Bangkalan (Antaranews Jatim) - Keluarga tenaga kerja Indonesia asal Bangkalan, Zaini Misrin, yang dieksekusi di Arab Saudi mengaku memiliki firasat karena cucunya yang masih berusia enam bulan menangis semalaman sebelum dilakukan eksekusi.

"Sebelumnya anak saya tidak pernah menangis seperti ini, tapi Sabtu (17/3) malam, dia nangis terus dan tidak bisa tidur, meski sudah diberi susu," ujar putra Zaini, Saiful Toriq, ketika ditemui di kediamannya di Bangkalan, Madura, Selasa.

Awalnya, ia mengaku tak memiliki pikiran bahwa akan dilakukan eksekusi mati kepada ayahnya, terlebih pada Sabtu siang juga masih bertukar informasi melalui telepon.

"Abah (ayah) sempat telepon dan saya bilang kalau umik (ibu) mau berangkat ke Arab Saudi. Kemudian abah juga minta tolong doanya dan bersabar karena pasti pulang. Namun, kenyataannya beda," ucapnya.

Selain itu, Zaini juga sempat bicara dengan anak bungsunya, Mustofa Kurniawan, dan mengabarkan informasi sama bahwa ibunya berangkat ke Arab Saudi untuk kembali bekerja setelah cuti sekitar tiga bulan di kampung halaman.

"Kami hanya bicara 1-2 menit dan tidak bisa lama-lama karena takut diketahui polisi Arab Saudi," kata pemuda 19 tahun tersebut.

Lantas, keesokan harinya, Minggu (19/3), keluarganya mendapat kabar dari pemerintah telah dilakukan eksekusi terhadap ayahnya, termasuk mendapatkan kiriman foto dari sang paman bergambar makam ayahnya.

Pemerintah Arab Saudi telah mengeksekusi Zaini Misrin di Mekkah pada Minggu pukul 11.30 waktu setempat atau pukul 15.30 WIB.

Zaini Misrin (53) asal Bangkalan, Madura, yang bekerja sebagai sopir di Arab Saudi ditangkap oleh Polisi setempat pada 13 Juli 2004, yang dipenjara dan dihukum mati atas tuduhan membunuh majikannya yang bernama Abdullah bin Umar Muhammad Al Sindy. (*)

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018