Surabaya (Antaranews Jatim) - Jalan Raya Gubeng Kota Surabaya, Jatim, yang biasanya ramai dilewati kendaraan mendadak lumpuh seketika menyusul sebagian ruas jalan tepatnya depan toko tas Eisabeth dan kantor Bank BNI ambles pada Selasa (18/12) sekitar pukul 21.30 WIB.
Jalan tersebut ambles sepanjang sekitar 30, lebar mencapai 10 meter dengan kedalaman 10 meter hingga membentuk lubang besar menganga mirip fenomena alam sinkhole di luar negeri.
Sinkhole adalah fenomena saat seberkas tanah, turun pada area tertentu dengan gerakan vertikal. Gerakan vertikal atau jatuh ke bawah dengan kedalaman yang biasanya cukup dalam.
Namun, situasi yang dirasakan warga yang lewat di Jalan Gubeng Raya mirip seperti gempa bumi. Maka tidak heran jika warga ketakutan dengan lari menyelamatkan diri sambil berteriak meminta tolong.
Hal ini dialamai salah seorang saksi mata warga Sememi Surabaya, Rudianto yang melintas di jalan itu. Ia menceritakan saat pertama kali melihat Jalan Gubeng Raya mendadak bergetar saat mobil yang dikendarainya berhenti tidak jauh dari lokasi lubang jalan yang ambles itu.
"Saya lihat plakat BNI goyang, pohon, dan tiang listrik juga bergoyang. Orang-orang pada lari dikira gempa bumi," kata Rudianto.
Ia mengatakan saat jalan ambles, posisi mobil yang dikendarainya di urutan ketiga dari mobil di dekat lubang jalan yang ambles itu. Mendapati hal itu, Rudi keluar dari mobil untuk menyelamatkan diri dan diikuti para pengendara lainnya. Rudi sempat berteriak agar orang-orang tidak lewat trotoar karena banyak kabel listrik yang mau putus.
Salah satu satpam proyek Mitra Konstruksi Fery Wijaya mengatakan ada tiga orang yang mengetahui pada saat jalan itu ambles langsung mengambil tindakan menghalangi kendaraan agar tidak lewat jalan itu.
"Kalau menurut saya tidak ada korban karena ketiga orang itu langsung menutup jalan," ujarnya.
Saat ditanya siapa siapa tiga orang itu, Suwandayono mengaku tidak tahu. Ia memperkirakan ketiga orang pekerja konstruksi gedung bawah tanah atau basemen Rumah Sakit Siloam Hospital.
Beberapa menit kemudian, terlihat petugas Dinas Pemadam Kebakaran Surabaya diterjunkan dengan menurunkan mobil skyline untuk mengetahui apakah di dalam ada korban atau tidak. Hal ini dilakukan mengingat jalan tersebut adalah salah satu jalur utama yang menghubungkan wilayah selatan dan utara Kota Pahlawan.
Sempat dikejutkan beberapa kali aspal jalan ambles kembali setelah kejadian pertama di Jalan Raya Gubeng. Petugas Satpol PP dan kepolisian juga diterjunkan untuk berjaga di lokasi dan menghalau warga yang ingin melihat. Dikarenakan kondisi tanah masih belum stabil dan ada kemungkinan amblesnya jalan kembali terjadi dan akan semakin melebar.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan Masyarakat (BPB Linmas) Kota Surabaya Eddy Christijanto mengatakan tidak ada korban jiwa atas amblesnya Jalan Gubeng.
Meski demikian, Eddy belum bisa memastikan penyebab amblesnya Jalan Gubeng tersebut. Namun, ia menduga amblesnya jalan itu dikarenakan adanya pembangunan basemen untuk RS Siloam yang berada di dekat jalan tersebut.
"Di sekitar itu kan ada pembangunan basemen. Kemungkinan cara mengeruknya dengan menggunakan semprotan air sampai dalam sehingga membuat jalan ambles," katanya.
