Surabaya (Antaranews Jatim) - Gabungan organisasi pecinta alam (OPA) dari lingkungan kampus maupun umum di Surabaya mendirikan posko untuk mengkoordinir bantuan dari masyarakat Surabaya kepada korban bencana gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
"Posko yang didirikan di Prapala Stikosa-AWS itu akan menerima bantuan logistik, obat-obatan, kebutuhan MCK. Sebab, luas area terdampak gempa, Sabtu (5/8) malam, membuat masih banyak pemukiman warga yang belum tersentuh bantuan," kata Ketua Umum Prapala Stikosa AWS Meryta Syane di kampus setempat, Kamis.
Selain menampung bantuan untuk korban gempa, mahasiswi yang akrab disap Meryta tersebut, mengatakan pendirian posko juga untuk koordinasi SDM yang akan dikirim ke Lombok.
"Tahap pertama yang akan berangkat tiga orang masing-masing dari Mapas ITATS, Mapalas Unitomo dan Prapala. Mereka diharapkan langsung berkoordinasi dengan pusat koordinasi (posko) induk di Lombok sekaligus memetakan wilayah mana yang butuh bantuan mendesak terutama SDM, logistik dan trauma healing. Itu sebagai acuan untuk pengiriman tim-tim selanjutnya," kata dia.
Salah satu anggota Prapala Wawan Iswayudi mengatakan potensi search and rescue unit (SRU) di Surabaya memang cukup banyak. Namun tidak semua bisa dioptimalkan kendati sudah ada elemen lain yang juga muncul dari gabungan OPA.
"Prinsipnya kita hanya ingin potensi SDM ini bisa optimal demi kemanusiaan. Apalagi dari informasi anggota kami yang berdomisili di Lombok, masih banyak desa yang aksesnya tertutup dan belum tercover bantuan. Kemungkinan juga banyak korbannya," ujar Wawan Iswayudi.
Salah satu SAR Surabaya Windhy Arisman menyatakan jika menunggu urusan administrasi untuk berangkat seperti yang jadi prosedur potensi SAR sebelumnya, ada kemungkinan korban terus bertambah.
"Kita bicara nyawa, semakin cepat tertolong tentu lebih baik. Yang penting, keberangkatan SDM maupun bantuan yang kita kirim ke Lombok langsung dikoordinasikan dengan posko induk bencana maupun SAR Mission Coordinator (SMC)," tuturnya.
Sampai Kamis siang, dari perkembangan yang dirilis Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan korban meninggal dunia akibat gempa mencapai 131 jiwa. Namun jumlah itu bisa lebih banyak karena kondisi di lapangan masih belum memungkinkan laporan terperinci.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Posko yang didirikan di Prapala Stikosa-AWS itu akan menerima bantuan logistik, obat-obatan, kebutuhan MCK. Sebab, luas area terdampak gempa, Sabtu (5/8) malam, membuat masih banyak pemukiman warga yang belum tersentuh bantuan," kata Ketua Umum Prapala Stikosa AWS Meryta Syane di kampus setempat, Kamis.
Selain menampung bantuan untuk korban gempa, mahasiswi yang akrab disap Meryta tersebut, mengatakan pendirian posko juga untuk koordinasi SDM yang akan dikirim ke Lombok.
"Tahap pertama yang akan berangkat tiga orang masing-masing dari Mapas ITATS, Mapalas Unitomo dan Prapala. Mereka diharapkan langsung berkoordinasi dengan pusat koordinasi (posko) induk di Lombok sekaligus memetakan wilayah mana yang butuh bantuan mendesak terutama SDM, logistik dan trauma healing. Itu sebagai acuan untuk pengiriman tim-tim selanjutnya," kata dia.
Salah satu anggota Prapala Wawan Iswayudi mengatakan potensi search and rescue unit (SRU) di Surabaya memang cukup banyak. Namun tidak semua bisa dioptimalkan kendati sudah ada elemen lain yang juga muncul dari gabungan OPA.
"Prinsipnya kita hanya ingin potensi SDM ini bisa optimal demi kemanusiaan. Apalagi dari informasi anggota kami yang berdomisili di Lombok, masih banyak desa yang aksesnya tertutup dan belum tercover bantuan. Kemungkinan juga banyak korbannya," ujar Wawan Iswayudi.
Salah satu SAR Surabaya Windhy Arisman menyatakan jika menunggu urusan administrasi untuk berangkat seperti yang jadi prosedur potensi SAR sebelumnya, ada kemungkinan korban terus bertambah.
"Kita bicara nyawa, semakin cepat tertolong tentu lebih baik. Yang penting, keberangkatan SDM maupun bantuan yang kita kirim ke Lombok langsung dikoordinasikan dengan posko induk bencana maupun SAR Mission Coordinator (SMC)," tuturnya.
Sampai Kamis siang, dari perkembangan yang dirilis Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan korban meninggal dunia akibat gempa mencapai 131 jiwa. Namun jumlah itu bisa lebih banyak karena kondisi di lapangan masih belum memungkinkan laporan terperinci.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018