Gresik (Antaranews Jatim) - Ufafa Anggarini, salah satu dosen kimia di Universitas Internasional Semen Indonesia (UISI) Kabupaten Gresik, Jawa Timur mengembangkan inovasi geopolimer, yakni gabungan mineral geologi berbasis silikon yang disintesiskan menjadi polimer, dan mempunyai sifat perekat seperti semen.
"Geopolimer memiliki rantai panjang, salah satu unsur pembentuknya adalah Silikon dan Alumina yang berikatan dengan Oksigen, mampu dijadikan perekat dengan pembuatan yang lebih mudah," kata Ufafa di Gresik, Jatim, Kamis.
Ia mengaku, telah mengembangkan inovasi geopolimer diaplikasikan untuk media tanam, penyimpan limbah berat dan pemecah gelombang.
Untuk penelitian geopolimer sebagai media tanam, kata dia, telah dipublikasikan di seminar simposium geopolimer se-Asia di Vietnam, dan berhasil menghilangkan sifat basa dari geopolimer dan mengaplikasikannya sebagai media tanam.
"Awalnya saya tertarik meneliti geopolimer berkat kesempatan menjadi peserta di ajang Innovation Award Semen Indonesia. Saat itu saya mengembangkan inovasi geopolimer untuk media tanam," tuturnya.
Lulusan Institut Teknologi Sepuluh Nopember ini mengaku, aplikasi geopolimer sebagai media tanam sampai saat ini belum diterapkan oleh siapa pun, dan berhasil dia kembangkan.
Selain itu, Ufafa juga telah mengaplikasi geopolimer sebagai bahan penampungan logam berat, dengan menggabungkan komposisi geopolimer dan "fly ash" atau sisa pembakaran batu bara.
"Aplikasi geopolimer untuk bahan penampungan logam berat ini bisa bertahan lama, karena bahan dari logam berat akan memperkuat geopolimer," paparnya.
Hal ini dibuktikan saat geopolimer dicampur dengan limbah timbal dan kuat tekannya menjadi naik karena timbal terserap ke bahan geopolimer.
Ufafa, kini juga mendalami lagi aplikasi geopolimer untuk beton pemecah gelombang laut, sebab telah menemukan geopolimer dengan kekuatan tekan 100MPa, jika dibandingkan dengan beton biasa hanya 20MP.
"Pemecah gelombang yang sudah dibuat ini masih akan diuji lebih lanjut dengan gelombang laut sesungguhnya. Dan tahun ini rencananya saya akan meneliti aplikasi geopolimer untuk bata ringan sebagai mitigasi bencana," katanya.
Ia berharap, dengan beberapa pengembangan inovasi itu, bahan geopolimer menjadi salah satu solusi pengganti semen dan beberapa bahan lain, karena pembuatannya yang lebih mudah, sebab hanya menggunakan suhu ruang, beda dengan semen yang membutuhkan suhu tinggi.
"Saya bersyukur saat ini di UISI sudah mencukupi baik dana maupun laboratorium untuk menunjang penelitian saya," kata Ufafa yang telah empat tahun mendalami bidang tersebut sejak 2014.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Geopolimer memiliki rantai panjang, salah satu unsur pembentuknya adalah Silikon dan Alumina yang berikatan dengan Oksigen, mampu dijadikan perekat dengan pembuatan yang lebih mudah," kata Ufafa di Gresik, Jatim, Kamis.
Ia mengaku, telah mengembangkan inovasi geopolimer diaplikasikan untuk media tanam, penyimpan limbah berat dan pemecah gelombang.
Untuk penelitian geopolimer sebagai media tanam, kata dia, telah dipublikasikan di seminar simposium geopolimer se-Asia di Vietnam, dan berhasil menghilangkan sifat basa dari geopolimer dan mengaplikasikannya sebagai media tanam.
"Awalnya saya tertarik meneliti geopolimer berkat kesempatan menjadi peserta di ajang Innovation Award Semen Indonesia. Saat itu saya mengembangkan inovasi geopolimer untuk media tanam," tuturnya.
Lulusan Institut Teknologi Sepuluh Nopember ini mengaku, aplikasi geopolimer sebagai media tanam sampai saat ini belum diterapkan oleh siapa pun, dan berhasil dia kembangkan.
Selain itu, Ufafa juga telah mengaplikasi geopolimer sebagai bahan penampungan logam berat, dengan menggabungkan komposisi geopolimer dan "fly ash" atau sisa pembakaran batu bara.
"Aplikasi geopolimer untuk bahan penampungan logam berat ini bisa bertahan lama, karena bahan dari logam berat akan memperkuat geopolimer," paparnya.
Hal ini dibuktikan saat geopolimer dicampur dengan limbah timbal dan kuat tekannya menjadi naik karena timbal terserap ke bahan geopolimer.
Ufafa, kini juga mendalami lagi aplikasi geopolimer untuk beton pemecah gelombang laut, sebab telah menemukan geopolimer dengan kekuatan tekan 100MPa, jika dibandingkan dengan beton biasa hanya 20MP.
"Pemecah gelombang yang sudah dibuat ini masih akan diuji lebih lanjut dengan gelombang laut sesungguhnya. Dan tahun ini rencananya saya akan meneliti aplikasi geopolimer untuk bata ringan sebagai mitigasi bencana," katanya.
Ia berharap, dengan beberapa pengembangan inovasi itu, bahan geopolimer menjadi salah satu solusi pengganti semen dan beberapa bahan lain, karena pembuatannya yang lebih mudah, sebab hanya menggunakan suhu ruang, beda dengan semen yang membutuhkan suhu tinggi.
"Saya bersyukur saat ini di UISI sudah mencukupi baik dana maupun laboratorium untuk menunjang penelitian saya," kata Ufafa yang telah empat tahun mendalami bidang tersebut sejak 2014.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018