Bojonegoro (Antara Jatim) - Ketua Asosiasi Jagal/Pedagang Sapi di Kabupaten Bojonegoro Mukayan
mengatakan harga daging sapi stabil berkisar
Rp95.000-Rp100.000/kilogram, meskipun harga sapi hidup naik sejak
sebulan terakhir.


"Pedagang daging sapi tidak ada yang berani menaikkan harga daging
sapi, meskipun pembelian sapi hidup naik menjelang Hari Raya Idul
Adha," kata Mukayan di Bojonegoro, Jawa Timur, Minggu.


Namun, lanjut dia, para pedagang daging sapi yang menjadi anggota
asosiasi keuntungannya akan berkurang akibat harga sapi hidup naik.


"Tapi omzet penjualan daging sapi masih stabil. Saya masih bisa
menjual tiga ekor per harinya," ucap seorang pedagang daging sapi di
Bojonegoro, Darkun.


Mengenai kenaikan harga sapi hidup, menurut Mukayan dibenarkan
Darkun, dan pedagang daging sapi lainnya Agus Hariyanto. "Harga sapi
saat ini naik sekitar Rp1 juta-Rp2 juta per ekor. Harga sapi yang
biasanya Rp15 juta/ekor naik menjadi Rp17 juta per ekor, kalau
pembelinya senang dengan sapi yang akan dimanfaatkan untuk kurban,"
katanya.


Masyarakat, menurut Mukayan, membeli sapi tidak berdasarkan
perhitungan bisnis, akan tetapi berdasarkan dengan kecocokkan sapi yang
dibeli.


"Ya pedagang sapi menaikkan harga bisa Rp1 juta sampai Rp2 juta per
ekor, tetapi pembeli yang membeli sapi untuk kurban tidak
mempermasalahkan. Itu sudah sejak sebulan lalu," ucap Mukayan
menambahkan.


Sekarang ini, kata Darkun dan Mukayan, omzet pedagang daging sapi
masih stabil tidak ada penurunan, tetapi diperkirakan memasuki Hari Raya
Idul Adha akan terjadi penurunan omzet hingga 50 persen lebih.


"Penurunan omzet bisa sebulan, sebab masyarakat masih memiliki daging sapi kurban," kata Mukayan.


Bahkan, lanjut Agus, "balungan" (tulang yang amsih ada sedikit
dagingnya) di pedagang daging sapi tidak akan laku, tetapi pedagang
biasanya menjual "balungan" kepada pedagang spesialis pembeli balungan
untuk diproses.


Kepala Dinas Perdagangan Bojonegoro Basuki, menambahkan pemerintah
kabupaten (pemkab) bekerja sama dengan Bulog Subdivre III membuka rumah
pangan kita (RPK) untuk menstabilkan harga komoditas menjelang Hari Raya
Idul Adha.


RPK yang dibuka sejak dua hari lalu itu, lanjut dia, menjual
sejumlah komoditas yang rawan terjadi gejolak harga seperti beras, gula
dan minyak curah.


"Harga komoditas yang dijual di RPK, seperti beras, minyak curah,
gula di bawah harga pasaran. Tetapi, bawang merah tidak termasuk yang
dijual karena harga di pasaran tidak ada gejolak," ucapnya. (*)
Video oleh: Slamet Agus Sudarmojo

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017