Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan PGRI Ponorogo, Jawa Timur, atau yang populer dengan sebutan Kampus Literasi, menggagas pemberian penghargaan atau Anugerah Ronggowarsito kepada para penulis buku bertema sastra dan budaya berbahasa Indonesia dengan hadiah utama Rp100 juta.
"Ada dua hal yang menjadi poin dalam penghargaan ini, yakni nama Ronggowarsito dan jumlah hadiahnya yang menurut kami sangat besar, karena yang penghargaan yang selama ini ada hadiah utamanya sebesar Rp50 juta," kata Ketua Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Ponorogo Dr Sutejo, MHum kepada ANTARA di Surabaya, Senin.
Terkait Ronggowarsito, Stutejo mengemukakan bahwa ia merupakan tokoh besar di bidang sastra dan pernah hidup di Ponorogo untuk menimba ilmu di Pesantren Gebang Tinatur, Tegalsari. Ronggowarsito adalah pujangga terakhir dari Keraton Surakarta yang jejak karyanya tidak banyak diketahui di Ponorogo sendiri.
Padahal, kata pakar sastra yang juga budayawan ini, banyak jejak laku dan keilmuan gurunya ketika di Ponorogo, yakni KH Kasan Besari, yang ada dalam karya Ronggowarsito, seperti di Serat Wirid Hidayat Jati.
"Lewat anugerah ini kami ingin mengingatkan kebesaran Ronggowarsito yang juga memiliki rentetan sejarah di Ponorogo. Misi penghargaan ini adalah untuk menghidupkan roh dari kekaryaan Ronggowarsito. Kalau selama ini penghargaan besar untuk para penulis banyak diselenggarakan di kota besar, seperti Jakarta, maka kami ingin memelopori ini dari daerah," tuturnya.
Ia mengemukakan bahwa dengan penghargaan utama Rp100 juta itu bukan berarti STKIP PGRI Ponorogo kaya raya. Lewat program Sekolah Literasi Gratis (SLG) ini pihaknya ingin betul-betul menghargai karya intelektual, khususnya terkait dengan budaya dan sastra Indonesia. Selain pemenang utama, ada karya berkualitas yang masuk nominator juga akan diberikan penghargaan.
"Kami sudah mendeklarasikan diri sebagai kampus literasi setelah kami menggelar Sekolah Literasi Gratis (SLG) yang alumninya telah mencapai ribuan orang. Sebagai kampus literasi, kami tidak main-main untuk menghargai atau lebih tepatnya mengapresiasi karya," tutur penulis 48 judul buku ini.
Penggagas SLG STKIP PGRI Ponorogo ini mengatakan bahwa hadiah Rp100 juta itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan perjuangan para pegiat literasi dalam upaya menghasilkan sebuah buku.
"Kami ingin melakukan apa yang selama ini belum dilakukan orang, termasuk lewat SLG kami menghibahkan puluhan ribu buku kepada masyarakat, serta muhibah literasi," ujarnya.
Untuk menyeleksi buku yang masuk, STKIP PGRI Ponorogo akan melibatkan dewan juri yang terdiri atas Prof Dr Djoko Saryono (guru besar Universitas Negeri Malang) sebagai ketua, Maman S Mahayana (kritikus sastra terkemuka dari FIB Universitas Indonesia), Prof Dr Setyo Yuwono Sudikan (guru besar Universitas Negeri Surabaya), Arafat Nur (sastrawan asal Aceh dan penerima sejumlah penghargaan nasional) serta Dr Sutejo sendiri.
Sementara Kepala Humas STKIP PGRI Ponorogo Sapta Arif Nur Wahyudin mengatakan bahwa Anugerah Ronggowarsito ini merupakan bagian dari kegiatan SLG II yang akan dimulai Septermber 2019 dengan puncak kegiatan pada Mei 2020.
"Teknisnya, pengiriman buku dimulai November 2019 sampai Januari 2020, penjurian mulai Februari hingga April 2020 dan pengumuman pemenang pada Mei 2020. Syarat yang bisa diikutkan adalah buku yang memiliki ISBN dan terbit dalam dua tahun terakhir," katanya.
Alumni Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) yang juga penulis cerpen dan puisi ini mengatakan bahwa terkait tema, kini masih menjadi pembahasan di panitia, apakah akan menyandingkan antara karya fiksi dengan nonfiksi atau hanya karya fiksi saja.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019