Tulungagung (Antara Jatim) - Himpunan Kerukunan Tani Indonesia bertahap mulai merealisasikan janjinya menggelontor benih padi organik unggulan varietas M400 di sejumlah wilayah di Jawa Timur.
"Saat ini sudah ada beberapa kabupaten/kota yang mengajukan lahan pertanian untuk demplot padi varietas M400, salah satu varietas padi terbaik yang menjadi program unggulan HKTI dalam meningkatkan ketahanan pangan nasional," kata Wakil Ketua HKTI DPP Jawa Timur Eko Puguh di Tulungagung, Rabu.
Tanpa merinci kota per kota, Eko menyebut sudah 40 persen lebih daerah yang mengajukan pengembangan varietas M400 melalui gapoktan-gapoktan, dan akan terus diperluas ke seluruh kabupaten/kota di Jatim.
Eko memastikan kerjasama pengembangan padi unggul di Jatim tidak terbatas. Beberapa daerah yang mulai mengajukan antara lain Tulungagung sendiri, Blitar, Ponorogo, beberapa kabupaten di daerah tapal kuda, hingga kawasan pantura.
Selain memberi pinjaman sangat lunak berupa benih padi varietas M400 tersebut yang akan dibayar pascapanen, Eko menegaskan bahwa HKTI siap membeli seluruh hasil panen degan harga 10 persen lebih tinggi dari harga pokok pembelian pemerintah (HPP), maupun rata-rata harga pasar.
"Beberapa pengajuan masih terus masuk dan HKTI tidak akan melakukan pembatasan. Berapapun pengajuan dari daerah melalui gapoktan-gapoktan (gabungan kelompok tani), HKTI siap menyediakan benih yang dibutuhkan," ujarnya.
Tidak hanya memberikan pinjaman lunak dalam bentuk benih padi unggul yang memiliki kapasitas produksi jauh lebih banyak dan masa tanam lebih pendek, lanjut Eko Puguh, HKTI menjanjikan beraneka bantuan mulai dari aneka "saprodi" (sarana produksi padi), alsintan (alat mesin pertanian), tenaga ahli pendampingan, hingga komitmen pembelian hasil pascapanen.
"Kerjasama yang ditawarkan HKTI sangat menguntungkan bagi petani. Modal dalam bentuk benih sudah disediakan, peralatan dan kebutuhan sarana produksi dipinjami, selama masa tanam didampingi tenaga ahli dan saat panen seluruh hasil dibeli dengan volume produksi jauh lebih banyak dibanding padi yang biasa mereka tanam," ujar Puguh.
Sejak awal penetapan kepengurusaan HKTI DPP Jatim di Pendopo Kongas Arum Kusumaning Bongso, Kabupaten Tulungagung pada awal Mei 2017, organisasi berbasis kelompok tani yang kini dikomandani Jenderal (Purn) TNI Moeldoko menyatakan bahwa produk padi unggulan varietas M400 memiliki volume produksi hampir dua kali lipat dibanding varietas padi biasa seperti IR-64.
Dijelaskan, padi varietas M400 mampu menghasilkan gabah kering sawah rata-rata 9 ton pada lahan satu hektare sawah dengan masa/durasi tanam 90 hari.
Dibandingkan padi varietas biasa ditanam petani yang rata-rata memakan waktu/durasi tanam 109 hari dengan volume produksi gabah kering sawah sekitar 5 ton, Puguh mengklaim hasil tanam padi varietas M400 jauh lebih menguntungkan petani.
"Jika HPP gabah kering sawah saat ini Rp3.700 per kilogram, harga beli HKTI untuk produksi M400 adalah Rp4.100 per kilogram. Kalikan saja masing-masing dengan kapasitas produksi per hektare," katanya.
Puguh lalu menunjukkan simulasi hasil panen antara padi varietas biasa dibanding varietas M400.
Hasilnya berdasar simulasi, padi biasa hasil panen jika diuangkan (Rp3.700 x 5 ton) total hasil kotor Rp18,5 juta. Dipotong biaya produksi yang katakanlah sekitar Rp7 juta berari hasil bersih petani adalah Rp11,5 juta.
Keuntungan lebih tinggi akan didapat petani saat menanam varietas M400 yang kini menjadi andalan HKTI di Jatim.
Dengan volume produksi mencapai rata-rata 9 ton dan harga pembelian Rp4.100 per kilogram dengan asumsi saat ini, kata Eko Puguh, petani bisa meraup hasil panen dalam hitungan kotor mencapai Rp36,9 juta, atau jika diminimalkan volume produksi 8 ton maka hasil penjualan gabah kering sawah mencapai Rp32,8 juta.
"Itu dengan asumsi biaya operasional keseluruhan kami hitung di kisaran Rp6,7 juta, sehingga total keuntungan bersih yang bisa diraup petani padi varietas M400 bisa mencapai Rp30,2 juta untuk produksi sebanyak 9 ton, atau minimal Rp26,1 juta jika volume asumsi 8 ton," paparnya.
Puguh mengatakan ada sejumlah keuntungan lain dari penanaman varietas M400. Selain tanaman ini tidak pakai pestisida atau full organik), jaminan pembelian hasil panen dilakukan dengan kontrak di depan dan dibayar kontan dengan sistem timbang bayar.
Selain itu, pada masa tanam ke dua hasil panen dijamin meningkat diangka 9,5 ton bahkan lebih., sedangkan tanam ke tiga, akan lebih banyak lagi.
