Surabaya (Antaranews Jatim) - Pengurus Cabang Nahdatul Ulama (PCNU) Kota Surabaya menilai Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) memiliki peran penting dalam upaya menangkal faham ideologi radikal melalui pembinaan keluarga.
"Jadi PKK tidak hanya mengurus posyandu, kesehatan ibu dan anak secara fisik, tapi juga memperhatikan perkembangan psikologis, religiusitas dan sosial keluarga," kata Ketua PCNU Surabaya Achmad Muhibbin Zuhri kepada Antara di Surabaya, Rabu.
Selain itu, lanjut dia, harus ada upaya terprogram untuk memangkas deseminasi ideologi radikal dan terorisme melalui jalur keturunan atau komunitas berbasis keagamaan.
Begitu juga dengan peran dari dinas pendidikan selain pada programnya yang eksisting, kata dia, juga harus memperhatikan penguatan pengenalan lingkungan sekolah (PLS) bersinergi dengan kelompok-kelompok masyarakat dan organisasi kemasyarakatan.
"Muatannya dipastikan mengandung penyebaran gagasan kedamaian dan anti ideologi radikal," katanya.
Peran pesantren, lanjut dia, juga penting dalam menanamkan faham keagamaan moderat. Pesantren kaum salafi yang rentan terinfiltrasi radikalisme, menurut Muhibbin juga perlu dibina oleh Kemnterian Agama dengan dukungan pemerintah daerah.
"Masjid-masjid dijaga jangan sampai menjadi sarana penyebaran faham radikal dan tempat dakwah provokatif," katanya.
Sementara itu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sebelum menginginkan tujuh anak pelaku teror di Surabaya dan Sidoarjo kembali tumbuh menjadi anak yang normal usai mendapat perawatan lebih lanjut dari sisi psikologisnya di Kementerian Sosial (Kemensos).
"Saya ingin mereka tumbuh normal. Tadi saya sampaikan kalau banyak teman banyak saudara itu seneng bisa bermain bisa belajar bersama-sama. Mereka juga ingin sekolah," kata Risma saat ditemui di sela penyerahan ketujuh anak pelaku teror oleh Polda Jatim ke Kemensos di Mapolda Jatim di Surabaya, Selasa (12/6).
Risma menegaskan Pemkot Surabaya akan tetap melihat perkembangan anak-anak tersebut karena juga menyangkut keamanan dan juga keluarganya yang sebagian masih ada. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Jadi PKK tidak hanya mengurus posyandu, kesehatan ibu dan anak secara fisik, tapi juga memperhatikan perkembangan psikologis, religiusitas dan sosial keluarga," kata Ketua PCNU Surabaya Achmad Muhibbin Zuhri kepada Antara di Surabaya, Rabu.
Selain itu, lanjut dia, harus ada upaya terprogram untuk memangkas deseminasi ideologi radikal dan terorisme melalui jalur keturunan atau komunitas berbasis keagamaan.
Begitu juga dengan peran dari dinas pendidikan selain pada programnya yang eksisting, kata dia, juga harus memperhatikan penguatan pengenalan lingkungan sekolah (PLS) bersinergi dengan kelompok-kelompok masyarakat dan organisasi kemasyarakatan.
"Muatannya dipastikan mengandung penyebaran gagasan kedamaian dan anti ideologi radikal," katanya.
Peran pesantren, lanjut dia, juga penting dalam menanamkan faham keagamaan moderat. Pesantren kaum salafi yang rentan terinfiltrasi radikalisme, menurut Muhibbin juga perlu dibina oleh Kemnterian Agama dengan dukungan pemerintah daerah.
"Masjid-masjid dijaga jangan sampai menjadi sarana penyebaran faham radikal dan tempat dakwah provokatif," katanya.
Sementara itu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sebelum menginginkan tujuh anak pelaku teror di Surabaya dan Sidoarjo kembali tumbuh menjadi anak yang normal usai mendapat perawatan lebih lanjut dari sisi psikologisnya di Kementerian Sosial (Kemensos).
"Saya ingin mereka tumbuh normal. Tadi saya sampaikan kalau banyak teman banyak saudara itu seneng bisa bermain bisa belajar bersama-sama. Mereka juga ingin sekolah," kata Risma saat ditemui di sela penyerahan ketujuh anak pelaku teror oleh Polda Jatim ke Kemensos di Mapolda Jatim di Surabaya, Selasa (12/6).
Risma menegaskan Pemkot Surabaya akan tetap melihat perkembangan anak-anak tersebut karena juga menyangkut keamanan dan juga keluarganya yang sebagian masih ada. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018