Puluhan warga terlihat saling berebut mendapatkan air sisa jamasan (pemandian) tombak pusaka Kanjeng Kiai Upas yang digelar di lingkungan Kanjengan, Kelurahan Kepatihan, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Jumat.
Timba atau wadah berukuran besar yang masih berisi air kembang diburu warga yang ingin mendapat "berkah" dan khasiat dari air jamasan yang diyakini bisa membuat orang yang meminumnya awet muda serta sehat.
"Percaya saja. Ini keyakinan warga sini yang sudah turun-temurun," kata Rindu Rikat, penganut aliran Budi Luhur yang terlihat ikut berebut air jamasan.
Tak hanya ibu-ibu dan orang tua yang berebut air jamasan, sejumlah remaja dan siswa sekolah tampak tak mau ketinggalan.
Meski tak semua faham maksudnya, mereka berharap sugesti yang diyakini memberi energi positif bagi kehidupan mereka.
"Itu berkat, makanan yang dibagikan usai jamasan juga memberi keberkahan," ujar Jiono, salah seorang warga.
Prosesi jamasan tombak pusaka Kiai Upas berlangsung diiringi seni tradisional yang dihadiri Bupati Tulungagung Maryoto Birowo dan Dandim 0807/Tulungagung Letkol Inf Wildan Bahtiar.
Diawali dengan iringan reog kendang yang dikawal barisan dayang dan pria berpakaian prajurit kerajaan, ritual dimulai dengan simbolis penyerahan air suci dari tujuh mata air untuk menjamas tombak pusaka Kiai Upas kepada Bupati Maryoto.
Usai serah terima, acara dilanjutkan dengan mengeluarkan tombak pusaka dari lokasi penyimpanan ke panggung yang telah disiapkan untuk kegiatan jamasan.
Dikonfirmasi usai kegiatan, Bupati Tulungagung Maryoto Birowo mengatakan ritual jamasan tombak pusaka Kiai Upas dilakukan sebagai wujud dan upaya pelestarian budaya daerah.
Tombak Kiai Upas merupakan peninggalan Bupati ke-4 Tulungagung Pringgo Koesoemo yang diyakini memiliki sejumlah kesaktian.
Selain memiliki peran penting dalam mengusir penjajah Belanda kala itu, tombak Kiai Upas diyakini bisa digunakan untuk sarana menghalau bencana banjir maupun marabahaya lain di wilayah Tulungagung.
"Dan pusaka ini telah diserahkan oleh keluarga Pringgo Koesoemo kepada pemkab untuk dirawat dan menjadi benda cagar budaya daerah yang harus dijaga dan dilestarikan," katanya.
Usai kegiatan jamasan, acara dilanjutkan dengan selamatan bersama yang diikuti ratusan warga dan sejumlah tokoh masyarakat dan pejabat OPD.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
Timba atau wadah berukuran besar yang masih berisi air kembang diburu warga yang ingin mendapat "berkah" dan khasiat dari air jamasan yang diyakini bisa membuat orang yang meminumnya awet muda serta sehat.
"Percaya saja. Ini keyakinan warga sini yang sudah turun-temurun," kata Rindu Rikat, penganut aliran Budi Luhur yang terlihat ikut berebut air jamasan.
Tak hanya ibu-ibu dan orang tua yang berebut air jamasan, sejumlah remaja dan siswa sekolah tampak tak mau ketinggalan.
Meski tak semua faham maksudnya, mereka berharap sugesti yang diyakini memberi energi positif bagi kehidupan mereka.
"Itu berkat, makanan yang dibagikan usai jamasan juga memberi keberkahan," ujar Jiono, salah seorang warga.
Prosesi jamasan tombak pusaka Kiai Upas berlangsung diiringi seni tradisional yang dihadiri Bupati Tulungagung Maryoto Birowo dan Dandim 0807/Tulungagung Letkol Inf Wildan Bahtiar.
Diawali dengan iringan reog kendang yang dikawal barisan dayang dan pria berpakaian prajurit kerajaan, ritual dimulai dengan simbolis penyerahan air suci dari tujuh mata air untuk menjamas tombak pusaka Kiai Upas kepada Bupati Maryoto.
Usai serah terima, acara dilanjutkan dengan mengeluarkan tombak pusaka dari lokasi penyimpanan ke panggung yang telah disiapkan untuk kegiatan jamasan.
Dikonfirmasi usai kegiatan, Bupati Tulungagung Maryoto Birowo mengatakan ritual jamasan tombak pusaka Kiai Upas dilakukan sebagai wujud dan upaya pelestarian budaya daerah.
Tombak Kiai Upas merupakan peninggalan Bupati ke-4 Tulungagung Pringgo Koesoemo yang diyakini memiliki sejumlah kesaktian.
Selain memiliki peran penting dalam mengusir penjajah Belanda kala itu, tombak Kiai Upas diyakini bisa digunakan untuk sarana menghalau bencana banjir maupun marabahaya lain di wilayah Tulungagung.
"Dan pusaka ini telah diserahkan oleh keluarga Pringgo Koesoemo kepada pemkab untuk dirawat dan menjadi benda cagar budaya daerah yang harus dijaga dan dilestarikan," katanya.
Usai kegiatan jamasan, acara dilanjutkan dengan selamatan bersama yang diikuti ratusan warga dan sejumlah tokoh masyarakat dan pejabat OPD.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019