Tulungagung (Antaranews Jatim) - Serapan beras atau gabah setara beras di wilayah kerja Badan Urusan Logistik Subdivre Tulungagung, Jawa Timur cenderung turun mengacu kuantitas serapan pada tiga triwulan terakhir.

Wakil Kepala Bulog Subdivre Tulungagung Ria Sartika, Rabu, mengatakan puncak serapan tetinggi terjadi pada triwulan kedua 2018, yakni periode April-Mei-Juni dengan volume serapan mencapai 10.008 ton.

"Periode ini merupakan puncak serapan sebagaimana tren di tahun-tahun sebelumnya," kata Ria.

Pada triwulan pertama antara Januari-Februari-Maret, jumlah beras atau gabah yang berhasil diserap bulog dari wilayah Tulungagung, Blitar dan Trenggalek tercatat sebanyak 6.727 ton. Sedangkan pada triwulan ketiga mulai Juli-Agustus-September beras yang berhasil diserap hingga 4 September kemarin baru mencapai 2.130 ton.

"Masih ada waktu hingga akhir September. Tapi biasanya volumenya sudah tidak banyak," katanya.

Menurut Ria, tren penurunan serapan bulog disebabkan beberapa faktor. Selain karena tidak ada panen raya seperti pada triwulan kedua atau periode April-Mei-Juni, serangan hama ikut mempengaruhi kuantitas dan kualitas gabah. Kondisi itu masih diperparah dengan panen padi oleh petani yang tidak serempak pada kurun dua-tiga bulan terakhir.

"Akibatnya tidak ada `over-suplay`. Petani lebih cenderung menjual hasil panen padinya ke pengepul atau swasta," katanya.

Dengan harga pembelian yang lebih tinggi, Bulog kesulitan bersaing dengan kompetitor swasta dalam melakukan serapan. "HPP (harga pokok pembelian) kita untuk beras Rp8.040 per kilogram, sementara pasar bisa membeli dengan harga lebih tinggi," ujarnya.

Kondisi itulah yang membuat Bulog tidak bisa agresif melakukan pembelian gabah dari petani.

Sebaliknya, mereka hanya bisa menunggu kelebihan stok beras yang tidak terbeli pengepul/swasta yang juga aktif melakukan pembelian dari petani.

"Kalau panen turun sementara swasta aktif melakukan pembelian, otimatis tidak akan ada `over-suplay`. Itu pula sebabnya serapan beras oleh bulog sekarang minim atau cenderung turun," ujarnya.

Total serapan beras atau gabah setara beras bulog terhitung sejak Januari hingga 4 September kemarin baru tercapai 18.965 ton atau sekitar 53,5 persen.

Sementara target serapan selama periode 2018 adalah 35,5 ribu ton. Masih ada kekurangan serapan sebesar 16.535 ton atau sekitar 46,5 persen.

Kendati berat, Ria mengaku pihaknya masih optimistis target serapan bisa tercapai hingga akhir Desember mendatang. (*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018