Bojonegoro (Antaranews Jatim) - Waduk Pacal di Desa Kedungsumber, Kecamatan Temayang, Bojonegoro, Jawa Timur, belum memperoleh tambahan air hujan, meskipun hujan di wilayah setempat sudah turun dalam beberapa hari terakhir.
"Di daerah tangkapan air Waduk Pacal sudah turun hujan, tapi intensitasnya masih rendah sehingga belum ada tambahan air yang masuk Waduk Pacal," kata Petugas Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo di Solo, Jawa Tengah, Bambang Irawan, Sabtu.
Ia yang berada di lokasi Waduk Pacal menyebutkan ketinggian air pada papan duga di Waduk Pacal 104,32 meter dengan debit air sekitar 400 ribu meter kubik per 9 November.
Berdasarkan pengamatannya, menurut dia, di waduk masih ada lokasi yang tergenang air, terutama di dekat pintu pengeluaran juga tempat lainnya.
"Curah hujan dalam beberapa hari terakhir masih rendah rata-rata baru 15 milimeter, ya wajar kalau belum ada tambahan air di Waduk Pacal," kata Kasi Bina Operasi dan Pengendalian Dinas Pekerjaan Umum (PU) Sumber Daya Air Bojonegoro Marlan, menambahkan.
Di daerah setempat yang sudah turun hujan, antara lain, di Kecamatan
Kepohbaru, Baureno, dan Sumberrejo.
"Petani di sepanjang daerah irigasi Waduk Pacal masih belum menanam padi, sebab hujan belum merata juga intensitasnya masih rencah," ujarnya.
Ia memperkirakan para petani di sepanjang daerah irigasi Waduk Pacal di sejumlah kecamatan akan mulai mengolah tanah termasuk membuat pembibitan pada pertengahan November.
"Kemungkinan petani di sepanjang irigasi Waduk Pacal akan mulai menanam tanaman padi Desember," ucapnya.
Sesuai prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Gesofisika (BMKG) Karangploso, Malang, di daerah setempat awal musim hujan terjadi pada dasarian I-III November.
Data di kantor Dinas Pengairan menyebutkan Waduk Pacal memiliki daerah irigasi pertanian seluas 16.624 hektare di sejumlah desa di Kecamatan Sukosewu, Balen, Kapas, Sumberrejo, Kepohbaru, dan Baureno.
Pada awal dibangun Belanda pada 1933, Waduk Pacal mampu menampung air mencapai 42 juta meter kubik. Namun, sekarang daya tampungnya menurun, disebabkan sedimen yang masuk waduk mencapai 15 ribu meter kubik per tahun, yang dipengaruhi rusaknya daerah tangkapan air dan rusaknya bangunan pelimpas. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Di daerah tangkapan air Waduk Pacal sudah turun hujan, tapi intensitasnya masih rendah sehingga belum ada tambahan air yang masuk Waduk Pacal," kata Petugas Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo di Solo, Jawa Tengah, Bambang Irawan, Sabtu.
Ia yang berada di lokasi Waduk Pacal menyebutkan ketinggian air pada papan duga di Waduk Pacal 104,32 meter dengan debit air sekitar 400 ribu meter kubik per 9 November.
Berdasarkan pengamatannya, menurut dia, di waduk masih ada lokasi yang tergenang air, terutama di dekat pintu pengeluaran juga tempat lainnya.
"Curah hujan dalam beberapa hari terakhir masih rendah rata-rata baru 15 milimeter, ya wajar kalau belum ada tambahan air di Waduk Pacal," kata Kasi Bina Operasi dan Pengendalian Dinas Pekerjaan Umum (PU) Sumber Daya Air Bojonegoro Marlan, menambahkan.
Di daerah setempat yang sudah turun hujan, antara lain, di Kecamatan
Kepohbaru, Baureno, dan Sumberrejo.
"Petani di sepanjang daerah irigasi Waduk Pacal masih belum menanam padi, sebab hujan belum merata juga intensitasnya masih rencah," ujarnya.
Ia memperkirakan para petani di sepanjang daerah irigasi Waduk Pacal di sejumlah kecamatan akan mulai mengolah tanah termasuk membuat pembibitan pada pertengahan November.
"Kemungkinan petani di sepanjang irigasi Waduk Pacal akan mulai menanam tanaman padi Desember," ucapnya.
Sesuai prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Gesofisika (BMKG) Karangploso, Malang, di daerah setempat awal musim hujan terjadi pada dasarian I-III November.
Data di kantor Dinas Pengairan menyebutkan Waduk Pacal memiliki daerah irigasi pertanian seluas 16.624 hektare di sejumlah desa di Kecamatan Sukosewu, Balen, Kapas, Sumberrejo, Kepohbaru, dan Baureno.
Pada awal dibangun Belanda pada 1933, Waduk Pacal mampu menampung air mencapai 42 juta meter kubik. Namun, sekarang daya tampungnya menurun, disebabkan sedimen yang masuk waduk mencapai 15 ribu meter kubik per tahun, yang dipengaruhi rusaknya daerah tangkapan air dan rusaknya bangunan pelimpas. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018