Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir membekali mahasiswa penerima program beasiswa Bidikmisi dengan "PKB" yang kepanjangannya dalam bahasa Jawa yakni pinter, kendel, dan bener (pandai, berani, dan benar).
"PKB itu bukan nama partai politik, istilah dalam bahasa Jawa yakni pinter, kendel lan bener yang artinya pintar, berani dan benar. Jika ketiganya dilakukan, maka insyaallah akan berhasil dalam studi dan meniti karir," kata Nasir saat memberikan kuliah umum kepada mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi dari perguruan tinggi negeri dan swasta di Gedung Soetardjo, Kampus Tegalboto Universitas Jember (Unej) di Jawa Timur, Minggu.
Guru besar Akuntansi itu memberikan kuliah umum bertema "Peningkatan Soft Skills Mahasiswa Program Bidikmisi dalam Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0" kepada ribuan mahasiswa dari Universitas Jember, STIE Mandala, Politeknik Negeri Jember, dan Universitas Islam Jember (UIJ).
"Saya ingin jelaskan filosofi dari 'PKB' itu karena saya yakin semua penerima beasiswa Bidikmisi adalah anak-anak yang pintar dan itu menjadi modal besar dalam mengikuti perkuliahan, namun modal kepintaran juga harus didukung oleh keberanian untuk terus maju dan harus ingat bahwa keberanian itu harus dilandasi oleh kebenaran, utamanya sesuai dengan ajaran agama," katanya.
Menristekdikti kemudian memberikan contoh profil para penerima beasiswa Bidikmisi yang sudah berhasil seperti Ulfa Nurjannah dari Universitas Negeri Semarang yang sukses berbisnis makanan cumi-cumi krispi, kemudian Syahrir dari Politeknik Negeri Ujung Pandang dengan produksi es krimnya.
Mahasiswa penerima bidik misi juga ada yang melanjutkan sekolahnya ke luar negeri seperti Rachmad Adi Riyanto yang menerima beasiswa Bidikmisi di Universitas Sebelas Maret dan kini tengah kuliah doktoral di Jepang, serta Ujang Purnama dari ITB meneruskan doktoralnya di Oxford University di Inggris.
"Jangan lupa para pengusaha muda seperti Nadiem Makarim yang merupakan CEO Go-Jek, Achma d Zaky CEO Buka Lapak dan inovator start up sukses lainnya yang kini jadi Unicorn meniti usahanya sejak awal dari kampusnya masing-masing. Jadi ayo mahasiswa Bidikmisi, tunjukkan prestasimu," katanya memberikan semangat kepada mahasiswa yang hadir.
Mantan Rektor Universitas Diponegoro itu mengatakan Revolusi Industri 4.0 yang digerakkan oleh kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) membawa dampak positif sekaligus negatif. Salah satunya, bakal hilangnya pekerjaan tertentu yang akan digantikan kecanggihan internet of things (IOT), kecerdasan buatan dan aplikasi lainnya.
"Oleh karena itu, dunia perguruan tinggi dihadapkan pada tantangan mempersiapkan mahasiswa untuk pekerjaan yang kini mungkin belum ada, menggunakan teknologi yang belum diciptakan untuk menyelesaikan masalah yang belum eksis," katanya.
Untuk itu, lanjut dia, perguruan tinggi dituntut mendidik mahasiswa yang berkualitas, kompetitif, berkarakter, terampil dan memiliki semangat berwirausaha, sehingga mahasiswa harus mendapatkan bekal literasi data, literasi TIK, dan literasi kemanusiaan.
"Dosen dan mahasiswa harus jadi pembelajar sepanjang hayat. Perkuat soft skill, sebab kemampuan dan keterampilan di banyak hal bakal mendukung latar belakang keilmuan yang ditekuni," ujarnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
"PKB itu bukan nama partai politik, istilah dalam bahasa Jawa yakni pinter, kendel lan bener yang artinya pintar, berani dan benar. Jika ketiganya dilakukan, maka insyaallah akan berhasil dalam studi dan meniti karir," kata Nasir saat memberikan kuliah umum kepada mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi dari perguruan tinggi negeri dan swasta di Gedung Soetardjo, Kampus Tegalboto Universitas Jember (Unej) di Jawa Timur, Minggu.
Guru besar Akuntansi itu memberikan kuliah umum bertema "Peningkatan Soft Skills Mahasiswa Program Bidikmisi dalam Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0" kepada ribuan mahasiswa dari Universitas Jember, STIE Mandala, Politeknik Negeri Jember, dan Universitas Islam Jember (UIJ).
"Saya ingin jelaskan filosofi dari 'PKB' itu karena saya yakin semua penerima beasiswa Bidikmisi adalah anak-anak yang pintar dan itu menjadi modal besar dalam mengikuti perkuliahan, namun modal kepintaran juga harus didukung oleh keberanian untuk terus maju dan harus ingat bahwa keberanian itu harus dilandasi oleh kebenaran, utamanya sesuai dengan ajaran agama," katanya.
Menristekdikti kemudian memberikan contoh profil para penerima beasiswa Bidikmisi yang sudah berhasil seperti Ulfa Nurjannah dari Universitas Negeri Semarang yang sukses berbisnis makanan cumi-cumi krispi, kemudian Syahrir dari Politeknik Negeri Ujung Pandang dengan produksi es krimnya.
Mahasiswa penerima bidik misi juga ada yang melanjutkan sekolahnya ke luar negeri seperti Rachmad Adi Riyanto yang menerima beasiswa Bidikmisi di Universitas Sebelas Maret dan kini tengah kuliah doktoral di Jepang, serta Ujang Purnama dari ITB meneruskan doktoralnya di Oxford University di Inggris.
"Jangan lupa para pengusaha muda seperti Nadiem Makarim yang merupakan CEO Go-Jek, Achma d Zaky CEO Buka Lapak dan inovator start up sukses lainnya yang kini jadi Unicorn meniti usahanya sejak awal dari kampusnya masing-masing. Jadi ayo mahasiswa Bidikmisi, tunjukkan prestasimu," katanya memberikan semangat kepada mahasiswa yang hadir.
Mantan Rektor Universitas Diponegoro itu mengatakan Revolusi Industri 4.0 yang digerakkan oleh kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) membawa dampak positif sekaligus negatif. Salah satunya, bakal hilangnya pekerjaan tertentu yang akan digantikan kecanggihan internet of things (IOT), kecerdasan buatan dan aplikasi lainnya.
"Oleh karena itu, dunia perguruan tinggi dihadapkan pada tantangan mempersiapkan mahasiswa untuk pekerjaan yang kini mungkin belum ada, menggunakan teknologi yang belum diciptakan untuk menyelesaikan masalah yang belum eksis," katanya.
Untuk itu, lanjut dia, perguruan tinggi dituntut mendidik mahasiswa yang berkualitas, kompetitif, berkarakter, terampil dan memiliki semangat berwirausaha, sehingga mahasiswa harus mendapatkan bekal literasi data, literasi TIK, dan literasi kemanusiaan.
"Dosen dan mahasiswa harus jadi pembelajar sepanjang hayat. Perkuat soft skill, sebab kemampuan dan keterampilan di banyak hal bakal mendukung latar belakang keilmuan yang ditekuni," ujarnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019