Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Kota Surabaya mencatat jika saat ini banyak di antara peserta yang memilih untuk turun kelas, menyusul adanya informasi terkait rencana kenaikan iuran peserta.

Kepala BPJS Kesehatan Kota Surabaya Herman Dinata Miharja saat dikonfirmasi di Surabaya, Selasa, mengatakan, jika dalam sehari kunjungan ke kantor BPJS Kesehatan Surabaya sebanyak 600 orang, namun beberapa waktu terakhir ada peningkatan.

"Namun, saat informasi kenaikan iuran itu berhembus, kunjungan peserta meningkat menjadi 700 sampai dengan 800 orang. Di antaranya memilih untuk turun kelas," katanya.

Ia menjelaskan, pilihan peserta untuk turun kelas memang diperbolehkan, asalkan sudah menjadi peserta minimal selama setahun.

"Akan tetapi, yang harus diingat kalau peserta itu turun kelas, maka pelayanan yang diberikan juga akan berbeda," katanya.

Ia mengakui saat ini dari total 2,9 juta penduduk di Surabaya, sudah sekitar 88 persennya yang diakuisisi menjadi peserta.

"Kami optimistis pada akhir tahun nanti akan ada peningkatan sampai dengan di atas 90 persen. Hal itu, ditunjang oleh Pemerintah Kota Surabaya yang membantu pendaftaran kepada keluarga kurang mampu di wilayah setempat," ucapnya.

Ia mengatakan, sampai dengan Juli 2019, nilai klaim yang sudah dikeluarkan BPJS Kesehatan Surabaya mencapai Rp1,9 triliun. Jumlah itu jauh dari jatah penerimaan sebesar Rp923 miliar.

"Salah satu faktor tingginya klaim tersebut karena di Surabaya banyak rumah sakit besar yang menjadi rujukan dari rumah sakit lainnya di wilayah lain," ucapnya.

Tingginya pengeluaran ini, lanjut dia, juga dibarengi dengan masih banyaknya peserta yang menunggak iuran, yakni sebanyak 136 ribu peserta.

"Oleh karena itu, kita mendorong para peserta yang masih menunggak iuran segera menyelesaikan kewajibannya. Karena sistem yang digunakan oleh BPJS Kesehatan ini adalah subsidi silang, yang sehat membantu yang sakit, atau yang kaya membantu yang miskin," katanya.

Di sisi lain, Agus Supriyanto, salah satu peserta yang datang ke Kantor BPJS Kesehatan mengatakan jika dirinya menolak kenaikan jumlah iuran itu.

"Untuk kelas tiga saja iuran Rp25.500 akan dinaikkan menjadi sekitar Rp42 ribu. Itu kan sangat memberatkan, belum lagi jumlah anggota keluarga banyak," katanya.

Pewarta: Indra Setiawan

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019