Kepolisian Derah Jawa Timur menyebut pelaku kasus pembunuhan guru honorer, Budi Hartanto (28) dengan cara mutilasi dan mayatnya diletakkan dalam koper di Blitar tidak menggunakan satu senjata.

"Itu tidak dilakukan dengan satu senjata. Satu alat pemotong, bisa saja pisau dan lain-lain," kata Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mangera di Surabaya, Senin.

Polisi menemukan fakta bahwa sebelum meninggal dunia, korban Budi Hartanto mengalami penangkisan di bagian kiri dan kanan.

Sementara untuk pemotongan bagian leher juga dilakukan pelaku saat korban telah meningal dunia sebagai upaya menghilangkan jejak.

"Jadi ada dua upaya, pertama untuk menghilangkan jejak dan yang kedua ternyata kopernya tidak muat kalau lehernya tidak dipotong. Sehingga dilakukan pemotongan," ucap Barung.

Fakta-fakta itu, lanjut Barung didapatkan polisi dari hasil pemeriksaan di laboratorium dan forensik (labfor) Polda Jatim.

Polisi menduga kasus pembunuhan dan mutilasi itu sudah direncanakan oleh pelaku sebelumnya. Pasalnya, korban tidak siap untuk menghadapi kejadian itu.

"Terlihat luka penyerangan, dia langsung menangkis. Itu ada suatu persiapan alat yang digunakan yang bersangkutan untuk melakukan pembunuhan," katanya.

Sebelumnya warga Blitar digegerkan penemuan mayat dalam koper di antara semak-semak dekat sungai, tepatnya di bawah jembatan Desa Karanggondang, Kecamatan Udanawu, Blitar, Rabu (3/4). Koper warna hitam itu ditemukan pencari rumput di desa sekitar.

Saat ditemukan, di dalam koper terdapat sesosok mayat yang tidak memakai kain sehelai pun. Mayat tersebut ditemukan tanpa kepala, yang hingga kini potongan tubuh korban belum juga ditemukan.(*)

Pewarta: Willy Irawan

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019