Tulungagung (Antara Jatim) - Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS Kesehatan menyebut temuan penderita diabetes serta hipertensi cukup tinggi, sehingga BPJS memberikan solusi untuk melakukan "Screening" pribadi.
"Pengalaman lalu, penderita diabetes, hipertensi tinggi, begitu ketahuan ternyata sudah berat," kata Kepala BPJS Kesehatan Cabang Tulungagung Adi Sunarno di Tulungagung, Jawa Timur, Rabu.
Ia menyebut, sepanjang 2016 , BPJS Kesehatan telah melakukan "Screening" riwayat kesehatan pada peserta JKN-KIS di seluruh Indonesia. Hasilnya, untuk kategori penyakit diabetes melitus terdapat 702.944 peserta beresiko rendah, 36.225 beresiko sedang, dan 651 beresiko tinggi. Sementara, untuk hipertensi, 632.760 peserta beresiko rendah, 104.967 beresiko sedang, dan 2.093 beresiko tinggi. Untuk lokal Tulungagung, belum dilakukan "Screening" lanjutan.
Ia mengatakan, kedua penyakit itu seharusnya perlu diwaspadai. Terlebih lagi, dampak yang ditimbulkan jika sudah terkena penyakit itu cukup berat, misalnya diabetes, pasien bisa terpaksa harus diamputasi anggota tubuhnya.
"Dua penyakit ini strategis. Dampaknya luar biasa. Diabetes bisa menyebabkan impotensi, lebih jauh lagi, bisa cuci darah, karena ginjal ada pengerutan," paparnya.
Pihaknya menambahkan, diabetes, hipertensi adalah beberapa penyakit kronis yang gejalanya sering diabaikan oleh masyarakat. Pada fase awal, umumnya mereka tidak terganggu oleh gejala yang ditimbulkan. Bahkan, sering mereka baru sadar jika penyakit itu sudah ke fase lanjut.
Pihaknya menambahkan, BPJS Kesehatan juga berupaya untuk memberikan edukasi pada masyarakat tentang resiko penyakit. Jika warga memahami, mereka tentunya lebih awal lagi untuk bisa mengantisipasi.
BPJS Kesehatan membuka layanan berupa fitur "Mobile Screening" pada aplikasi BPJS Kesehatan secara "Mobile". Program itu dibuat, sebab era saat ini sangat mendukung. Masyarakat banyak yang memanfaatkan telepon pintar untuk mengakses segala informasi.
Selain itu, selama ini masyarakat juga hanya melakukan "Screening" secara manual di kantor BPJS Kesehatan ataupun di layanan kesehatan lainnya. Namun, dengan adanya program baru tersebut, masyarakat dimudahkan untuk mengetahui kondisi kesehatan mereka.
Masyarakat yang memiliki resiko rendah disarankan menjaga pola hidup sehat dan melakukan latihan fisik minimal 30 menit setiap hari. Sedangkan, jika sudah ke sedang, mereka dianjurkan segera memeriksakan diri ke petugas medis. Pun demikian yang terindikasi gejala berat, harus secepatnya melakukan konsultasi dengan medis, untuk tindak lanjutnya.
Sementara itu, di Tulungagung, kata dia, jumlah klaim yang masuk cukup besar. Klaim tagihan layanan kesehatan BPJS di RSUD dr Iskak, Kabupaten Tulungagung, mencapai Rp92,177.909 miliar selama kurun 2015. Untuk 2016, masih dilakukan rekapitulasi pasti, namun jumlah dimungkinkan terus meningkat seiring diberlakukannya Kartu Indonesia Sehat (KIS). Klaim itu juga dari beragam sakit, seperti diabetes maupun hipertensi.
Dicontohkan, klaim tagihan BPJS periode Februari 2016, besaran tagihan dari layanan rawat inap mencapai Rp5,025 miliar lebih. Sementara dari sektor rawat jalan, klaim tagihan sebesar Rp2,286 miliar atau sekitar 28 persen dari total tagihan pada periode yang sama.
Di Tulungagung, rumah sakit yang telah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan misalnya RSUD dr Iskak, RS Bhayangkara, RSI Orpeha, RS Era Medika, RS Madinah, dan RS Muhammadyah Bandung. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017