Tulungagung (Antara Jatim) - BNNK Tulungagung, Jawa Timur memperingatkan bahaya narkoba di daerah tersebut karena hasil penelusuran mereka, candu berbentuk daun ganja, serbuk sabu-sabu dan pil jenis leksotan kian marak beredar di kalangan remaja setempat, bahkan hingga lingkungan SMP.
Kepala Badan Narkotika Nasional Kabupaten Tulungagung AKBP Indra Brahmana di Tulungagung, Kamis menyatakan fakta peredaran narkoba di kalangan pelajar SMP ditunjukkan dengan adanya peserta rehabilitasi dari kalangan siswa sekolah.
"Tahun ini, selama periode Januari hingga Juli 2017 ada tiga pelajar yang harus menjalani program rehabilitasi," kata Indra yang segera mutasi ke BNNK Sidoarjo.
Kendati jumlahnya tidak banyak, kecanduan yang dialami satu pelajar SMP dan dua pelajar SMA membuktikan konsumsi narkoba sempat dilakukan secara terus-menerus.
"Jika menjalani rehabilitasi, itu indikasi adanya ketergantungan terhadap obat-obatan narkotika," ujarnya.
Indra mengungkapkan, selama kurun Januari hingga akhir Juli 2017 tercatat ada 13 peserta rehabilitasi.
Rinciannya, sembilan berjenis kelamin laki-laki dan empat perempuan. Sementara dari sebaran latar belakang pendidikan terindetifikasi satu peserta rehabilitasi berstatus pelajar SMP, dua pelajar SMA, dua mahasiswa, dua wiraswasta, satu orang buruh dan tidak bekerja lima orang.
"Dari sisi rentang usia, kelompok umur 15-21 tahun ada sebanyak delapan orang, di atas 21 tahun sebanyak lima orang. Kalau di bawah 15 tahun tidak kami temukan, semoga tidak ada," kata Indra.
Dijelaskan, dari 13 pengguna narkoba itu terbanyak (10 orang) menggunakan obat jenis dobel L, "methamphetamine" (sabu) sebanyak tiga orang, "amphetamine" (ekstasi) tiga orang, "tetrahydrocannabinol" atau THC (ganja) tiga orang, dan "cocain" (kokain) satu orang.
Selain kegiatan rehabilitasi rawat jalan, BNNK Tulungagung juga melakukan kegiatan "assesment terpadu (TAT) medis terhadap lima tersangka pengedar dan bandar narkoba yang dikirim Polres Tulungagung.
"Ini daftar penyalah guna narkoba yang telah menjalani rehabilitasi rawat jalan medis di klinik IPWL (institusi penerima wajib lapor) Tunas Asih BNN Kabupaten Tulungagung sejak Januari hingga Juli 2017," papar Indra.
Indra mengingatkan, potensi penggunaan narkoba di kalangan remaja dan orang dewasa di rentang usia 15-50 tahun masih cukup tinggi.
Hal itu mengacu pada fluktuasi temuan kasus dan peserta rehabilitasi narkoba pada dua tahun sebelumnya, dimana pada 2015 tercatat sebanyak 255 orang (16 pelajar, 6 mahasiswa dan 233 wiraswasta) serta pada 2016 sebanyak 31 (empat pelajar SMP/SMA dan 4 orang wiraswasta).
"Tingginya temuan kasus dan membludaknya peserta rehabilitasi pada 2015 dikarenakan saat itu BNNK menggelar program "jangkar dumping" dimana petugas dengan melibatkan berbagai lembaga dan organisasi masyarakat menggelar operasi pemeriksaan 'jemput bola' ke sekolah-sekolah dan berbagai lapisan masyarakat," kata Indra.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
Kepala Badan Narkotika Nasional Kabupaten Tulungagung AKBP Indra Brahmana di Tulungagung, Kamis menyatakan fakta peredaran narkoba di kalangan pelajar SMP ditunjukkan dengan adanya peserta rehabilitasi dari kalangan siswa sekolah.
"Tahun ini, selama periode Januari hingga Juli 2017 ada tiga pelajar yang harus menjalani program rehabilitasi," kata Indra yang segera mutasi ke BNNK Sidoarjo.
Kendati jumlahnya tidak banyak, kecanduan yang dialami satu pelajar SMP dan dua pelajar SMA membuktikan konsumsi narkoba sempat dilakukan secara terus-menerus.
"Jika menjalani rehabilitasi, itu indikasi adanya ketergantungan terhadap obat-obatan narkotika," ujarnya.
Indra mengungkapkan, selama kurun Januari hingga akhir Juli 2017 tercatat ada 13 peserta rehabilitasi.
Rinciannya, sembilan berjenis kelamin laki-laki dan empat perempuan. Sementara dari sebaran latar belakang pendidikan terindetifikasi satu peserta rehabilitasi berstatus pelajar SMP, dua pelajar SMA, dua mahasiswa, dua wiraswasta, satu orang buruh dan tidak bekerja lima orang.
"Dari sisi rentang usia, kelompok umur 15-21 tahun ada sebanyak delapan orang, di atas 21 tahun sebanyak lima orang. Kalau di bawah 15 tahun tidak kami temukan, semoga tidak ada," kata Indra.
Dijelaskan, dari 13 pengguna narkoba itu terbanyak (10 orang) menggunakan obat jenis dobel L, "methamphetamine" (sabu) sebanyak tiga orang, "amphetamine" (ekstasi) tiga orang, "tetrahydrocannabinol" atau THC (ganja) tiga orang, dan "cocain" (kokain) satu orang.
Selain kegiatan rehabilitasi rawat jalan, BNNK Tulungagung juga melakukan kegiatan "assesment terpadu (TAT) medis terhadap lima tersangka pengedar dan bandar narkoba yang dikirim Polres Tulungagung.
"Ini daftar penyalah guna narkoba yang telah menjalani rehabilitasi rawat jalan medis di klinik IPWL (institusi penerima wajib lapor) Tunas Asih BNN Kabupaten Tulungagung sejak Januari hingga Juli 2017," papar Indra.
Indra mengingatkan, potensi penggunaan narkoba di kalangan remaja dan orang dewasa di rentang usia 15-50 tahun masih cukup tinggi.
Hal itu mengacu pada fluktuasi temuan kasus dan peserta rehabilitasi narkoba pada dua tahun sebelumnya, dimana pada 2015 tercatat sebanyak 255 orang (16 pelajar, 6 mahasiswa dan 233 wiraswasta) serta pada 2016 sebanyak 31 (empat pelajar SMP/SMA dan 4 orang wiraswasta).
"Tingginya temuan kasus dan membludaknya peserta rehabilitasi pada 2015 dikarenakan saat itu BNNK menggelar program "jangkar dumping" dimana petugas dengan melibatkan berbagai lembaga dan organisasi masyarakat menggelar operasi pemeriksaan 'jemput bola' ke sekolah-sekolah dan berbagai lapisan masyarakat," kata Indra.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017