Trenggalek (Antara Jatim) - Mayoritas konsumen yang belanja kebutuhan bumbu dapur di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur
lebih menyukai komoditas cabai lokal dibanding impor, kendati harganya jauh lenih murah.
"Cabai impor kurang diminati karena kondisinya yang sudah kering, tidak segar sehingga rasanya dianggap kurang mantap," kata pedagang sembako di Pasar Basah Kota Trenggalek, Jumat.
Ia menuturkan penjualan cabai impor, baik asal Tiongkok, India maupun Vietnam tidak pernah lebih dari tiga kilogram.
Volume penjualan tersebut jauh di bawah penjualan cabai rawit lokal yang rata-rata mencapai enam kilogram setiap harinya.
"Masyarakat nasih memilih cabai rawit biasa untuk tambahan bumbu masakannya, sedangkan cabai keriting biasanya diminati pedagang makanan untuk sambal," katanya.
Pengakuan yang sama diutarakan Sri Wigati, pedagang pracangan di Pasar Prigi, Kecamatan Watulimo yang memilih belanja cabai lokal dengan volume lebih banyak ketimbang cabai impor.
"Stok cabai impor saya sediakan untuk melengkapi pilihan. Namun karena minat pembeli masih minim, pasokan dibatasi," ujarnya.
Eko menjelaskan, cabai impor dijual dalam keadaan kering. Bentuk cabai impor lebih panjang jika dibandingka cabai rawit lokal.
Cabai impor dengan warna yang merah pekat dikenal sebagai cabai (asal) China/Tiongkok, sedangkan yang berwarna sedikit kehitaman berasal dari India.
"Seperti biasa, kendati masih diminati namun setip kali membeli masyarakat hanya berani sedikit-sedikit. Maksimal satu perempat kilogram saja," ujarnya.
Sejumlah pedagang dan pembeli mengaku tetap memfavoritkan cabai lokal karena memiliki kualitas rasa pedas yang mantap dan kondisi segar.
Kendati mahal, namun menurut mereka tergolong stabil. Itu terlihat dari harga cabai merah besar dan keriting masih bertahan di kisaran Rp50 ribu per-kilogram.
Sedangkan untuk harga kebutuhan lain seperti bawang merah lokai Rp40 ribu per-kilogram, bawang merah impor Rp24 ribu per-kilogram, bawang putih Rp34 ribu per-kilogam.
"Memang setiap harinya pada aneka kebutuhan itu ada kenaikan dan penurunan mulai Rp100 hingga Rp1.000 setiap kilogramnya. Namun hal itu tergolong wajar jika dilihat dari sitem ekonomi di pasar," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
lebih menyukai komoditas cabai lokal dibanding impor, kendati harganya jauh lenih murah.
"Cabai impor kurang diminati karena kondisinya yang sudah kering, tidak segar sehingga rasanya dianggap kurang mantap," kata pedagang sembako di Pasar Basah Kota Trenggalek, Jumat.
Ia menuturkan penjualan cabai impor, baik asal Tiongkok, India maupun Vietnam tidak pernah lebih dari tiga kilogram.
Volume penjualan tersebut jauh di bawah penjualan cabai rawit lokal yang rata-rata mencapai enam kilogram setiap harinya.
"Masyarakat nasih memilih cabai rawit biasa untuk tambahan bumbu masakannya, sedangkan cabai keriting biasanya diminati pedagang makanan untuk sambal," katanya.
Pengakuan yang sama diutarakan Sri Wigati, pedagang pracangan di Pasar Prigi, Kecamatan Watulimo yang memilih belanja cabai lokal dengan volume lebih banyak ketimbang cabai impor.
"Stok cabai impor saya sediakan untuk melengkapi pilihan. Namun karena minat pembeli masih minim, pasokan dibatasi," ujarnya.
Eko menjelaskan, cabai impor dijual dalam keadaan kering. Bentuk cabai impor lebih panjang jika dibandingka cabai rawit lokal.
Cabai impor dengan warna yang merah pekat dikenal sebagai cabai (asal) China/Tiongkok, sedangkan yang berwarna sedikit kehitaman berasal dari India.
"Seperti biasa, kendati masih diminati namun setip kali membeli masyarakat hanya berani sedikit-sedikit. Maksimal satu perempat kilogram saja," ujarnya.
Sejumlah pedagang dan pembeli mengaku tetap memfavoritkan cabai lokal karena memiliki kualitas rasa pedas yang mantap dan kondisi segar.
Kendati mahal, namun menurut mereka tergolong stabil. Itu terlihat dari harga cabai merah besar dan keriting masih bertahan di kisaran Rp50 ribu per-kilogram.
Sedangkan untuk harga kebutuhan lain seperti bawang merah lokai Rp40 ribu per-kilogram, bawang merah impor Rp24 ribu per-kilogram, bawang putih Rp34 ribu per-kilogam.
"Memang setiap harinya pada aneka kebutuhan itu ada kenaikan dan penurunan mulai Rp100 hingga Rp1.000 setiap kilogramnya. Namun hal itu tergolong wajar jika dilihat dari sitem ekonomi di pasar," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017