mendorong terwujudnya pembangunan yang inklusif, mendorong partisipasi aktif kelompok rentan dalam setiap proses pembangunan, serta mendorong pengelolaan sumberdaya agar lebih berpihak kepada kelompok rentan," paparnya.
Baca juga: Unicef apresiasi kegiatan "Musrena Keren" di Trenggalek
Dengan begitu, lanjut Novita, wanita dan kelompok rentan lainnya lebih berdaya sehingga juga dapat berpartisipasi dalam perekonomian.
Dikonfirmasi terpisah, Manager Pemberdayaan Masyarakat dan Akuntabilitas Sosial KOMPAK Lilis Suryani menuturkan, pihaknya sudah berproses kurang lebih tiga bulan untuk menyiapkan modul Sepeda Keren ini dan difinalisasi dalam pembahasan bersama.
"Satu per satu modul tersebut kami sempurnakan, karena modul ini cukup kompleks yang di dalamnya terdapat modul dasar dan tematik," ujarnya.
Modul dasar Sepeda Keren ini misalnya mengenai tata kelola pemerintahan, apa itu sepeda keren, apa itu kepemimpinan perempuan, advokasi, komunikasi, monitoring dan evaluasi.
Sedangkan modul tematik ini misalnya tentang pendekatan terhadap kelompok-kelompok rentan, anak, disabilitas, buruh migran dan perempuan itu sendiri.
Harapannya modul-modul ini ke depan bisa disempurnakan dan di implementasikan oleh para mentor yang sudah direkrut oleh Pemerintah Kabupaten Trenggalek.
"Semoga akhir Oktober atau awal November kami sudah bisa mentransfer ilmu kepada para trainer atau memberikan pelatihan kepada pelatih (mentor-mentor yang sudah terpilih). Sehingga setelah kami meluncurkan programnya, mentor bisa melatih masyarakat di beberapa desa," lanjut Lilis.
Lilis mengakui dalam finalisasi modul terjadi diskusi yang cukup alot karena menurutnya pelatihan kepada mentor ini merupakan sebuah proses yang panjang namun berusaha untuk diperpendek menjadi 10 hari saja.
Dengan begitu, modul ini harus benar-benar matang dan mudah dipahami sehingga para mentor nantinya bisa menyerap ilmunya.
"Keterbatasan waktulah yang menyebabkan kami harus bisa cerdas memilih modul mana yang penting, bisa dan mudah diterima. Sehingga tadi terjadi tarik menarik untuk memilih dan memilahnya," ujarnya.
Meskipun cuma 10 hari, Lilis yakin para mentor yang terpilih nantinya bisa menyerap modul yang telah dipersiapkan tersebut.
"In syaa Allah akan mudah dipahami karena ada beberapa lembaga/ organisasi yang sudah mempraktekkan seperti SABDA yang bergerak di isu disabilitas; KPI yang bergerak di kebudayaan, perempuan dan Politik; PEKA yang bergerak di pemberdayaan perempuan di desa; SEKNAS FITRA di bidang advokasi anggaran dan tata kelola pemerintahan yang akuntabel; dan terus di dukung oleh KOMPAK yang mencoba mempertemukan dan mencoba menjahit temuan-temuan yang menjadi modul yang mudah untuk para mentor," tegasnya.
Mungkin 10 hari ini perlu ditindaklanjuti dengan pemantapan setelah mereka pelatihan. "Jadi tetap akan terus akan ditemani," tandas Lilis Suryani Manager Pemberdayaan Masyarakat dan Akuntabilitas Sosial KOMPAK ini.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
"(Program) Sepeda Keren yang merupakan kependekan dari Sekolah Perempuan Disabilitas, Anak dan Kelompok Rentan lainnya ini diharapkan bisa lebih banyak mengakomodasi kelompok rentan ini dalam roda pembangunan secara lebih aktif," kata Ketua Penggerak PKK Kabupaten Trenggalek Novita Hardini di Trenggalek, Rabu.
