Surabaya (Antaranews Jatim) - Universitas Airlangga Surabaya menjadi perguruan tinggi pertama yang mendapatkan Nazhir atau pengelola wakaf uang dari Badan Wakaf Indonesia.
Ketua Badan Wakaf Indonesia Prof Mohammad Nuh DEA ditemui wartawan di kampus setempat, Kamis, mengatakan, Unair menjadi kampus pertama di Indonesia yang menjadi pengelola wakaf uang.
"Dengan wakaf goes to campus, kami masuk ke kampus-kampus untuk menciptakan literasi sekaligus pemahanan dan kesadaran akan wakaf," kata mantan Menteri Pendidikan Nasional era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu.
Nuh menjelaskan manfaat wakaf yang sangat banyak harus disebarkan ke masyarakat melalui Gerakan Wakaf Seribu. Gerakan itu untuk membantu pemerintah membangun bangsa dengan kemampuan diri sendiri.
Dia mengatakan, dengan umat islam yang berjumlah 87 persen atau 200-an juta dari total penduduk Indonesia, potensi wakaf untuk pembangunan negeri sangat besar jika dikelola dengan baik.
"Kalau 100 juta orang mewakafkan Rp1.000 ada Rp100 miliar dalam sehari itu dikali 30 hari bisa Rp3 triliun. Ini yang kita tumbuhkan, kesadaran kolektif bahwa kita bisa membantu untuk membangun bangsa cukup dengan Rp1.000," ujar mantan Rektor Intitut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya itu.
Meskipun banyak manfaat yang didapat, wakaf bisa digunakan dengan tepat sasaran asalkan ada teknologinya. Jika tidak, Nuh menilai bisa jadi ongkos untuk membayar lebih besar dibanding iuran.
"Dengan setiap orang yang punya handphone, wakaf akan mudah. Dengan teknologi itu wakaf akan menjadi gaya hidup," katanya.
Dicontohkannya, dana wakaf bisa dimanfaatkan untuk segala bidang, seperti beasiswa untuk mahasiswa kurang mampu, mendidik wartawan secara profesional dengan gratis, menyekolahkan anak kurang mampu gratis, dan membangun rumah sakit dengan fasilitas pengobatan gratis meskipun ada BPJS.
Menurut Nuh, jika nanti wakaf berjalan dan dikelola dengan baik akan mampu membantu pemerintah dengan pinjaman uang bersumber pada suku yang dikeluarkan.
"Daripada meminjam uang dari luar negeri, dana wakaf yang terkumpul dikeluarkan suku. Hasilnya pemerintah memberikan jasa dan yang menikmati masyarakat sendiri. Sekaligus masyarakat punya kebanggan dana wakafnya dipakai. Wakaf di samping untuk kesejahteraan tapi juga martabat bangsa," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
Ketua Badan Wakaf Indonesia Prof Mohammad Nuh DEA ditemui wartawan di kampus setempat, Kamis, mengatakan, Unair menjadi kampus pertama di Indonesia yang menjadi pengelola wakaf uang.
"Dengan wakaf goes to campus, kami masuk ke kampus-kampus untuk menciptakan literasi sekaligus pemahanan dan kesadaran akan wakaf," kata mantan Menteri Pendidikan Nasional era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu.
Nuh menjelaskan manfaat wakaf yang sangat banyak harus disebarkan ke masyarakat melalui Gerakan Wakaf Seribu. Gerakan itu untuk membantu pemerintah membangun bangsa dengan kemampuan diri sendiri.
Dia mengatakan, dengan umat islam yang berjumlah 87 persen atau 200-an juta dari total penduduk Indonesia, potensi wakaf untuk pembangunan negeri sangat besar jika dikelola dengan baik.
"Kalau 100 juta orang mewakafkan Rp1.000 ada Rp100 miliar dalam sehari itu dikali 30 hari bisa Rp3 triliun. Ini yang kita tumbuhkan, kesadaran kolektif bahwa kita bisa membantu untuk membangun bangsa cukup dengan Rp1.000," ujar mantan Rektor Intitut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya itu.
Meskipun banyak manfaat yang didapat, wakaf bisa digunakan dengan tepat sasaran asalkan ada teknologinya. Jika tidak, Nuh menilai bisa jadi ongkos untuk membayar lebih besar dibanding iuran.
"Dengan setiap orang yang punya handphone, wakaf akan mudah. Dengan teknologi itu wakaf akan menjadi gaya hidup," katanya.
Dicontohkannya, dana wakaf bisa dimanfaatkan untuk segala bidang, seperti beasiswa untuk mahasiswa kurang mampu, mendidik wartawan secara profesional dengan gratis, menyekolahkan anak kurang mampu gratis, dan membangun rumah sakit dengan fasilitas pengobatan gratis meskipun ada BPJS.
Menurut Nuh, jika nanti wakaf berjalan dan dikelola dengan baik akan mampu membantu pemerintah dengan pinjaman uang bersumber pada suku yang dikeluarkan.
"Daripada meminjam uang dari luar negeri, dana wakaf yang terkumpul dikeluarkan suku. Hasilnya pemerintah memberikan jasa dan yang menikmati masyarakat sendiri. Sekaligus masyarakat punya kebanggan dana wakafnya dipakai. Wakaf di samping untuk kesejahteraan tapi juga martabat bangsa," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018