Badan Urusan Logistik (Bulog) Subdivre Tulungagung, Jawa Timur, memilih fokus melakukan penyerapan beras komersial ketimbang PSO (public service obligation) atau serapan beras penugasan negara, karena harga pasaran saat ini lebih tinggi dibanding harga pembelian pemerintah (HPP).

"Untuk serapan beras petani dengan skema PSO saat ini belum memungkinkan untuk dilakukan, karena harga pasar lebih tinggi dari HPP yang menjadi patokan Bulog," kata Kepala Bulog Subdivre Tulungagung Krisna Murtiyanto di Tulungagung, Selasa.

Ia menjelaskan, Bulog secara fungsional mengemban dua tugas pokok dari pemerintah. Pertama, melakukan serapan beras petani melalui mekanisme penugasan atau PSO dengan pembeliannya disubsidi pemerintah untuk tujuan menjaga harga beras stabil.  

Kedua, melakukan serapan beras komersial. Mekanisme ini dilakukan Bulog khusus untuk beras berkualitas baik, dengan harga pasar biasanya lebih tinggi dibanding HPP.

"Jadi, selama PSO tidak bisa dilakukan pengadaan karena terbentur harga, kita dibebaskan untuk membeli beras dengan harga pasar. Namun, kami dibatasi pengelolaan pembelian beras itu maksimal 30 hari untuk dijual kembali," katanya.

Menurut Krisna, penyerapan beras komersil ini juga ada Standar Operasional Prosedur (SOP). Penyerapan beras komersial ini bisa dilakukan apabila harga beras di pasaran lebih tinggi dari HPP.

Krisna menuturkan, pada 2019 ini, Bulog Subdivre Tulungagung ditargetkan dapat melakukan pengadaan gabah setara beras sebanyak 20.546 ton. 

Jumlah tersebut dibagi menjadi dua kategori, yaitu untuk serapan beras PSO sebesar 13.959 ton dan serapan beras komersial 6.587 ton. 

Sejak Januari 2019, Bulog sudah melakukan penyerapan beras komersil sebanyak 233 ton. 

"Target serapan tahun ini menurun sekitar 42 persen jika dibanding tahun 2018 sebanyak 35.500 ton dan hanya bisa tercapai 19 ribu ton," papar Krisna.

Dia menjelaskan, Bulog melakukan penyerapan beras komersial, karena saat ini harga gabah kering panen (GKP) di pasaran mencapai Rp4.500 hingga Rp4.700 per kilogram. Sedangkan harga beras medium di pasaran mencapai Rp8.600 hingga Rp8.900 per kilogram, lebih tinggi dibanding HPP.

Berdasarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 5 Tahun 2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras Oleh Pemerintah, disebutkan bahwa HPP untuk GKP di tingkat petani sebesar Rp3.700 per kilogram.

Sementara harga gabah kering giling (GKG) di tingkat penggilingan Rp4.600 per kilogram, GKG di gudang Bulog Rp4.650 per kilogram, dan HPP beras di gudang Bulog Rp7.300 per kilogram. Meskipun ada fleksibilitas harga sebesar 10 persen yang membuat HPP beras di gudang bulog sebesar Rp8.030 per kilogram. 

"Harga tersebut masih jauh lebih rendah dari harga pasar saat ini," paparnya.

Krisna menambahkan, jika pihaknya berkeyakinan akhir Maret hingga awal April harga beras dipastikan turun, karena merupakan puncak panen raya tanaman padi di setiap daerah. (*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019