Mendapati hal itu, Linmas bersama pihak terkait seperti Satlantas Poltestabes Surabaya dan Dinas Perhubungan Surabaya melakukan evakuasi dan penjagaan di area tersebut. Petugas memasang garis polisi untuk menghalau warga yang ingin menyaksikan kejadian jalan amblas di Raya Gubeng.
Imbas putusnya Jalan Gubeng akibat amblasnya jalan ini, polisi langsung menutup jalan mulai simpang empat Jalan Bagong Ginayan-Sulawesi-Sumatera dan diarahkan ke Keputran. Sementara untuk pengendara dari arah Jalan Stasiun Gubeng diarahkan ke Biliton.
Penyebab
Tim Ahli Bangunan Gedung Kota Surabaya dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Muji Irmawan menilai jika dilihat dari urutan pekerjaan mulai dari perencananan dan perhitungan pembangunan basemen di RS Siloam sudah cukup baik. Bahwa kemudian dipermasalahkan di lapangan, Muji tidak bisa memprediksinya.
Menurut dia, pihaknya masih menyelidiki penyebab utama apakah karena pengaruh alam menyusul akhir-akhir ini terjadi hujan sehingga kandungan air di lokasi cukup tinggi sehingga merobohkan tembok penahan tanah.
"Karena air ini menambahi beban penahan tanah. Ini yang akan kami lakukan penelitian bersama Tim Lapfor Polri untuk lebih mendetail mengenai persoalan robohnya tembok penahan tanah," katanya.
Selain itu, Ia menjelaskan ada sebab yang mengawali proses terjadinya Sinkhole. Pertama, Sinkhole dapat terjadi jika ada rongga di bawah tanah pada kedalaman tertentu. Rongga tersebut berupa sebuah ruang kosong terdapat di dalam tanah yang tentunya bisa mengurangi kekuatan struktur tanah untuk menopang beban di bagian atas.
Kedua, Sinkhole juga dapat terjadi karena penyebab lain yakni adanya air yang masuk ke dalam tanah. Air tersebut membuat tanah menjadi lunak. Tanah yang lunak, tentu tidak dapat menahan beban jalan atau apapun di atas tanah.
Rongga itu penyebab utamanya adalah air. Jika ada aliran air di lokasi tertentu itulah, maka terjadi perlemahan. Tapi, itu konteksnya fenomena alam.
Sedangkan pada kasus Sinkhole di Surabaya, agak sedikit berbeda. Bedanya, amblesnya tanah di Jalan Raya Gubeng, tidak dapat 100 persen dikatakan fenomena Sinkhole. Menurut Muji, insiden tersebut dapat dikatakan sebagai fenomena turunnya tanah secara cepat dan bersamaan atau bisa dikatakan Semi Sinkhole.
Artinya, tanah longsor dan membentuk lubang, akibat dari konstruksi benda-benda di dalam tanah. Dapat dikatakan, runtuhnya dinding yang berfungsi menahan beban jalan (aspal/tanah).
Menurut Muji, kalau Sinkhole biasanya lokal. Tapi bisa merambat kemana-mana. Dimensi lubang Sinkhole sekitar 10 x 20 m2. Namun kedalamanya bisa sampek 30 meter tergantung aliran airnya kedalaman sampai berapa.
Ketiga, fenomena Sinkhole juga punya gejala. Biasanya, Sinkhole terjadi secara tiba-tiba. Jika dilihat dari atas, terjadinya Sinkhole akan berlangsung mendadak dan cepat.
Kasus amblesnya tanah di Jalan Raya Gubeng, menurut Muji karena ada aliran air di dinding atau tembok penahan tanah pada proyek pembangunan basemen RS Siloam. Muji menduga, para pekerja tidak mengatasi rembesan air pada tembok penahan tanah dengan maksimal. Kemungkinan, hanya dengan cara disemen atau upaya temporer yang lain.
