Surabaya (Antaranews Jatim) - Peristiwa teror bom bunuh diri yang terjadi di tiga gereja di Kota Surabaya pada Minggu (13/5) dan Mapolrestabes Surabaya pada Senin (14/5) membuat trauma mendalam di kalangan warga Kota Pahlawan.
Tentunya hal ini menjadi tugas dari Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini memberikan rasa aman dan nyaman kepada warganya pascakeajadian itu. Berbagai upaya dilakukan orang nomor satu di Surabaya ini.
Risma pun bergerak cepat menghadapi peristiwa teror bom di Kota Surabaya. Setidaknya, ada lima "jurus" atau langkah taktis yang dilakukan Risma dalam menghadapi teror bom dalam sepekan ini.
Adapun lima jurus tersebut, pertama aksi, Risma langsung turun ke lapangan meninjau tiga gereja dan Mapolrestabes Surabaya yang terkena teror. Bahkan Risma terlihat ikut mendampingi kunjungan Presiden RI Joko Widodo dan Kapolri Jendral Pol Tito Karnavian ke sejumlah lokasi pengeboman.
Selanjutnya, Risma mengumpulkan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dan memerintahkan untuk membantu kerja kepolisian.
Tidak hanya itu, Risma juga ikut turun mengikuti penggerebekan rumah terduga teroris yang dilakukan oleh Densus 88 di rumah milik keluarga pelaku bom bunuh diri di tiga gereja di Jalan Wonorejo Asri Blok K/22A, Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Rungkut pada Minggu (13/5) malam.
"Ini adalah cobaan yang mana kita tidak boleh menyerah dan kita tidak boleh kalah dengan hal-hal yang sifatnya menakut-nakuti warga Surabaya semuanya. Ingat kita punya Tuhan Yang Maha Kuasa," kata Risma kepada warga Surabaya.
Jurus kedua simpati, Risma menunjukkan rasa simpatinya kepada para korban teror bom dengan menjenguk korban luka-luka yang dirawat di rumah sakit maupun mengunjungi keluarga dari korban meninggal dunia di rumahnya.
Bahkan, ia juga menyempatkan waktu untuk melayat ke rumah korban yang meninggal seraya menguatkan para keluarga yang ditinggalkannya. Risma bersama rombongan mendatangi rumah duka dari almarhum Aloysius Bayu Rendra Wardhana di Jalan Gubeng Kertajaya I Nomor 15A Surabaya.
Diketahui, Bayu merupakan salah satu korban meninggal dunia dari ledakan bom bunuh diri di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, Ngagel, Surabaya. Sosok Bayu menjadi perbincangan setelah dia disebut melakukan aksi heroik, menghadang motor pelaku pengeboman di depan Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel Madya Nomor 1, Gubeng, Surabaya.
Atas tindakannya yang menghentikan sepeda motor yang dikendarai Yusuf Fadhil (18) beserta membonceng adik kandungnya Firman Hakim (16) sambil memangku bom rakitan, Bayu menjadi pahlawan karena mampu menyelamatkan sekitar 500 jemaat Gereja SMTB yang sedang mengikuti akhir dari misa atau kebaktian rutin.
Bayu berhasil membuat laju motor Yusuf Fadhil terhenti dan langsung meledak di halaman gereja. Seketika itu pula, tubuh Bayu yang tinggi itu hancur bersama kedua pengendara dan pembonceng motor yang menabraknya.
Ketiga dialog, Risma tidak mau kejadian serupa terjadi lagi di Kota Surabaya, sehingga dia langsung menggelar sejumlah dialog, di antaranya menggelar dialog dengan RT/RW.
Saat bertemu dengan RT/RW, ia mengimbau untuk selalu deteksi dini dan menekankan agar tetap waspada terhadap orang-orang yang mencurigakan dan tidak mudah terprovokasi.
"Saya juga minta warga untuk ikut mempresure ruang gerak pelaku teror. Makanya, siskamling dan PAM swakarsa, kalau bisa mohon untuk diaktifkan kembali," kata Risma kepada para RT/RW di Surabaya.
Wali Kota perempuan pertama di Kota Surabaya itu juga menjelaskan ciri-ciri para pelaku teror yang tinggal di tengah-tengah masyarakat. Biasanya, orang seperti itu justru lebih sopan dan ramah terhadap tetangga.
Namun, lanjut dia, untuk kehidupannya keseharian ataupun pekerjaannya, pasti akan lebih tertutup. Risma mengimbau jika ada warga yang dicurigai, maka jangan memaksa untuk mengatasinya.
Hal itu ditekankan Risma karena tidak mau terjadi apa-apa dengan warganya. Ia meminta warga memberikan informasi apa saja yang diterimanya dan biar aparat keamanan yang bergerak.
Selain itu, Risma juga berdialog dengan kepala sekolah se-Surabaya. Saat itu, ia meminta kepala sekolah untuk berkomunikasi dengan wali kelas agar mampu mendeteksi anak-anak yang mengalami perilaku aneh ketika berbicara.
Sebab, lanjut dia, hal itu akan menjadi informasi awal untuk ditindaklanjuti. "Guru BK (bimbingan konseling) dan agama saya minta untuk aktif berinteraksi dengan anak-anak, karena sangat berperan penting dalam mengembangkan perilaku dan pola pikir anak," kata dia.
Selanjutnya, Risma juga berdialog dengan Takmir Masjid se-Kota Surabaya. Saat itu, ia menjelaskan bahwa ajaran Islam tidak pernah mengajarkan untuk menyakiti orang lain.