Penyusunan modul itu dilakukan Pemkab Trenggalek bersama Kolaborasi Masyarakat dan Pelayanan untuk Kesejahteraan (KOMPAK). Kegiatan ini merupakan program kemitraan antara Pemerintah Indonesia dan Australia,
Disampaikan Novita, pembahasan finalisasi modul Sepeda Keren di salah satu hotel di Malang tersebut sempat berlangsung cukup alot. Hal itu dikarenakan terdapat beberapa perdebatan antar-para perumus yang hadir dalam pembahasan ini, khususnya menyangkut draft modul Sepeda Keren itu sendiri.
"Tujuan utama dari Sepeda Keren ini sendiri tujuannya untuk mendorong terwujudnya tata kelola pemerintahan desa yang inklusif, menyiapkan agen-agen perubahan dari kelompok rentan yang dapat mendorong terwujudnya pembangunan yang inklusif, mendorong partisipasi aktif kelompok rentan dalam setiap proses pembangunan, serta mendorong pengelolaan sumberdaya agar lebih berpihak kepada kelompok rentan," paparnya.
Baca juga: Unicef apresiasi kegiatan "Musrena Keren" di Trenggalek
Dengan begitu, lanjut Novita, wanita dan kelompok rentan lainnya lebih berdaya sehingga juga dapat berpartisipasi dalam perekonomian.
Dikonfirmasi terpisah, Manager Pemberdayaan Masyarakat dan Akuntabilitas Sosial KOMPAK Lilis Suryani menuturkan, pihaknya sudah berproses kurang lebih tiga bulan untuk menyiapkan modul Sepeda Keren ini dan difinalisasi dalam pembahasan bersama.
"Satu per satu modul tersebut kami sempurnakan, karena modul ini cukup kompleks yang di dalamnya terdapat modul dasar dan tematik," ujarnya.
Modul dasar Sepeda Keren ini misalnya mengenai tata kelola pemerintahan, apa itu sepeda keren, apa itu kepemimpinan perempuan, advokasi, komunikasi, monitoring dan evaluasi.
Sedangkan modul tematik ini misalnya tentang pendekatan terhadap kelompok-kelompok rentan, anak, disabilitas, buruh migran dan perempuan itu sendiri.
Harapannya modul-modul ini ke depan bisa disempurnakan dan di implementasikan oleh para mentor yang sudah direkrut oleh Pemerintah Kabupaten Trenggalek.
"Semoga akhir Oktober atau awal November kami sudah bisa mentransfer ilmu kepada para trainer atau memberikan pelatihan kepada pelatih (mentor-mentor yang sudah terpilih). Sehingga setelah kami meluncurkan programnya, mentor bisa melatih masyarakat di beberapa desa," lanjut Lilis.
Lilis mengakui dalam finalisasi modul terjadi diskusi yang cukup alot karena menurutnya pelatihan kepada mentor ini merupakan sebuah proses yang panjang namun berusaha untuk diperpendek menjadi 10 hari saja.
Dengan begitu, modul ini harus benar-benar matang dan mudah dipahami sehingga para mentor nantinya bisa menyerap ilmunya.
"Keterbatasan waktulah yang menyebabkan kami harus bisa cerdas memilih modul mana yang penting, bisa dan mudah diterima. Sehingga tadi terjadi tarik menarik untuk memilih dan memilahnya," ujarnya.
Meskipun cuma 10 hari, Lilis yakin para mentor yang terpilih nantinya bisa menyerap modul yang telah dipersiapkan tersebut.
"In syaa Allah akan mudah dipahami karena ada beberapa lembaga/ organisasi yang sudah mempraktekkan seperti SABDA yang bergerak di isu disabilitas; KPI yang bergerak di kebudayaan, perempuan dan Politik; PEKA yang bergerak di pemberdayaan perempuan di desa; SEKNAS FITRA di bidang advokasi anggaran dan tata kelola pemerintahan yang akuntabel; dan terus di dukung oleh KOMPAK yang mencoba mempertemukan dan mencoba menjahit temuan-temuan yang menjadi modul yang mudah untuk para mentor," tegasnya.
Mungkin 10 hari ini perlu ditindaklanjuti dengan pemantapan setelah mereka pelatihan. "Jadi tetap akan terus akan ditemani," tandas Lilis Suryani Manager Pemberdayaan Masyarakat dan Akuntabilitas Sosial KOMPAK ini.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019