"Barokahnya, kita tidak merusak tanah, tidak merusak ekosistem, dan kita tidak meracuni anak cucu dengan padi yg ditanam dengan pestisida, karena ini full organik," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
"Saat ini sudah ada beberapa kabupaten/kota yang mengajukan lahan pertanian untuk demplot padi varietas M400, salah satu varietas padi terbaik yang menjadi program unggulan HKTI dalam meningkatkan ketahanan pangan nasional," kata Wakil Ketua HKTI DPP Jawa Timur Eko Puguh di Tulungagung, Rabu.
Tanpa merinci kota per kota, Eko menyebut sudah 40 persen lebih daerah yang mengajukan pengembangan varietas M400 melalui gapoktan-gapoktan, dan akan terus diperluas ke seluruh kabupaten/kota di Jatim.
Eko memastikan kerjasama pengembangan padi unggul di Jatim tidak terbatas. Beberapa daerah yang mulai mengajukan antara lain Tulungagung sendiri, Blitar, Ponorogo, beberapa kabupaten di daerah tapal kuda, hingga kawasan pantura.
Selain memberi pinjaman sangat lunak berupa benih padi varietas M400 tersebut yang akan dibayar pascapanen, Eko menegaskan bahwa HKTI siap membeli seluruh hasil panen degan harga 10 persen lebih tinggi dari harga pokok pembelian pemerintah (HPP), maupun rata-rata harga pasar.
"Beberapa pengajuan masih terus masuk dan HKTI tidak akan melakukan pembatasan. Berapapun pengajuan dari daerah melalui gapoktan-gapoktan (gabungan kelompok tani), HKTI siap menyediakan benih yang dibutuhkan," ujarnya.
Tidak hanya memberikan pinjaman lunak dalam bentuk benih padi unggul yang memiliki kapasitas produksi jauh lebih banyak dan masa tanam lebih pendek, lanjut Eko Puguh, HKTI menjanjikan beraneka bantuan mulai dari aneka "saprodi" (sarana produksi padi), alsintan (alat mesin pertanian), tenaga ahli pendampingan, hingga komitmen pembelian hasil pascapanen.
"Kerjasama yang ditawarkan HKTI sangat menguntungkan bagi petani. Modal dalam bentuk benih sudah disediakan, peralatan dan kebutuhan sarana produksi dipinjami, selama masa tanam didampingi tenaga ahli dan saat panen seluruh hasil dibeli dengan volume produksi jauh lebih banyak dibanding padi yang biasa mereka tanam," ujar Puguh.
Sejak awal penetapan kepengurusaan HKTI DPP Jatim di Pendopo Kongas Arum Kusumaning Bongso, Kabupaten Tulungagung pada awal Mei 2017, organisasi berbasis kelompok tani yang kini dikomandani Jenderal (Purn) TNI Moeldoko menyatakan bahwa produk padi unggulan varietas M400 memiliki volume produksi hampir dua kali lipat dibanding varietas padi biasa seperti IR-64.
Dijelaskan, padi varietas M400 mampu menghasilkan gabah kering sawah rata-rata 9 ton pada lahan satu hektare sawah dengan masa/durasi tanam 90 hari.
Dibandingkan padi varietas biasa ditanam petani yang rata-rata memakan waktu/durasi tanam 109 hari dengan volume produksi gabah kering sawah sekitar 5 ton, Puguh mengklaim hasil tanam padi varietas M400 jauh lebih menguntungkan petani.
"Jika HPP gabah kering sawah saat ini Rp3.700 per kilogram, harga beli HKTI untuk produksi M400 adalah Rp4.100 per kilogram. Kalikan saja masing-masing dengan kapasitas produksi per hektare," katanya.
Puguh lalu menunjukkan simulasi hasil panen antara padi varietas biasa dibanding varietas M400.
Hasilnya berdasar simulasi, padi biasa hasil panen jika diuangkan (Rp3.700 x 5 ton) total hasil kotor Rp18,5 juta. Dipotong biaya produksi yang katakanlah sekitar Rp7 juta berari hasil bersih petani adalah Rp11,5 juta.
Keuntungan lebih tinggi akan didapat petani saat menanam varietas M400 yang kini menjadi andalan HKTI di Jatim.
Dengan volume produksi mencapai rata-rata 9 ton dan harga pembelian Rp4.100 per kilogram dengan asumsi saat ini, kata Eko Puguh, petani bisa meraup hasil panen dalam hitungan kotor mencapai Rp36,9 juta, atau jika diminimalkan volume produksi 8 ton maka hasil penjualan gabah kering sawah mencapai Rp32,8 juta.
"Itu dengan asumsi biaya operasional keseluruhan kami hitung di kisaran Rp6,7 juta, sehingga total keuntungan bersih yang bisa diraup petani padi varietas M400 bisa mencapai Rp30,2 juta untuk produksi sebanyak 9 ton, atau minimal Rp26,1 juta jika volume asumsi 8 ton," paparnya.
Puguh mengatakan ada sejumlah keuntungan lain dari penanaman varietas M400. Selain tanaman ini tidak pakai pestisida atau full organik), jaminan pembelian hasil panen dilakukan dengan kontrak di depan dan dibayar kontan dengan sistem timbang bayar.
Selain itu, pada masa tanam ke dua hasil panen dijamin meningkat diangka 9,5 ton bahkan lebih., sedangkan tanam ke tiga, akan lebih banyak lagi.
"Barokahnya, kita tidak merusak tanah, tidak merusak ekosistem, dan kita tidak meracuni anak cucu dengan padi yg ditanam dengan pestisida, karena ini full organik," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017