Sebetulnya, kata Muji, sudah ada rembesan air di dinding-dindingnya. Hanya saja, tidak dipahami 100 persen oleh para pekerja karena tidak mengerti detail kondisi yang berbahaya seperti itu. Sehingga ketika tanahnya ambles, kejadiannya begitu cepat. Meski ada juga fenomena Sinkhole yang memiliki gejala berupa getaran selama beberapa detik atau menit.
Adapun solusinya, menurut Mudji dengan cara menambal lubang Sinkhole pada ruas jalan dapat dilakukan dan diselesaikan selama sepekan. Seperti kasus Sinkhole di Jepang beberapa waktu lalu.
Namun perlu diingat proses perbaikan atau penambalan tanah yang berlubang, perlu menggunakan material pilihan seperti batu kerikil yang berkualitas dan kuantitas pasir yang cukup besar. Perbandingannya, 60 persen pasir berbanding 40 persen batu kerikil.
Setelah bahan material tersebut disiapkan, pembersihan dasar lubang perlu dilakukan. Salah satunya, memastikan infrastruktur kelistrikan, saluran air, dan kabel telepon berada pada posisi yang aman.
Kemudian, pelapisan dengan material pasir dan batu itu dapat dilakukan. Setiap 40 cm lapisan batu dan pasir, prosedur selanjutnya adalah pemadatan. Pelapisan tersebut dapat didahului atau dibarengi dengan pemasangan "steel sheet pile" atau
dinding vertikal relatif tipis yang berfungsi untuk menahan tanah dan untuk menahan masuknya air ke dalam lubang galian.
"Itu dilakukan agar tanah dan pasir disekitar lubang tidak runtuh," katanya.
PT. Nusa Konstruksi Enjiniring (NKE) Tbk selaku kontraktor pembangunan basemen RS Siloam mengakui sudah ada indikasi penurunan tanah sebelum sebagian Jalan Raya Gubeng ambles.
Menurut Dirut PT. NKE Djoko Eko Supraswoto mengatakan pekerjaan sempat distop selama dua bulan karena ada penurunan tanah. NKE kemudian melakukan evaluasi hingga akhirnya berani mulai pekerjaan lagi setelah ada rekomendasi dari ahli bangunan dari ITS. Hanya saja baru dua hari pekerjaan mulai sudah ada kejadian itu.
Menurut dia, indikasi adanya penurunan tanah tersebut diketahui pada saat bangunan kantor BPJS di sisi barat RS Siloam Hospital mengalami retak-retak. Mendapati hal itu, Djoko mengaku khawatir dan memutuskan menghentikan pekerjaan sambil berkonsultasi terkait dengan kondisi tanah dengan ahli bangunan gedung dari Institut Tekonologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Prof. Herman Wahyudi.
"Kami tidak ambil konsultannya sembarangan. Kami duduk bersama melihat permasalahannya. Beliau yang membuat rekomendasi. Pada saat dinyatakan tidak ada masalah, maka kami lanjutkan kembali," katanya.
Tanggung Jawab
Pemerintah Kota Surabaya menyatakan kejadian amblesnya Jalan Raya Gubeng pada Selasa (18/12) malam akibat kesalahan konstruksi dari pengerjaan proyek basemen RS Siloam.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya Eri Cahyadi menilai permasalahan amblesnya jalan Raya Gubeng adalah disebabkan "collapse" atau runtuhnya tembok penahan tanah pada proyek pembangunan basmen RS Siloam.
"Kalau melihat bentuk keruntuhan tembok penahan tanah yang ada karena disebabkan pentahapan pelaksanaannya tidak mengikuti prosedur," katanya.
Eri mengatakan konstruksi tembok penahan tanah yang dipasang berjajar dengan kedalaman tertentu tidak mampu menahan beban lateral dari Jalan Raya Gubeng sehingga ambles mengenai jalan raya.
Ketua DPRD Surabaya Armuji pada saat sidak mengatakan penyebab lain dari kejadian tersebut ada karena adanya permainan perizinan di Pemkot Surabaya yang memoloskan proyek basemen RS Siloam itu.
