Para perajin gerabah di Desa Rendeng, Bojonegoro, Jawa Timur, berencana menggelar festival gerabah yang akan diisi dengan berbagai kegiatan sebagai usaha mempromosikan wisata edukasi di tepian kepada masyarakat, pada 27 April.
"Festival gerabah yang akan digelar ini untuk yang kedua. Diisi berbagai kegiatan dengan puncak acara arak-arakan para perajin yang akan menabuh terbang gerabah dengan memanfaatkan kertas semen," kata Kepala Desa Rendeng, Kecamatan Malo, Bojonegoro Muslih, di Bojonegoro, Selasa.
Ia memberikan gambaran bahwa pada festival gerabah tahun lalu untuk acara puncak juga digelar arak-arakan, tapi mengarak gerabah si Gogor (anak macan) yang ditetapkan sebagai ikon Bojonegoro.
Untuk festival gerabah tahun ini, lanjut dia, para perajin akan mengelar arak-arakan dengan menabuh terbang dengan bahan gerabah dengan memanfaatkan kertas semen diikuti para perajin yang memainkan permainan gerabah kodok dan gerabah peluit.
"Peserta arak-arakan perajin gerabah. Sebab kami membuat untuk gerabah terbang, katak, dan peluit masing-masing 100 gerabah," ucapnya.
Selain itu, juga akan diisi dengan lomba mewarnai gerabah yang akan diikuti peserta siswa tingkat TK dan SD dan peresmian ruang terbuka hijau dan "fitnes outdoor" yang dibangun dari dana APBDes sebesar Rp90 juta.
"Di sepanjang jalan puluhan perajin akan mendemontrasikan membuat gerabah, dengan peralatan piring putar," katanya menjelaskan.
Ia menyebutkan di desanya tercatat sebanyak 80 perajin gerabah modern yang membuat gerabah boneka film kartun, seperti boneka spongebop juga boneka film kartun lainnya termasuk asbak, dan 130 perajin gerabah tradisional seperti berbagai aneka gerabah celengan binatang.
"Harga gerabah modern dan tradisional bervariasi mulai Rp5.000 sampai Rp200.000 per gerabah," ucapnya menambahkan.
Yang jelas, menurut dia, pengunjung di lokasi wisata edukasi gerabah terus meningkat dengan rata-rata 1.000 pengunjung setiap libur akhir pekan.
"Pengunjungnya dari Bojonegoro, Tuban, Lamongan juga daerah lainnya termasuk daerah di Jawa Tengah, sebagian besar siswa," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
"Festival gerabah yang akan digelar ini untuk yang kedua. Diisi berbagai kegiatan dengan puncak acara arak-arakan para perajin yang akan menabuh terbang gerabah dengan memanfaatkan kertas semen," kata Kepala Desa Rendeng, Kecamatan Malo, Bojonegoro Muslih, di Bojonegoro, Selasa.
Ia memberikan gambaran bahwa pada festival gerabah tahun lalu untuk acara puncak juga digelar arak-arakan, tapi mengarak gerabah si Gogor (anak macan) yang ditetapkan sebagai ikon Bojonegoro.
Untuk festival gerabah tahun ini, lanjut dia, para perajin akan mengelar arak-arakan dengan menabuh terbang dengan bahan gerabah dengan memanfaatkan kertas semen diikuti para perajin yang memainkan permainan gerabah kodok dan gerabah peluit.
"Peserta arak-arakan perajin gerabah. Sebab kami membuat untuk gerabah terbang, katak, dan peluit masing-masing 100 gerabah," ucapnya.
Selain itu, juga akan diisi dengan lomba mewarnai gerabah yang akan diikuti peserta siswa tingkat TK dan SD dan peresmian ruang terbuka hijau dan "fitnes outdoor" yang dibangun dari dana APBDes sebesar Rp90 juta.
"Di sepanjang jalan puluhan perajin akan mendemontrasikan membuat gerabah, dengan peralatan piring putar," katanya menjelaskan.
Ia menyebutkan di desanya tercatat sebanyak 80 perajin gerabah modern yang membuat gerabah boneka film kartun, seperti boneka spongebop juga boneka film kartun lainnya termasuk asbak, dan 130 perajin gerabah tradisional seperti berbagai aneka gerabah celengan binatang.
"Harga gerabah modern dan tradisional bervariasi mulai Rp5.000 sampai Rp200.000 per gerabah," ucapnya menambahkan.
Yang jelas, menurut dia, pengunjung di lokasi wisata edukasi gerabah terus meningkat dengan rata-rata 1.000 pengunjung setiap libur akhir pekan.
"Pengunjungnya dari Bojonegoro, Tuban, Lamongan juga daerah lainnya termasuk daerah di Jawa Tengah, sebagian besar siswa," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019