Makanya, ia meminta kepada seluruh takmir masjid untuk terus memegang teguh ajaran rasul. Ia juga menjelaskan bahwa Islam itu adalah agama rahmatan lil alamin, yaitu agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi semua seluruh alam semesta, termasuk hewan, tumbuhan dan jin, apalagi sesama manusia.
"Banyak sekali ayat-ayat di dalam Al Quran yang menerangkan bahwa Islam itu ajaran yang sangat mulia. Maka dari itu, mari kita bersatu dan saling bersilaturahmi dengan erat. Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," katanya.
Dialog berikutnya dengan guru agama se-Kota Surabaya. Pada saat itu, Wali Kota Risma menjelaskan manusia hidup itu tidak hanya mengurusi hubungan manusia dengan tuhannya saja, tapi juga harus memperhatikan hubungan antarsesama manusia.
Hal ini pula yang harus diperhatikan oleh anak-anak di sekolah. Ia menekankan agar para siswa-siswi di sekolah digenjot kembali pembelajaran toleransi. Ini perlu dilakukan agar anak-anak bisa lebih peduli kepada sesamanya.
Bahkan, ia juga meminta untuk mengajari anak-anak tentang sejarah yang telah dilalui Indonesia untuk memperoleh kemerdekaannya. Anak-anak perlu diingatkan bahwa Indonesia punya sejarah yang dibangun dengan berdarah-darah, sehingga sangat tidak layak apabila melupakan sejarah.
"Saya mohon mengajarkan bahwa kita punya sejarah dan perjuangan yang sangat luar biasa. Kalau kita sekarang bisa menikmatinya, lalu melupakannya, berarti kita menjadi orang yang tidak tahu berterimakasih," ujarnya.
Selain itu, Risma juga berdialog dengan para psikolog dan psikiater. Saat dialog itu, ia meminta untuk bergandeng tangan menghilangkan rasa takut dan trauma anak-anak Surabaya.
Bahkan ia juga sudah membuat tim yang terdiri dari para psikolog dan psikiater untuk bersama-sama menyembuhkan kondisi psikis dari anak-anak korban ledakan bom bunuh diri.
Keempat santunan, wali kota yang sarat dengan prestasi ini memberikan santunan kepada korban teror bom yang luka-luka maupun yang meninggal. Santunan itu berupa uang, perawatan sampai sembuh bagi korban yang luka-luka, bantuan pemakaman bagi korban yang meninggal, ganti rugi kerusakan bagi korban terdampak teror bom yang mengalami kerugian materiil, dan beasiswa bagi anak korban teros bom.
"Semua nanti pengobatan hingga proses pemakaman dan lain-lain, itu akan ditanggung oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Jadi, keluarga ndak perlu kuatir, kami akan bantu selesaikan nanti," katanya.
Kelima penghargaan, untuk memberikan aspirasi kepada semua pihak yang telah membantu penanganan teror bom di Surabaya, Risma memberikan penghargaan yang diserahkan pada Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ke-110. Penghargaan itu diberikan kepada pihak rumah sakit, universitas, psikolog, dan kepolisian.
Pada kesempatan itu, Risma memastikan bahwa teror bom di Surabaya tidak membuat penduduk Kota Pahlawan larut dalam duka dan amarah. Justru sebaliknya, peristiwa itu semakin menguatkan rasa persatuan dan kesatuan antar sesama dan umat beragama.
"Tidak boleh menyerah. Usaha dan niat baik yang sudah lama kita pupuk jangan sampai dirusak oleh orang-orang yang ingin memecah belah kerukunan sesama manusia. Kita harus bekerjasama dan berinteraksi antar masyarakat," katanya.
Apresiasi
Kalangan DPRD Surabaya memuji upaya cepat yang dilakukan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dalam mengatasi situasi dan kondisi pascateror bom yang terjadi dalam sepekan ini.
Wakil Ketua Fraksi PKS DPRD Kota Surabaya Reni Astuti menyampaikan duka cita mendalam kepada keluarga korban dan memberikan apresiasi kepada Pemerintah Kota Surabaya atas penanganan keluarga korban.
"Kami mengapresiasi pemerintah kota yang telah memberikan santunan kepada keluarga korban dan memberikan beasiswa kepada anak-anak korban," katanya.
Hal sama juga dikatakan anggota Komisi C DPRD Surabaya Vinsensius Awey dari Partai Nasdem. Ia mengapresiasi apa yang dilakukan oleh Risma dengan mengumpulkan seluruh perangkat aparatnya, pengurus RT-RW hingga ormas yang ada di Kota Pahlawan guna menciptakan suasana yang kondusif.
"Kuncinya untuk menjaga keamanan memang bukan hanya di kepolisian dan pemerintahan saja, tapi juga masyarakat," ujarnya.
Menurutnya, masyarakat bisa mewujudkan lingkungan yang kondusif di lingungannya, dengan peduli dan mendeteksi terhadap kejadian yang berlangsung di wilayahnya.
"Leadingnya sektornya pengamanan memang ada di aparat, tapi masyarakat bisa ambil bagian dan bangkit," katanya.
Awey menyampaikan, gerakan moral untuk mengajak warga Surabaya segera bangkit telah disampaikan ke pemerintah kota. Menurutnya, gerakan tersebut penting dilakukan, agar aktifitas masyarakat kembai normal seperti sedia kala. (*)