Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Kabupaten Madiun, Jawa Timur, menemukan 36 kasus baru penderita HIV/AIDS di wilayah setempat selama bulan Januari hingga Maret 2019.
"Total jumlah penderita HIV/AIDS di wilayah Kabupaten Madiun sejak ditemukan pertama kali tahun 2002 hingga Maret 2019 mencapai 717 orang. Dari jumlah itu, ada 438 penderita HIV, sedangkan sebanyak 279 orang merupakan penderita AIDS," ujar Sekretaris Umum KPAD Kabupaten Madiun Agrim Churnia kepada wartawan di Madiun, Senin.
Menurut dia, kasus HIV/AIDS di wilayahnya merupakan fenomena gunung es, dimana, kasus yang terungkap hanyalah bagian luarnya saja.
Karena itu, katanya, deteksi dini penting dilakukan agar penderita stadium awal dapat terdeteksi lebih cepat dan mendapat penanganan.
"Kalau terdeteksi sejak awal dan mengonsumsi ARV HIV tidak akan menjalar hingga stadium akhir," kata dia.
Guna meningkatkan deteksi dini, pihaknya intensif melakukan kampanye kesadaran diri untuk memeriksakan ada tidaknya paparan virus HIV di tubuh melalui klinik VCT. Khususnya di lokasi yang masuk kategori risiko tinggi.
Pihaknya juga menginginkan agar ada kewajiban VCT bagi seluruh pasien yang menjalani rawat inap di rumah sakit daerah setempat. Pertimbangannya, penyakit HIV akan berubah AIDS jika disertai penyakit penyerta.
"Contohnya adalah TB yang terlihat mencolok. Penderita TB setelah di-VCT ternyata sudah positif AIDS," katanya.
Ia menambahkan, jajaran KPAD tidak hanya fokus kampanye tentang pentingnya kesadaran untuk memeriksakan diri ke klinik VCT, namun juga fokus ke keluarga ODHA agar dapat menerima anggota keluarganya yang terkena HIV/AIDS .
"Sebab jika keluarga tidak menerima akan menimbulkan gejolak psikologis yang mengakibatkan ODHA depresi hingga berbuat nekat," tambahnya.
Adapun, sesuai data, penularan HIV/AIDS di Madiun didominasi akibat hubungan seksual bukan dengan pasangan yang sah.
Penularan lainnya disebabkan dari ibu rumah tangga yang tertular HIV/AIDS dari suaminya. Kemudian, wanita pekerja seks langsung (WPSL), jarum suntik narkoba, kaum gay, waria, kelahiran, dan wanita pekerja seks tidak langsung. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
"Total jumlah penderita HIV/AIDS di wilayah Kabupaten Madiun sejak ditemukan pertama kali tahun 2002 hingga Maret 2019 mencapai 717 orang. Dari jumlah itu, ada 438 penderita HIV, sedangkan sebanyak 279 orang merupakan penderita AIDS," ujar Sekretaris Umum KPAD Kabupaten Madiun Agrim Churnia kepada wartawan di Madiun, Senin.
Menurut dia, kasus HIV/AIDS di wilayahnya merupakan fenomena gunung es, dimana, kasus yang terungkap hanyalah bagian luarnya saja.
Karena itu, katanya, deteksi dini penting dilakukan agar penderita stadium awal dapat terdeteksi lebih cepat dan mendapat penanganan.
"Kalau terdeteksi sejak awal dan mengonsumsi ARV HIV tidak akan menjalar hingga stadium akhir," kata dia.
Guna meningkatkan deteksi dini, pihaknya intensif melakukan kampanye kesadaran diri untuk memeriksakan ada tidaknya paparan virus HIV di tubuh melalui klinik VCT. Khususnya di lokasi yang masuk kategori risiko tinggi.
Pihaknya juga menginginkan agar ada kewajiban VCT bagi seluruh pasien yang menjalani rawat inap di rumah sakit daerah setempat. Pertimbangannya, penyakit HIV akan berubah AIDS jika disertai penyakit penyerta.
"Contohnya adalah TB yang terlihat mencolok. Penderita TB setelah di-VCT ternyata sudah positif AIDS," katanya.
Ia menambahkan, jajaran KPAD tidak hanya fokus kampanye tentang pentingnya kesadaran untuk memeriksakan diri ke klinik VCT, namun juga fokus ke keluarga ODHA agar dapat menerima anggota keluarganya yang terkena HIV/AIDS .
"Sebab jika keluarga tidak menerima akan menimbulkan gejolak psikologis yang mengakibatkan ODHA depresi hingga berbuat nekat," tambahnya.
Adapun, sesuai data, penularan HIV/AIDS di Madiun didominasi akibat hubungan seksual bukan dengan pasangan yang sah.
Penularan lainnya disebabkan dari ibu rumah tangga yang tertular HIV/AIDS dari suaminya. Kemudian, wanita pekerja seks langsung (WPSL), jarum suntik narkoba, kaum gay, waria, kelahiran, dan wanita pekerja seks tidak langsung. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019