Trenggalek (Antaranews Jatim) - Bupati Trenggalek Emil Elestianto Dardak menyatakan proyek penataan tebing di jalur Trenggalek-Ponorogo kilometer 16 Desa Nglinggis, Kabupaten Trenggalek yang kini berlangsung bertujuan mencegah longsor susulan dalam jangka panjang.

"Longsor yang terjadi pada kali ini bukannya diakibatkan oleh bencana alam, malah justru akan dibangunkan tembok penahan tebing. Kementerian PUPR akan membangun empat titik tembok penahan tebing di lokasi ini," kata Emil dalam penjelasannya, di Trenggalek, Jawa Timur, Jumat.

Longsor yang terjadi di KM 16 bukanlah akibat bencana alam, melainkan memang ada kegiatan pembangunan penahan tebing.

Dikarenakan struktur tanah yang memang sangat labil longsor dilokasi ini tidak dapat dielakkan.

Longsor juga mengakibatkan pelaksanaan pembangunan tembok penahan tebing yang dilaksanakan oleh BBPJN (Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional) VIII? Surabaya menjadi terkendala.

"Tahun lalu hingga tahun sekarang kita selalu mengalami longsor di wilayah ini, Km 16 hingga Km 18 Jalan Raya Trenggalek-Ponorogo," ujarnya.

Kondisi ruas jalan yang kian miring dan retak-retak itulah yang mendorong Pemkab Trenggalek di bawah komando Emil Dardak untuk berkoordinasi dengan Kementerian PUPR, yang didahului dengan kunjungan langsung Dirjen PU waktu itu.

Hasilnya, lanjut Emil, disepakati saat itu untuk segera dilakukan detail engineering design (DED) sebagai bentuk keseriusan pemerintah dalam menangani permasalahan ini agar tidak menjadi bom waktu dikemudian hari.

"Tentunya penanganan ini merupakan perjuangan yang tidak mudah dan tidak murah. Akan ada beberapa titik perbaikan, di Km 16 dan beberapa titik di Km 17 dan Km 18 serta di sekitar patung Reog perbatasan Trenggalek-Ponorogo yang sudah miring," papar Emil.

Tindak lanjut dari kunjungan ini, Kementerian PUPR gandeng Geologi UGM dan ITB melakukan study Detail Engineering Design (DED) yang selanjutnya ditindaklanjuti dengan kegiatan pembangunan empat titik tembok penahan tebing di Jalan Raya Trenggalek-Ponorogo.

"Semakin hari lokasi longsor ini semakin berbahaya, longsoran ini mengakibatkan juga pergerakan tanah sehingga jalan ini semakin lama semakin miring sehingga sangat berbahaya," tuturnya.

Emil yang juga menjabat sebagai co-Presiden UCLG Aspac (Asosiasi Kepala Daerah se-Asia Pasifik) itu mengaku cukup khawatir bila permasalahan ini dibiarkan dikemudian hari dapat menjadi bom waktu yang bisa membahayakan bagi pengguna jalan.

Padahal jalur ini menjadi salah satu jalur yang diminati oleh pengguna jalan untuk menuju Jawa Tengah maupun sebaliknya.

Menurutnya penanganan longsor tersebut membutuhkan perjuangan yang tidak mudah dan tidak murah.

Emil berharap pelaksanaan pembangunan tembok penahan tebing ini bisa berjalan lancar, cuaca ikut mendukung sehingga jalur ini bisa segera dipulihkan, katanya.

Ramelan salah satu pejabat di BBPJN (Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional) VIII? Surabaya membenarkan bahwasanya untuk penanganan longsor ini pihaknya akan membangun empat titik tembok penahan tebing.

Selain di KM 16 yang saat ini terus terjadi longsor Kementerian PUPR akan membangun tembok penahan tebing di depan Anjungan Cerdas, KM 17 dan KM 18.

"Di depan anjungan cerdas juga ada titik kegiatan pembangunan pengaman tebing. Sifatnya sebagai pengaman dan juga di Km 17 dan Km 18 antisipasi pergeseran tanah dari hasil studi yang telah dilakukan," kata Ramelan.

Empat titik tembok penahan tebing ini merupakan tidak lanjut dari hasil kajian studi yang dilakukan UGM dan ITB serta tindak lanjut usulan Bupati Trenggalek, tandas Ramelan. (*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018