Namun hal itu, segera dibantah Eri dengan mengatakan secara perizinan tidak ada masalah karena sudah dilakukan dengan benar, namun secara pelaksanaan pengerjaan proyek yang tidak benar cara pengerjaaan.
Hal sama juga dikatakan Wakil Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana. Ia menegaskan secara perizinan baik IMB maupun AMDAL sudah dilakukan secara benar.
"Kami sudah cek semua perizinan sudah benar. Kita tidak tahu pelaksanaan mereka waktu melakukan pembangunan," katanya.
Menueut Whisnu, yang penting dilakukan Pemerintah Kota Surabaya saat ini adalah melakukan pemulihan Jalan Raya Gubeng agar secepat selasai dan jalan bisa difungsinya kembali sebagaimana mestinya.
PT. Nusa Konstruksi Enjiniring (NKE) Tbk selaku kontraktor pembangunan basemen RS Siloam menyatakan siap bertanggung jawab terhadap pemulihan Jalan Raya Gubeng.
Dirut PT. NKE, Djoko Eko Supraswoto mengatakan pihaknya juga sudah mendapat izin dari Polda Jatim untuk truk-truk pengangkut pasir dan batu agar bisa masuk ke Surabaya selama 24 jam.
Saat ini, kata dia, pihaknya menyiapkan dua material yakni sirkrup yakni pasir batu (sirtu) dan campuran semen yang digunakan untuk mengisi rongga rongga bangunan yang ada di bawah gedung BNI dan toko Elizabet yang terkena dampak jalan ambles. Kalau di luar bangunan, NKE menggunakan sirtu saja.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyatakan pengurukan jalan ambles membutuhkan waktu sekitar tiga sampai empat hari. Risma menargetkan dalam tiap hari mendatangkan 400 dump truk pengangkut pasir dan batu (sirtu).
Menurut dia, dari hasil perhitungan untuk pengurukan keseluruhan jalan yang ambles, dibutuhkan sebanyak 1.800 dump truk atau setara dengan 36 ribu meter kubik sirtu. "Jadi kalau sehari 400 truk, maka kita butuh tiga-empat hari. Setelah itu overlay, mungkin cuman dua hari," kata Risma. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
Jalan tersebut ambles sepanjang sekitar 30, lebar mencapai 10 meter dengan kedalaman 10 meter hingga membentuk lubang besar menganga mirip fenomena alam sinkhole di luar negeri.
Sinkhole adalah fenomena saat seberkas tanah, turun pada area tertentu dengan gerakan vertikal. Gerakan vertikal atau jatuh ke bawah dengan kedalaman yang biasanya cukup dalam.
Namun, situasi yang dirasakan warga yang lewat di Jalan Gubeng Raya mirip seperti gempa bumi. Maka tidak heran jika warga ketakutan dengan lari menyelamatkan diri sambil berteriak meminta tolong.
Hal ini dialamai salah seorang saksi mata warga Sememi Surabaya, Rudianto yang melintas di jalan itu. Ia menceritakan saat pertama kali melihat Jalan Gubeng Raya mendadak bergetar saat mobil yang dikendarainya berhenti tidak jauh dari lokasi lubang jalan yang ambles itu.
"Saya lihat plakat BNI goyang, pohon, dan tiang listrik juga bergoyang. Orang-orang pada lari dikira gempa bumi," kata Rudianto.
Ia mengatakan saat jalan ambles, posisi mobil yang dikendarainya di urutan ketiga dari mobil di dekat lubang jalan yang ambles itu. Mendapati hal itu, Rudi keluar dari mobil untuk menyelamatkan diri dan diikuti para pengendara lainnya. Rudi sempat berteriak agar orang-orang tidak lewat trotoar karena banyak kabel listrik yang mau putus.
Salah satu satpam proyek Mitra Konstruksi Fery Wijaya mengatakan ada tiga orang yang mengetahui pada saat jalan itu ambles langsung mengambil tindakan menghalangi kendaraan agar tidak lewat jalan itu.
