Jakarta, (Antara) - Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Titi Anggraeni menceritakan pengalamannya menjadi murid dari Guru Besar Ilmu Hukum Tata Negara di Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jimly Asshiddiqie. Saat mengenyam pendidikan S1 dan S2 di Fakultas Hukum UI, Titi banyak mendapat ilmu dari Jimly yang juga  menjadi dosen pembimbingnya dalam membuat karya tulis ilmiah (tesis) S2 soal Hukum Tentang Hubungan Negara dan Masyarakat.

"Saya itu diajar sama Prof Jimly S1 dan S2. S1 S2 saya di fakultas hukum UI, kebetulan juga program kekhususan yang saya ambil itu adalah Hukum Tentang Hubungan Negara dan Masyarakat. Hukum Tentang Hubungan Negara dan Masyarakat itu dulu konsentrasinya ada dua, ada hukum tata negara, ada hukum administrasi negara, nah saya ini hukum tata negara," kata Titi kepada wartawan di Jakarta, Senin.

"Saya ujian skripsi, salah satu pengujinya beliau. S2 beliau adalah pembimbing saya. Kalau interaksi intensif justru memang ketika saya S2, karena beliau dosen pembimbing tesis saya. Dari semua mahasiswa jurusan program hukum tata negara, saya yang tesisnya satu-satunya dapat nilai A. Jadi betul-betul berkesanlah," sambungnya.

Bagi Titi, menjadi murid dari mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu adalah pengalaman yang sangat berkesan. Ia menyebut Jimly adalah sosok yang tegas dan memiliki jangkauan ilmu tata negara yang luas.

"Sosok beliau di mata saya adalah orang yang tegas, sangat memahami seluk beluk hukum tata negara, pengetahuannya, dan jangkauan keilmuannya soal hukum tata negara sangat luas, dan beliau figur guru yang ketika mengajar dan memberikan ilmu itu sangat impresif atau sangat berkesan," ujarnya.

Tak hanya unggul dalam teori, Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) itu disebut Titi, juga mampu mengartikulasikan gagasan, pemikiran, dan ide-idenya secara baik.

"Karena tidak hanya beliau itu unggul di dalam tulis menulis, atau karya tulis ilmiah, hukum, pemikiran, opini, dan sebagainya, tetapi beliau juga orang yang artikulatif. Kombinasi yang tidak banyak akademisi yang unggul dalam karya ilmiah tapi juga mampu mengartikulasikan gagasan, pemikiran, dan ide-idenya secara baik," paparnya.

Kemampuan mengartikulasikan ide dan gagasan ini, lanjut Titi, juga diaplikasikan Jimly saat di MK maupun ketika menjabat Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP). Karenanya Titi menilai, Jimly adalah sosok bertangan dingin.

"Dari sisi pemikiran, beliau ini orang yang terkenal dengan tangan dinginnya di dalam membangun kelembagaan tata negara Indonesia jadi bagaimana beliau sangat sukses di dalam mengartikulasikan Mahkamah Konstitusi, dari sebuah gagasan konstitusi menjadi sebuah kelembagaan yang dihormati oleh publik dan itu kan tidak mudah ya," jelasnya.

"Ketika beliau menjadi ketua DKPP juga membangun dan menjaga marwah penyelenggara pemilu di tengah ketidaktahuan publik soal lembaga itu apa dan mau dibawa kemana, beliau dengan tangan dinginnya itu bisa mentransformasi kelembagaan negara menjadi lembaga yang dihormati, punya marwah, dan berpengaruh gitu. Itu kan tidak hanya bakat memimpin ya, tapi bakat dan kemampuan memimpin yang baik menurut saya," ungkap Titi.

Dari uraian tersebut Titi berkesimpulan, mantan Ketua Dewan Penasihat Komnas HAM itu bukan hanya seorang pemimpin, tapi juga layak disebut sebagai inovator.

"Jadi dalam konteks sosok Prof Jimly sebagai pemimpin itu sudah tidak usah diragukan. Bukan hanya pemimpin bagi saya beliau itu inovator, jadi beliau adalah orang yang penuh dengan ide, dan gagasan baru, tidak hanya menemukan tetapi tetapi juga bisa merealisasikan apa yang dipikirkan dan apa yang dibayangkan itu yang tidak banyak dimiliki oleh akademisi maupun tokoh publik di negara kita," tegasnya.

Lebih jauh Titi membeberkan, kesamaan asal usul dengan pria kelahiran Palembang, Sumatera Selatan 62 tahun silam itu, juga menjadi kebanggaan tersendiri baginya.

"Nah itu yang sangat saya tangkap dari beliau, dan yang sangat membanggakan, saya juga dari Sumatera Selatan ya, jadi melihat figur dari daerah yang sama menjadi tokoh nasional, menjadi referensi soal keilmuan tata negara, bagi saya itu sangat luar biasa," tukasnya.(*)

Pewarta: Hanni Sofia

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018