Pemerintah Kabupaten Madiun mencatat kerugian kerusakan lahan pertanian akibat bencana banjir yang melanda wilayah setempat selama beberapa hari terakhir mencapai Rp7,1 miliar lebih, dengan luas sawah yang terendam mencapai 497 hektare.
"Rata-rata tanaman padi yang terendam berusia 70 hari, ada juga dua hektare lahan persemaian," ujar Plt Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Madiun Edy Bintarjo, kepada wartawan di Madiun, Jumat.
Ia mengatwkan, jumlah kerugian yang ditanggung petani cukup besar, namun Dinas Pertanian belum menyatakan puso.
Namun, jika nantinya mendekati masa panen terjadi puso, petani yang mengikuti asuransi tani akan mendapatkan ganti rugi sebesar Rp6 juta per hektare.
"Sedangkan bagi petani yang tidak ikut asuransi, akan kami coba meminta bantuan benih ke provinsi karena ini terkena bencana banjir," kata Edy.
Data BPBD setempat di posko penanganan bencana Kabupaten Madiun mencatat, areal sawah yang paling banyak terendam banjir adalah di Kecamatan Balerejo mencapai 147 hektare. Sisanya tersebar di areal sawah daerah lain, seperti Kecamatan Madiun, Wungu, Pilangkenceng, dan lainnya.
Sementara hasil pendataan BPBD Kabupaten Madiun pada Jumat (8/3/) hingga pukul 12.00 WIB, jumlah kecamatan yang terdampak banjir mencapai 12 kecamatan, 52 desa, 5.707 KK, 497 hektare lahan pertanian, 5.024 permukiman rusak ringan, dan 62 permukiman rusak berat.
Kecamatan yang terdampak tersebut antara lain Kecamatan Madiun, Saradan, Balerejo, Pilangkenceng, Sawahan, Mejayan, Wungu, Wonoasri, Gemarang, Kebonsari, Kare, dan Dagangan.
Saat ini, Pemkab Madiun mulai fokus pada penanganan pascabanjir karena air telah surut hampir di semua wilayah, di antaranya penyediaan air bersih, layanan kesehatan, perbaikan infrastruktur yang rusak, dan bantuan lainnya (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
"Rata-rata tanaman padi yang terendam berusia 70 hari, ada juga dua hektare lahan persemaian," ujar Plt Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Madiun Edy Bintarjo, kepada wartawan di Madiun, Jumat.
Ia mengatwkan, jumlah kerugian yang ditanggung petani cukup besar, namun Dinas Pertanian belum menyatakan puso.
Namun, jika nantinya mendekati masa panen terjadi puso, petani yang mengikuti asuransi tani akan mendapatkan ganti rugi sebesar Rp6 juta per hektare.
"Sedangkan bagi petani yang tidak ikut asuransi, akan kami coba meminta bantuan benih ke provinsi karena ini terkena bencana banjir," kata Edy.
Data BPBD setempat di posko penanganan bencana Kabupaten Madiun mencatat, areal sawah yang paling banyak terendam banjir adalah di Kecamatan Balerejo mencapai 147 hektare. Sisanya tersebar di areal sawah daerah lain, seperti Kecamatan Madiun, Wungu, Pilangkenceng, dan lainnya.
Sementara hasil pendataan BPBD Kabupaten Madiun pada Jumat (8/3/) hingga pukul 12.00 WIB, jumlah kecamatan yang terdampak banjir mencapai 12 kecamatan, 52 desa, 5.707 KK, 497 hektare lahan pertanian, 5.024 permukiman rusak ringan, dan 62 permukiman rusak berat.
Kecamatan yang terdampak tersebut antara lain Kecamatan Madiun, Saradan, Balerejo, Pilangkenceng, Sawahan, Mejayan, Wungu, Wonoasri, Gemarang, Kebonsari, Kare, dan Dagangan.
Saat ini, Pemkab Madiun mulai fokus pada penanganan pascabanjir karena air telah surut hampir di semua wilayah, di antaranya penyediaan air bersih, layanan kesehatan, perbaikan infrastruktur yang rusak, dan bantuan lainnya (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019