Malang (Antaranews Jatim) - Topeng Malangan berbahan dari roti yang sudah tidak layak konsumsi (basi) mengantarkan tiga mahasiswa Universitas Ma Chung Malang menjuarai kompetisi "business plan" yang diselenggarakan HMJ Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, belum lama ini.
Anggota tim pembuat Topeng Malangan berbahan roti basi Universitas Ma Chung Malang Rizka Ayu Larasati di Malang, Senin, mengatakan berawal dari ide untuk memanfaatkan limbah makanan berupa roti afkiran agar tidak terbuang sia-sia dan memiliki nilai ekonomis.
"Bahan dasar roti afkiran ini kami usung karena harganya murah, bahkan gratis. Selain itu, juga mudah ditemukan karena produsen roti di Kota Malang ini sangat banyak serta cara pengolahannya mudah," kata Rizka Ayu.
Rizka mengemukakan cara pembuatan Topeng Malangan tersebut, adalah roti afkiran ini dicampur dengan beberapa bahan, selanjutnya diolah yang menghasilkan adonan yang mirip clay sehingga mudah dibentuk.
"Topeng Malangan kami pilih karena kami juga harus membawa kearifan lokal dalam bisnis kami. Memang yang kami buat belum seindah buatan pengrajin, namun kami berusaha agar dapat semirip mungkin dengan topeng aslinya," tutur anggota tim lainnya Gusti Ayu Shinta Berta.
Selain Rizka Ayu Larasati dan Gusti Ayu Shinta Berta, tim tersebut juga diperkuat leh Jacqueline Febrina. Ketiga mahasiswa semester tujuh Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Ma Chung itu, awalnya mengajukan proposal bisnis membuat kerajinan khas Malang, yakni Topeng Malangan berbahan dasar roti afkiran.
Ketiga mahasiswi tersebut, tidak hanya puas telah meraih gelar juara dalam kompetisi business plan saja. Mereka berencana menggandeng komunitas pengrajin Topeng Malangan lokal untuk menggunakan bahan roti afkiran ini sebagai bahan baku (bahan dasar) pembuatan topeng mereka.
"Yang kami lihat sekarang kerajinan Topeng Malangan masih berbahan kayu atau fiber, dimana bahan-bahan ini kurang ramah lingkungan, kurang sustainable (berkelanjutan), dan harganya mahal. Kami ingin mengajak mereka (pengrajin) menggunakan bahan yang lebih murah dan gampang didapatkan," paparnya.
Berkat kreativitas ketiga mahsiswa tersebut, para juri dalam kompetisi business plan yang terdiri dari para praktisi dunia industri dan akademisi menghadiahi mereka dengan peringkat pertama di ajang ini, menyisihkan tim dari Universitas Indonesia (juara 2), Universitas Prasetiya Mulya (juara 3), dan peserta dari 30 universitas se-Indonesia.
Mahasiswa di Universitas yang didirikan oleh lebih dari 90 pengusaha ternama di Indonesia itu, selain perkuliahan reguler juga diberikan pendidikan kewirausahaan. Khusus untuk program studi Manajemen, mahasiswa mendapatkan pendidikan dan praktikum kewirausahaan selama enam semester, mulai dari ide generasi hingga pengurusan legalitas usaha.
Pembentukan mental wirausaha kepada semua mahasiswa dimaksudkan untuk mencetak para pemimpin masa depan yang dapat membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain.
Saat ini, para pengrajin Topeng Malang, seperti di Padepokan Panji Asmoro Bangun di Pakisaji dan di Tumpang lebih banyak menggunakan bahan baku kayu.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
Anggota tim pembuat Topeng Malangan berbahan roti basi Universitas Ma Chung Malang Rizka Ayu Larasati di Malang, Senin, mengatakan berawal dari ide untuk memanfaatkan limbah makanan berupa roti afkiran agar tidak terbuang sia-sia dan memiliki nilai ekonomis.
"Bahan dasar roti afkiran ini kami usung karena harganya murah, bahkan gratis. Selain itu, juga mudah ditemukan karena produsen roti di Kota Malang ini sangat banyak serta cara pengolahannya mudah," kata Rizka Ayu.
Rizka mengemukakan cara pembuatan Topeng Malangan tersebut, adalah roti afkiran ini dicampur dengan beberapa bahan, selanjutnya diolah yang menghasilkan adonan yang mirip clay sehingga mudah dibentuk.
"Topeng Malangan kami pilih karena kami juga harus membawa kearifan lokal dalam bisnis kami. Memang yang kami buat belum seindah buatan pengrajin, namun kami berusaha agar dapat semirip mungkin dengan topeng aslinya," tutur anggota tim lainnya Gusti Ayu Shinta Berta.
Selain Rizka Ayu Larasati dan Gusti Ayu Shinta Berta, tim tersebut juga diperkuat leh Jacqueline Febrina. Ketiga mahasiswa semester tujuh Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Ma Chung itu, awalnya mengajukan proposal bisnis membuat kerajinan khas Malang, yakni Topeng Malangan berbahan dasar roti afkiran.
Ketiga mahasiswi tersebut, tidak hanya puas telah meraih gelar juara dalam kompetisi business plan saja. Mereka berencana menggandeng komunitas pengrajin Topeng Malangan lokal untuk menggunakan bahan roti afkiran ini sebagai bahan baku (bahan dasar) pembuatan topeng mereka.
"Yang kami lihat sekarang kerajinan Topeng Malangan masih berbahan kayu atau fiber, dimana bahan-bahan ini kurang ramah lingkungan, kurang sustainable (berkelanjutan), dan harganya mahal. Kami ingin mengajak mereka (pengrajin) menggunakan bahan yang lebih murah dan gampang didapatkan," paparnya.
Berkat kreativitas ketiga mahsiswa tersebut, para juri dalam kompetisi business plan yang terdiri dari para praktisi dunia industri dan akademisi menghadiahi mereka dengan peringkat pertama di ajang ini, menyisihkan tim dari Universitas Indonesia (juara 2), Universitas Prasetiya Mulya (juara 3), dan peserta dari 30 universitas se-Indonesia.
Mahasiswa di Universitas yang didirikan oleh lebih dari 90 pengusaha ternama di Indonesia itu, selain perkuliahan reguler juga diberikan pendidikan kewirausahaan. Khusus untuk program studi Manajemen, mahasiswa mendapatkan pendidikan dan praktikum kewirausahaan selama enam semester, mulai dari ide generasi hingga pengurusan legalitas usaha.
Pembentukan mental wirausaha kepada semua mahasiswa dimaksudkan untuk mencetak para pemimpin masa depan yang dapat membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain.
Saat ini, para pengrajin Topeng Malang, seperti di Padepokan Panji Asmoro Bangun di Pakisaji dan di Tumpang lebih banyak menggunakan bahan baku kayu.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018