"Kalau menurut saya tidak ada korban karena ketiga orang itu langsung menutup jalan," ujarnya.
Saat ditanya siapa siapa tiga orang itu, Suwandayono mengaku tidak tahu. Ia memperkirakan ketiga orang pekerja konstruksi gedung bawah tanah atau basemen Rumah Sakit Siloam Hospital.
Beberapa menit kemudian, terlihat petugas Dinas Pemadam Kebakaran Surabaya diterjunkan dengan menurunkan mobil skyline untuk mengetahui apakah di dalam ada korban atau tidak. Hal ini dilakukan mengingat jalan tersebut adalah salah satu jalur utama yang menghubungkan wilayah selatan dan utara Kota Pahlawan.
Sempat dikejutkan beberapa kali aspal jalan ambles kembali setelah kejadian pertama di Jalan Raya Gubeng. Petugas Satpol PP dan kepolisian juga diterjunkan untuk berjaga di lokasi dan menghalau warga yang ingin melihat. Dikarenakan kondisi tanah masih belum stabil dan ada kemungkinan amblesnya jalan kembali terjadi dan akan semakin melebar.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan Masyarakat (BPB Linmas) Kota Surabaya Eddy Christijanto mengatakan tidak ada korban jiwa atas amblesnya Jalan Gubeng.
Meski demikian, Eddy belum bisa memastikan penyebab amblesnya Jalan Gubeng tersebut. Namun, ia menduga amblesnya jalan itu dikarenakan adanya pembangunan basemen untuk RS Siloam yang berada di dekat jalan tersebut.
"Di sekitar itu kan ada pembangunan basemen. Kemungkinan cara mengeruknya dengan menggunakan semprotan air sampai dalam sehingga membuat jalan ambles," katanya.
Mendapati hal itu, Linmas bersama pihak terkait seperti Satlantas Poltestabes Surabaya dan Dinas Perhubungan Surabaya melakukan evakuasi dan penjagaan di area tersebut. Petugas memasang garis polisi untuk menghalau warga yang ingin menyaksikan kejadian jalan amblas di Raya Gubeng.
Imbas putusnya Jalan Gubeng akibat amblasnya jalan ini, polisi langsung menutup jalan mulai simpang empat Jalan Bagong Ginayan-Sulawesi-Sumatera dan diarahkan ke Keputran. Sementara untuk pengendara dari arah Jalan Stasiun Gubeng diarahkan ke Biliton.
Penyebab
Tim Ahli Bangunan Gedung Kota Surabaya dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Muji Irmawan menilai jika dilihat dari urutan pekerjaan mulai dari perencananan dan perhitungan pembangunan basemen di RS Siloam sudah cukup baik. Bahwa kemudian dipermasalahkan di lapangan, Muji tidak bisa memprediksinya.
Menurut dia, pihaknya masih menyelidiki penyebab utama apakah karena pengaruh alam menyusul akhir-akhir ini terjadi hujan sehingga kandungan air di lokasi cukup tinggi sehingga merobohkan tembok penahan tanah.
"Karena air ini menambahi beban penahan tanah. Ini yang akan kami lakukan penelitian bersama Tim Lapfor Polri untuk lebih mendetail mengenai persoalan robohnya tembok penahan tanah," katanya.
Selain itu, Ia menjelaskan ada sebab yang mengawali proses terjadinya Sinkhole. Pertama, Sinkhole dapat terjadi jika ada rongga di bawah tanah pada kedalaman tertentu. Rongga tersebut berupa sebuah ruang kosong terdapat di dalam tanah yang tentunya bisa mengurangi kekuatan struktur tanah untuk menopang beban di bagian atas.
Kedua, Sinkhole juga dapat terjadi karena penyebab lain yakni adanya air yang masuk ke dalam tanah. Air tersebut membuat tanah menjadi lunak. Tanah yang lunak, tentu tidak dapat menahan beban jalan atau apapun di atas tanah.
