![pinterest](https://pinterest.com/pin/create/button/?url=https://jatim.antaranews.com/berita/262151/aji-jember-gelar-nobar-made-in-siberut-untuk-donasi-lombok&media=https://cdn.antaranews.com/cache/1200x800/2018/08/nobar-donasi-lombok.jpg&description=AJI Jember Gelar Nobar "Made In Siberut" untuk Donasi Lombok){kind=link}
Banyuwangi (Antaranews Jatim) - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jember menggalang dana untuk korban gempa bumi Lombok, Nusa Tenggara Barat dengan menggelar kegiatan nonton bareng film berjudul "Made In Siberut" di Gedung F4 Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi, Jawa Timur.
Koordinator acara Rizki Alfian, Jumat, di Banyuwangi mengatakan kegiatan nonton bareng film dokumenter produksi WatchDoc besutan Dandy Dwi Laksono tersebut merupakan inisiatif AJI Jember untuk memberikan donasi kemanusiaan kepada korban gempa bumi di Lombok., terutama kalangan jurnalis yang ikut menjadi korban dalam gempa tersebut.
"Kami mengumpulkan donasi dari penonton yang mengikuti nonton bareng dan diskusi film dokumenter itu dan alhamdulillah dana yang terkumpul sebanyak 479.000 akan disalurkan melalui AJI Mataram," tuturnya.
Selain melalui kegiatan nonton bareng, AJI Jember juga menggalang donasi untuk korban gempa Lombok dari internal anggota dan dana kas AJI Jember sebagai bentuk solidaritas kemanusiaan dan kepedulian terhadap sejumlah jurnalis yang juga menjadi korban gempa bumi berkekuatan 7 skala richter tersebut.
Sementara pengurus AJI Jember Ikaningtyas yang ikut dalam kegiatan nonton bareng di Banyuwangi mengatakan film 'Made in Siberut' bercerita tentang kehidupan masyarakat Mentawai, khususnya Pulau Siberut, dalam tatanan sosial.
"Mereka dipaksa memilih beras sebagai makanan pokok, sementara nenek moyang mengajarkan makan sagu. Hilang sagu berganti padi-padi kosong, sehingga masyarakat Si Berut kehilangan pangan lokal," tuturnya.
Dalam film itu, lanjut dia, penonton disajikan banyak sudut pandang permasalahan yang ada di Indonesia, salah satunya ketimpangan program pemerintah yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sehingga terkesan ada pemaksaan.
"Film Si Berut adalah film kesebelas dari rangkaian Ekspedisi Indonesia Biru, setelah Asimetris dan Boti," ucap mantan Ketua AJI Jember dua periode itu.
Film yang merupakan bagian dari Ekspedisi Indonesia Biru itu juga menggambarkan kearifan lokal yang dimiliki masyarakat Mentawai.
"WatchDoc Documentary mendedikasikan film ini untuk korban dan relawan gempa Lombok dan Bali, sehingga AJI Jember juga berpartisipasi menggalang donasi kemanusiaan dengan menggelar nonton bareng film tersebut di Banyuwangi," ujarnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
Koordinator acara Rizki Alfian, Jumat, di Banyuwangi mengatakan kegiatan nonton bareng film dokumenter produksi WatchDoc besutan Dandy Dwi Laksono tersebut merupakan inisiatif AJI Jember untuk memberikan donasi kemanusiaan kepada korban gempa bumi di Lombok., terutama kalangan jurnalis yang ikut menjadi korban dalam gempa tersebut.
"Kami mengumpulkan donasi dari penonton yang mengikuti nonton bareng dan diskusi film dokumenter itu dan alhamdulillah dana yang terkumpul sebanyak 479.000 akan disalurkan melalui AJI Mataram," tuturnya.
Selain melalui kegiatan nonton bareng, AJI Jember juga menggalang donasi untuk korban gempa Lombok dari internal anggota dan dana kas AJI Jember sebagai bentuk solidaritas kemanusiaan dan kepedulian terhadap sejumlah jurnalis yang juga menjadi korban gempa bumi berkekuatan 7 skala richter tersebut.
Sementara pengurus AJI Jember Ikaningtyas yang ikut dalam kegiatan nonton bareng di Banyuwangi mengatakan film 'Made in Siberut' bercerita tentang kehidupan masyarakat Mentawai, khususnya Pulau Siberut, dalam tatanan sosial.
"Mereka dipaksa memilih beras sebagai makanan pokok, sementara nenek moyang mengajarkan makan sagu. Hilang sagu berganti padi-padi kosong, sehingga masyarakat Si Berut kehilangan pangan lokal," tuturnya.
Dalam film itu, lanjut dia, penonton disajikan banyak sudut pandang permasalahan yang ada di Indonesia, salah satunya ketimpangan program pemerintah yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sehingga terkesan ada pemaksaan.
"Film Si Berut adalah film kesebelas dari rangkaian Ekspedisi Indonesia Biru, setelah Asimetris dan Boti," ucap mantan Ketua AJI Jember dua periode itu.
Film yang merupakan bagian dari Ekspedisi Indonesia Biru itu juga menggambarkan kearifan lokal yang dimiliki masyarakat Mentawai.
"WatchDoc Documentary mendedikasikan film ini untuk korban dan relawan gempa Lombok dan Bali, sehingga AJI Jember juga berpartisipasi menggalang donasi kemanusiaan dengan menggelar nonton bareng film tersebut di Banyuwangi," ujarnya.(*)
Editor : Slamet Hadi Purnomo
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018