Pekanbaru (Antaranews Jatim) - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau menyatakan harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) bernama Bonita yang telah berhasil ditembak bius dan ditangkap tim gabungan, malam ini langsung di evakuasi ke Dharmasaraya Sumatera Barat.
"Malam ini langsung menuju pusat rehabilitasi harimau di Dharmasaraya Sumatera Barat," kata Kepala BBSKDA Riau, Suharyono kepada Antara di Pekanbaru, Jumat.
Dia mengatakan tim gabungan terdiri dari TNI, Polri dan BBKSDA Riau membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengevakuasi Bonita karena medan yang ditempuh cukup sulit.
Tim harus beberapa kali menyeberang sungai dari lokasi penangkapan di Kecamatan Pelangiran Kabupaten Indragiri Hilir hingga akhirnya sampai ke Kota Rengat, Indragiri Hulu, Riau.
"Malam ini saya langsung meluncur ke lapangan untuk memantau evakuasi harimau," ucapnya.
Setiba di Rengat, Bonita yang setelah ditembak bius dan ditempatkan di dalam kerangkeng besi tersebut langsung dibawa ke Sumatera Barat melalui jalur darat.
Dia mengatakan belum dapat memberikan keterangan lebih lanjut terkait penangkapan tersebut malam ini. Namun, Suharyono mengatakan pihaknya akan memberikan keterangan resmi bersama dengan Dirjen KSDAE Ir Wiratno, Sabtu pagi (21/4) besok.
Sebelumnya diberitakan tim gabungan BBKSDA Riau, TNI dan Polres Indragiri Hilir berhasil menembak bius harimau sumatera Bonita. Satwa dilindungi itu ditembak bius dan ditangkap pada Jumat pagi tadi sekitar pukul 06.50 WIB.
Kapolres Indragiri Hilir, AKBP Christian Roni Putra kepada Antara mengatak Bonita ditangkap di Kecamatan Pelangiran, tepatnya areal perkebunan PT Tabung Haji Indo Plantation.
Lokasi itu yang selama ini menjadi areal jelajah satwa dilindungi tersebut dan menerkam dua warga, termasuk salah satu di antaranya karyawan perusahaan asal Malaysia itu hingga tewas Januari 2018 lalu.
Bonita, harimau sumatera betina yang diperkirakan berusia 4 tahun dalam empat bulan terakhir berkeliaran di areal pemukiman warga dan perkebunan sawit PT THIP.
Jumiati, menjadi korban pertama yang meninggal pada awal Januari 2018. Perempuan berusia 33 tahun tersebut diserang Bonita saat bekerja di KCB 76 Blok 10 Afdeling IV Eboni State, Desa Tanjung Simpang, Pelangiran, Indragiri Hilir.
Terakhir, Yusri Efendi (34) meregang nyawa di desa yang sama, namun berjarak sekitar 15 kilometer dari lokasi tewasnya Jumiati. Dua kejadian tersebut berakibat pada kemarahan warga.
Sebenarnya, pascainsiden pertama, tim BBKSDA Riau telah diturunkan untuk menangkap dan menyelamatkan harimau tersebut. Tim tersebut terdiri dari BBKSDA Riau, TNI, Polisi serta sejumlah pegiat satwa dilindungi.
Puluhan perangkap juga telah dipasang. Perangkap-perangkap berbentuk kotak berisi kambing jantan dan babi hutan menyebar di sekitar lokasi itu.
Begitu juga kamera pengintai, yang dipasang di setiap sudut dimana perangkap itu berada. Namun, upaya itu belum membuahkan hasil sebelum berhasil ditembak bius malam ini.
Terakhir, ahli bahasa satwa asal Kanada bernama Shakti dihadirkan untuk membantu proses penangkapan satwa tersebut. Shakti, wanita muda berusia 22 tahun itu telah bergabung bersama tim sejak tiga pekan terakhir. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Malam ini langsung menuju pusat rehabilitasi harimau di Dharmasaraya Sumatera Barat," kata Kepala BBSKDA Riau, Suharyono kepada Antara di Pekanbaru, Jumat.
Dia mengatakan tim gabungan terdiri dari TNI, Polri dan BBKSDA Riau membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengevakuasi Bonita karena medan yang ditempuh cukup sulit.
Tim harus beberapa kali menyeberang sungai dari lokasi penangkapan di Kecamatan Pelangiran Kabupaten Indragiri Hilir hingga akhirnya sampai ke Kota Rengat, Indragiri Hulu, Riau.
"Malam ini saya langsung meluncur ke lapangan untuk memantau evakuasi harimau," ucapnya.
Setiba di Rengat, Bonita yang setelah ditembak bius dan ditempatkan di dalam kerangkeng besi tersebut langsung dibawa ke Sumatera Barat melalui jalur darat.
Dia mengatakan belum dapat memberikan keterangan lebih lanjut terkait penangkapan tersebut malam ini. Namun, Suharyono mengatakan pihaknya akan memberikan keterangan resmi bersama dengan Dirjen KSDAE Ir Wiratno, Sabtu pagi (21/4) besok.
Sebelumnya diberitakan tim gabungan BBKSDA Riau, TNI dan Polres Indragiri Hilir berhasil menembak bius harimau sumatera Bonita. Satwa dilindungi itu ditembak bius dan ditangkap pada Jumat pagi tadi sekitar pukul 06.50 WIB.
Kapolres Indragiri Hilir, AKBP Christian Roni Putra kepada Antara mengatak Bonita ditangkap di Kecamatan Pelangiran, tepatnya areal perkebunan PT Tabung Haji Indo Plantation.
Lokasi itu yang selama ini menjadi areal jelajah satwa dilindungi tersebut dan menerkam dua warga, termasuk salah satu di antaranya karyawan perusahaan asal Malaysia itu hingga tewas Januari 2018 lalu.
Bonita, harimau sumatera betina yang diperkirakan berusia 4 tahun dalam empat bulan terakhir berkeliaran di areal pemukiman warga dan perkebunan sawit PT THIP.
Jumiati, menjadi korban pertama yang meninggal pada awal Januari 2018. Perempuan berusia 33 tahun tersebut diserang Bonita saat bekerja di KCB 76 Blok 10 Afdeling IV Eboni State, Desa Tanjung Simpang, Pelangiran, Indragiri Hilir.
Terakhir, Yusri Efendi (34) meregang nyawa di desa yang sama, namun berjarak sekitar 15 kilometer dari lokasi tewasnya Jumiati. Dua kejadian tersebut berakibat pada kemarahan warga.
Sebenarnya, pascainsiden pertama, tim BBKSDA Riau telah diturunkan untuk menangkap dan menyelamatkan harimau tersebut. Tim tersebut terdiri dari BBKSDA Riau, TNI, Polisi serta sejumlah pegiat satwa dilindungi.
Puluhan perangkap juga telah dipasang. Perangkap-perangkap berbentuk kotak berisi kambing jantan dan babi hutan menyebar di sekitar lokasi itu.
Begitu juga kamera pengintai, yang dipasang di setiap sudut dimana perangkap itu berada. Namun, upaya itu belum membuahkan hasil sebelum berhasil ditembak bius malam ini.
Terakhir, ahli bahasa satwa asal Kanada bernama Shakti dihadirkan untuk membantu proses penangkapan satwa tersebut. Shakti, wanita muda berusia 22 tahun itu telah bergabung bersama tim sejak tiga pekan terakhir. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018