Rongga itu penyebab utamanya adalah air. Jika ada aliran air di lokasi tertentu itulah, maka terjadi perlemahan. Tapi, itu konteksnya fenomena alam.
Sedangkan pada kasus Sinkhole di Surabaya, agak sedikit berbeda. Bedanya, amblesnya tanah di Jalan Raya Gubeng, tidak dapat 100 persen dikatakan fenomena Sinkhole. Menurut Muji, insiden tersebut dapat dikatakan sebagai fenomena turunnya tanah secara cepat dan bersamaan atau bisa dikatakan Semi Sinkhole.
Artinya, tanah longsor dan membentuk lubang, akibat dari konstruksi benda-benda di dalam tanah. Dapat dikatakan, runtuhnya dinding yang berfungsi menahan beban jalan (aspal/tanah).
Menurut Muji, kalau Sinkhole biasanya lokal. Tapi bisa merambat kemana-mana. Dimensi lubang Sinkhole sekitar 10 x 20 m2. Namun kedalamanya bisa sampek 30 meter tergantung aliran airnya kedalaman sampai berapa.
Ketiga, fenomena Sinkhole juga punya gejala. Biasanya, Sinkhole terjadi secara tiba-tiba. Jika dilihat dari atas, terjadinya Sinkhole akan berlangsung mendadak dan cepat.
Kasus amblesnya tanah di Jalan Raya Gubeng, menurut Muji karena ada aliran air di dinding atau tembok penahan tanah pada proyek pembangunan basemen RS Siloam. Muji menduga, para pekerja tidak mengatasi rembesan air pada tembok penahan tanah dengan maksimal. Kemungkinan, hanya dengan cara disemen atau upaya temporer yang lain.
Sebetulnya, kata Muji, sudah ada rembesan air di dinding-dindingnya. Hanya saja, tidak dipahami 100 persen oleh para pekerja karena tidak mengerti detail kondisi yang berbahaya seperti itu. Sehingga ketika tanahnya ambles, kejadiannya begitu cepat. Meski ada juga fenomena Sinkhole yang memiliki gejala berupa getaran selama beberapa detik atau menit.
Adapun solusinya, menurut Mudji dengan cara menambal lubang Sinkhole pada ruas jalan dapat dilakukan dan diselesaikan selama sepekan. Seperti kasus Sinkhole di Jepang beberapa waktu lalu.
Namun perlu diingat proses perbaikan atau penambalan tanah yang berlubang, perlu menggunakan material pilihan seperti batu kerikil yang berkualitas dan kuantitas pasir yang cukup besar. Perbandingannya, 60 persen pasir berbanding 40 persen batu kerikil.
Setelah bahan material tersebut disiapkan, pembersihan dasar lubang perlu dilakukan. Salah satunya, memastikan infrastruktur kelistrikan, saluran air, dan kabel telepon berada pada posisi yang aman.
Kemudian, pelapisan dengan material pasir dan batu itu dapat dilakukan. Setiap 40 cm lapisan batu dan pasir, prosedur selanjutnya adalah pemadatan. Pelapisan tersebut dapat didahului atau dibarengi dengan pemasangan "steel sheet pile" atau
dinding vertikal relatif tipis yang berfungsi untuk menahan tanah dan untuk menahan masuknya air ke dalam lubang galian.
"Itu dilakukan agar tanah dan pasir disekitar lubang tidak runtuh," katanya.
PT. Nusa Konstruksi Enjiniring (NKE) Tbk selaku kontraktor pembangunan basemen RS Siloam mengakui sudah ada indikasi penurunan tanah sebelum sebagian Jalan Raya Gubeng ambles.
Menurut Dirut PT. NKE Djoko Eko Supraswoto mengatakan pekerjaan sempat distop selama dua bulan karena ada penurunan tanah. NKE kemudian melakukan evaluasi hingga akhirnya berani mulai pekerjaan lagi setelah ada rekomendasi dari ahli bangunan dari ITS. Hanya saja baru dua hari pekerjaan mulai sudah ada kejadian itu.
