Ngawi (Antara Jatim) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ngawi meminta para petani di wilayah rawan bencana untuk mewaspadai cuaca ekstrem yang menyebabkan curah hujan sangat tinggi sehingga berpotensi banjir.
     
"Permasalahan petani saat ini tidak hanya sebatas pada harga gabah yang anjlok, namun juga dampak cuaca ekstrem," ujar Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Ngawi Marsudi, kepada wartawan Jumat. 
     
Akibat perubahan iklim tersebut seringkali berdampak pada mutu hasil produksi padi seperti yang terjadi sekarang ini. 
     
"Mulai dari serangan hama hingga padi terendam banjir. Hal itu membuat hasil panen petani berkurang bahkan gagal panen," kata dia. 
     
Untuk itu, ia meminta petani mewaspadai curah hujan tinggi yang diperkirakan masih terus berlangsung hingga April mendatang. Sisi lain, petani diimbau untuk mengikuti prorgam pemerintah tentang asuransi petani.
     
"Seperti di Ngawi sendiri ada sebagian wilayah yang kerap dilanda banjir, maka alangkah baik jika mereka sesegera mungkin menjadi peserta asuransi pertanian," kata dia. 
     
Mengenai serapan gabah kata Marsudi, peran Bulog sekarang sudah terbuka lebar untuk melakukan penyerapan gabah langsung ke petani. 
     
Bahkan setelah kunjungan Menteri Pertanian beberapa waktu lalu ke Ngawi, telah berimbas pada hasil penjualan gabah petani yang sebelumnya di kisaran harga Rp3.200 hingga Rp3.600 per kilogram menjadi Rp3.700 per kilogram.
     
"Harga itu sama dengan harga pembelian pemerintah (HPP) sesuai Inpres Nomor 05 Tahun 2015," kata Marsudi lebih lanjut. 
     
Sementara, data Dinas Pertanian setempat mencatat, luas areal tanam padi di Ngawi mencapai sekitar 137.000 hektare. Dari luasan lahan tersebut, jumlah produksi padi daerah setempat mencapai hingga 800.000 ton per tahun. 
     
Dengan melihat tingginya produksi padi di daerah tersebut, membuat Kabupaten Ngawi menjadi salah satu dari sembilan kabupaten di Jawa yang menjadi fokus pemerintah pusat untuk diawasi penyerapan gabahnya langsung ke petani. (*)

Pewarta: Louis Rika Stevani

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017