Trenggalek(Antara) - Dinas Kesehatan Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur menyatakan, selama Januari ini sudah ada dua warga yang dilaporkan meninggal dunia akibat wabah demam berdarah dengue.
"Kedua pasien itu berasal dari Kecamatan Pogalan dan Watulimo," kata Sekretaris Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Trenggalek Sutikno Slamet di Trenggalek, Rabu.
Total penderita DBD saat ini tercatat sebanyak 43 orang, atau tidak terlalu tinggi jika dibanding daerah-daerah lain seperti Tulungagung yang kini telah tembus angka penderita hingga 250-an penderita.
Namun Sutikno menegaskan kewaspadaan dan kesiagaan mengantisipasi wabah DBD terus dilakukan, sebab tren kasus dalam kurun tiga bulan terakhir terus meningkat.
Penanggulangan reaktif untuk mencegah wabah penyakit tersebut seperti melakukan pengasapan (fogging) di lokasi penyebaran. Hal tersebut dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran melalui nyamuk Aedes Aegypti yang telah dewasa. Peralatan untuk melakukan fogging mulai dari obat, hingga alat yang digunakan pengasapan telah dimiliki oleh masing-masing puskesmas.
"Tapi, fogging kurang ampuh dalam menanggulangi penyebaran DBD, sebab hanya membunuh nyamuk dewasa saja. Untuk itu, masyarakat terus menggalakkan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara mengubur, menutup dan menguras (3M)," katanya.
Dikatakannya, PSN salah satu cara yang dinilai paling efektif untuk mencegah terjadinya serangan DBD, karena dengan gerakan menutup, menguras dan mengubur barang-barang yang bisa digunakan untuk perkembangbiakan nyamuk maka akan menekan jumlah populasi nyamuk.
"Jadi, dengan kegiatan seperti ini jentik-jentik nyamuk yang ada bisa mati. Selain itu kami juga telah melakukan sosialisasi tentang pembentukan kader jumantik di setiap rumah," katanya. (*)
Baca juga: Selama Januari, 12 Orang Meninggal Akibat DBD di Kabupaten Kediri
Baca juga: Jatim Belum Berlakukan Status KLB Demam Berdarah
Baca juga: Empat Penderita DBD di Bojonegoro Meninggal Dunia
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
"Kedua pasien itu berasal dari Kecamatan Pogalan dan Watulimo," kata Sekretaris Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Trenggalek Sutikno Slamet di Trenggalek, Rabu.
Total penderita DBD saat ini tercatat sebanyak 43 orang, atau tidak terlalu tinggi jika dibanding daerah-daerah lain seperti Tulungagung yang kini telah tembus angka penderita hingga 250-an penderita.
Namun Sutikno menegaskan kewaspadaan dan kesiagaan mengantisipasi wabah DBD terus dilakukan, sebab tren kasus dalam kurun tiga bulan terakhir terus meningkat.
Penanggulangan reaktif untuk mencegah wabah penyakit tersebut seperti melakukan pengasapan (fogging) di lokasi penyebaran. Hal tersebut dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran melalui nyamuk Aedes Aegypti yang telah dewasa. Peralatan untuk melakukan fogging mulai dari obat, hingga alat yang digunakan pengasapan telah dimiliki oleh masing-masing puskesmas.
"Tapi, fogging kurang ampuh dalam menanggulangi penyebaran DBD, sebab hanya membunuh nyamuk dewasa saja. Untuk itu, masyarakat terus menggalakkan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara mengubur, menutup dan menguras (3M)," katanya.
Dikatakannya, PSN salah satu cara yang dinilai paling efektif untuk mencegah terjadinya serangan DBD, karena dengan gerakan menutup, menguras dan mengubur barang-barang yang bisa digunakan untuk perkembangbiakan nyamuk maka akan menekan jumlah populasi nyamuk.
"Jadi, dengan kegiatan seperti ini jentik-jentik nyamuk yang ada bisa mati. Selain itu kami juga telah melakukan sosialisasi tentang pembentukan kader jumantik di setiap rumah," katanya. (*)
Baca juga: Selama Januari, 12 Orang Meninggal Akibat DBD di Kabupaten Kediri
Baca juga: Jatim Belum Berlakukan Status KLB Demam Berdarah
Baca juga: Empat Penderita DBD di Bojonegoro Meninggal Dunia
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019