Menurut dia, indikasi adanya penurunan tanah tersebut diketahui pada saat bangunan kantor BPJS di sisi barat RS Siloam Hospital mengalami retak-retak. Mendapati hal itu, Djoko mengaku khawatir dan memutuskan menghentikan pekerjaan sambil berkonsultasi terkait dengan kondisi tanah dengan ahli bangunan gedung dari Institut Tekonologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Prof. Herman Wahyudi.
"Kami tidak ambil konsultannya sembarangan. Kami duduk bersama melihat permasalahannya. Beliau yang membuat rekomendasi. Pada saat dinyatakan tidak ada masalah, maka kami lanjutkan kembali," katanya.
Tanggung Jawab
Pemerintah Kota Surabaya menyatakan kejadian amblesnya Jalan Raya Gubeng pada Selasa (18/12) malam akibat kesalahan konstruksi dari pengerjaan proyek basemen RS Siloam.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya Eri Cahyadi menilai permasalahan amblesnya jalan Raya Gubeng adalah disebabkan "collapse" atau runtuhnya tembok penahan tanah pada proyek pembangunan basmen RS Siloam.
"Kalau melihat bentuk keruntuhan tembok penahan tanah yang ada karena disebabkan pentahapan pelaksanaannya tidak mengikuti prosedur," katanya.
Eri mengatakan konstruksi tembok penahan tanah yang dipasang berjajar dengan kedalaman tertentu tidak mampu menahan beban lateral dari Jalan Raya Gubeng sehingga ambles mengenai jalan raya.
Ketua DPRD Surabaya Armuji pada saat sidak mengatakan penyebab lain dari kejadian tersebut ada karena adanya permainan perizinan di Pemkot Surabaya yang memoloskan proyek basemen RS Siloam itu.
Namun hal itu, segera dibantah Eri dengan mengatakan secara perizinan tidak ada masalah karena sudah dilakukan dengan benar, namun secara pelaksanaan pengerjaan proyek yang tidak benar cara pengerjaaan.
Hal sama juga dikatakan Wakil Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana. Ia menegaskan secara perizinan baik IMB maupun AMDAL sudah dilakukan secara benar.
"Kami sudah cek semua perizinan sudah benar. Kita tidak tahu pelaksanaan mereka waktu melakukan pembangunan," katanya.
Menueut Whisnu, yang penting dilakukan Pemerintah Kota Surabaya saat ini adalah melakukan pemulihan Jalan Raya Gubeng agar secepat selasai dan jalan bisa difungsinya kembali sebagaimana mestinya.
PT. Nusa Konstruksi Enjiniring (NKE) Tbk selaku kontraktor pembangunan basemen RS Siloam menyatakan siap bertanggung jawab terhadap pemulihan Jalan Raya Gubeng.
Dirut PT. NKE, Djoko Eko Supraswoto mengatakan pihaknya juga sudah mendapat izin dari Polda Jatim untuk truk-truk pengangkut pasir dan batu agar bisa masuk ke Surabaya selama 24 jam.
Saat ini, kata dia, pihaknya menyiapkan dua material yakni sirkrup yakni pasir batu (sirtu) dan campuran semen yang digunakan untuk mengisi rongga rongga bangunan yang ada di bawah gedung BNI dan toko Elizabet yang terkena dampak jalan ambles. Kalau di luar bangunan, NKE menggunakan sirtu saja.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyatakan pengurukan jalan ambles membutuhkan waktu sekitar tiga sampai empat hari. Risma menargetkan dalam tiap hari mendatangkan 400 dump truk pengangkut pasir dan batu (sirtu).
Menurut dia, dari hasil perhitungan untuk pengurukan keseluruhan jalan yang ambles, dibutuhkan sebanyak 1.800 dump truk atau setara dengan 36 ribu meter kubik sirtu. "Jadi kalau sehari 400 truk, maka kita butuh tiga-empat hari. Setelah itu overlay, mungkin cuman dua hari," kata Risma. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018