Magetan (Antara Jatim) – Seiring dengan datangnya puncak musim kemarau, kebutuhan air untuk mengairi tanaman strawberry di sentra tanaman strawberry di Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur meningkat.

Supri salah seorang petani strawberry, Rabu mengatakan sejak sekitar awal Agustus lalu, di kawasan sentra tanaman strawberry di Plaosan tidak pernah turun hujan. Sehingga setiap dua hari sekali dia harus menyirami tanaman strawberry di atas lahan sekitar 6.000 meter persegi.

“Setiap dua hari tanaman strawberry harus disirami air, karena cuaca panas sehingga kebutuhan air untuk tanaman meningkat. Kalau sampai kekurangan air maka tanaman akan mudah layu, mengering dan mati,” kata Supri ditemui saat merawat tanamannya.

Menurut Supri tanaman strawberry termasuk jenis tanaman yang perlu media tanam yang lembab.  Media tanam tidak boleh sampai kering, namun juga tidak boleh terlalu banyak air.

“Strawberry termasuk jenis tanaman yang membutuhkan banyak air. Dalam kondisi cuaca seperti ini, kalau sampai seminggu tidak diairi, akan mengering dan mati,” jelas Supri.

Air irigasi memang bisa didapat secara gratis dari sumber air di dekat Telaga Sarangan. Namun, kata Supri untuk membuat jaringan air dari sumber air ke lahan Strawberry dibutuhkan biaya cukup besar.

“Dulu saya patungan sepuluh orang untuk membiayai jaringan pipa air dari dekat Telaga Sarangan sampai sini yang membutuhkan dana Rp310 juta,” katanya.

Buah strawberry yang dipetik dari lahannya dijual dengan harga Rp70 ribu per kilogram yang dijual kepada wisatawan yang berkunjung ke Sarangan yang melintasi jalan di dekat ladangnya. Namun bila wisatawan memetik strawberry sendiri dihargai Rp80 ribu per kilogram. (*)

Pewarta: Siswowidodo

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017