Pamekasan (Antaranews Jatim) - Korp Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (Kahmi) muda di Pulau Madura, Jawa Timur menilai, teror bom yang terjadi di Surabaya dan Sidoarjo, Minggu, telah mencederai nilai kemanusiaan.
"Terorisme itu bukan ajaran agama manapun dan tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan kepada pemeluknya," kata juru bicara Kahmi Muda Madura Dr Moh Wardi dalam diskusi bertajuk, "Islam, Media dan Terorisme" yang digelar Kahmi alumni IAIN Madura di Pamekasan, Minggu malam.
Terorisme atas nama agama yang terjadi selama ini, menurut dia, justru mencederai nama baik agama tertentu, dalam hal ini adalah Islam, karena para pelaku teror selama ini merupakan orang Islam.
Padahal, sambung dia, Islam merupakan agama yang mengajarkan perdamaian, kebaikan dan toleransi, antarsesama pemeluk agama.
Akademisi dari Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Nazhatut Thullab, Sampang, Madura ini lebih lanjut meminta, agar semua elemen masyarakat di Jawa Timur secara khusus dan Indonesia pada umumnya, bisa bangkit dan menyatukan tekad melawan berbagai bentuk terorisme itu.
Nilai kemanusiaan harus dijunjung tinggi, karena inti dari semua ajaran agama adalah humanisme.
"Homo homini socious atau manusia menjadi kawan atau teman bagi manusia yang lain, itu harus kita perhatikan," ujar Wardi.
Cita ideal umat Islam kedepan yang harus diperjuangkan dan harus menjadi agenda ideologis bersama adalah muslim moderat, toleran dan humanis, bukan radikal yang selalu mengancam teror pada sesama manusia yang berbeda paham dan keyakinan.
Sementara itu, Polda Jawa Timur menyatakan data sementara korban meninggal dunia akibat serangan bom di tiga gereja di Surabaya, Minggu (13/5) pagi menjadi 13 orang. Sedangkan korban luka terdata sebanyak 43 orang dan dirawat di berbagai rumah sakit di Surabaya.
Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mangera dalam rilis yang disampaikan kepada media menyebutkan, tujuh orang meninggal akibat ledakan di Gereja Santa Maria, tiga korban meninggal di Gereja Pantekosta di Jalan Arjuno dan tiga korban meninggal di Gereja Kristen Indonesia di Jalan Diponegoro.
Sementara dari identifikasi korban meninggal dunia di RS Bhayangkara Polda Jatim, dua korban telah diketahui identitasnya.
Jenazah dua korban itu rencananya diserahkan kepada pihak keluarga. Namun penyerahan batal dilakukan karena dari forensik untuk data primer masih belum terpenuhi.
"Untuk penyerahan kami tunda dan belum bisa diserahkan malam ini. Ada pemeriksaan data primer dan sekunder yang dilakukan tim DVI Polri di RS Bhayangkara Polda Jatim. Data sekunder sudah lengkap, namun data primer ada yang kurang," kata Barung.
Wartawan Antara Indra Setiawan melaporkan, selain di tiga gereja itu, ledakan bom juga terjadi di Rumah Susun (Rusun) Wonocolo, Taman Sidoarjo, Jatim sekitar pukul 21.00 WIB, Minggu malam. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Terorisme itu bukan ajaran agama manapun dan tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan kepada pemeluknya," kata juru bicara Kahmi Muda Madura Dr Moh Wardi dalam diskusi bertajuk, "Islam, Media dan Terorisme" yang digelar Kahmi alumni IAIN Madura di Pamekasan, Minggu malam.
Terorisme atas nama agama yang terjadi selama ini, menurut dia, justru mencederai nama baik agama tertentu, dalam hal ini adalah Islam, karena para pelaku teror selama ini merupakan orang Islam.
Padahal, sambung dia, Islam merupakan agama yang mengajarkan perdamaian, kebaikan dan toleransi, antarsesama pemeluk agama.
Akademisi dari Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Nazhatut Thullab, Sampang, Madura ini lebih lanjut meminta, agar semua elemen masyarakat di Jawa Timur secara khusus dan Indonesia pada umumnya, bisa bangkit dan menyatukan tekad melawan berbagai bentuk terorisme itu.
Nilai kemanusiaan harus dijunjung tinggi, karena inti dari semua ajaran agama adalah humanisme.
"Homo homini socious atau manusia menjadi kawan atau teman bagi manusia yang lain, itu harus kita perhatikan," ujar Wardi.
Cita ideal umat Islam kedepan yang harus diperjuangkan dan harus menjadi agenda ideologis bersama adalah muslim moderat, toleran dan humanis, bukan radikal yang selalu mengancam teror pada sesama manusia yang berbeda paham dan keyakinan.
Sementara itu, Polda Jawa Timur menyatakan data sementara korban meninggal dunia akibat serangan bom di tiga gereja di Surabaya, Minggu (13/5) pagi menjadi 13 orang. Sedangkan korban luka terdata sebanyak 43 orang dan dirawat di berbagai rumah sakit di Surabaya.
Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mangera dalam rilis yang disampaikan kepada media menyebutkan, tujuh orang meninggal akibat ledakan di Gereja Santa Maria, tiga korban meninggal di Gereja Pantekosta di Jalan Arjuno dan tiga korban meninggal di Gereja Kristen Indonesia di Jalan Diponegoro.
Sementara dari identifikasi korban meninggal dunia di RS Bhayangkara Polda Jatim, dua korban telah diketahui identitasnya.
Jenazah dua korban itu rencananya diserahkan kepada pihak keluarga. Namun penyerahan batal dilakukan karena dari forensik untuk data primer masih belum terpenuhi.
"Untuk penyerahan kami tunda dan belum bisa diserahkan malam ini. Ada pemeriksaan data primer dan sekunder yang dilakukan tim DVI Polri di RS Bhayangkara Polda Jatim. Data sekunder sudah lengkap, namun data primer ada yang kurang," kata Barung.
Wartawan Antara Indra Setiawan melaporkan, selain di tiga gereja itu, ledakan bom juga terjadi di Rumah Susun (Rusun) Wonocolo, Taman Sidoarjo, Jatim sekitar pukul 21.00 WIB, Minggu malam. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018