Jember (Antarajatim) - Menjadi pelajar yang berprestasi tentu menjadi harapan semua siswa, baik di sekolah favorit maupun sekolah pinggiran yang berada di pelosok desa, namun terkadang sejumlah prestasi justru ditorehkan siswa yang berada di sekolah terpencil.

Seorang siswi dari Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darur Ridlwan bernama Siti Jazirotul Jannah kelas VIII berhasil meraih juara pertama pidato Bahasa Arab dalam dalam Ajang Kompetisi Seni dan Olahraga Madrasah (Aksioma) tingkat Kabupaten Jember.

Madrasah swasta yang baru berdiri pada tahun 2011 dan kini berusia enam tahun itu berada di kawasan pinggiran dan di pelosok desa yakni di Desa Suco, Kecamatan Mumbulsari, Kabupaten Jember yang berjarak belasan kilometer dari kota.

Selama ini, madrasah swasta tersebut hanya berpartisipasi saja dalam kegiatan Aksioma yang digelar Kementerian Agama Kabupaten Jember setiap dua tahun sekali dan madrasah yang sebagian siswanya mengenakan sandal jepit itu seakan tidak percaya anak didiknya mampu mengalahkan siswa dari madrasah favorit dan madrasah negeri yang selama ini menjadi unggulan.

"Saya tidak menyangka bisa menjadi juara pidato bahasa Arab dalam Aksioma tingkat kabupaten dan selanjutnya akan mewakili Kabupaten Jember di tingkat Provinsi Jawa Timur," kata Siti saat ditemui di MTs Darur Ridlwan.

Pelajar yang suka Bahasa Arab sejak duduk di bangku Madrasah Ibtidaiyah (MI) itu senang mengikuti berbagai lomba pidato, namun sebagian besar pidato yang diikutinya di tingkat desa dan kecamatan adalah pidato bahasa Madura.

Ketertarikannya belajar Bahasa Arab berawal dari sang Ayah yang merupakan santri di salah satu pondok pesantren yang juga bisa Bahasa Arab, bahkan dukungan tersebut juga datang dari kakaknya yang selalu membantu ketika ada kesulitan dalam Bahasa Arab.

Kebiasaan gemar belajar Bahasa Arab juga ditularkan dari ayahnya yang lulusan pesantren itu, sehingga terbiasa membaca kitab dengan menggunakan Bahasa Arab dan kebiasaan itu menjadikan Siti semakin cinta dengan Bahasa Arab.

Secara sekilas Siti sebenarnya gadis pemalu, bahkan saat bertanding dengan peserta lain yang berasal dari madrasah negeri dan madrasah swasta favorit sempat berkecil hati dan memiliki rasa pesimistis untuk bisa menang dalam lomba pidato bahasa Arab tersebut.

"Saya sempat grogi saat maju untuk pidato karena ditonton banyak orang, namun sebelum lomba, kakak saya memberikan motivasi untuk percaya diri bisa menampilkan yang terbaik dalam Aksioma tersebut," katanya.

Anak bungsu dari tiga bersaudara pasangan Sihabudi dan Babun, warga Desa Suco, Kecamatan Mumbulsari tersebut berhak maju untuk mewakili Kabupaten Jember dalam Aksioma yang digelar Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur.

Sementara guru pembimbingnya yang juga Guru Bahasa Arab di madrasah setempat Hafidz Jailuddin mengakui Siti memiliki bakat dalam belajar Bahasa Arab, sehingga tidak sulit untuk memberikan bimbingan selama latihan pidato Bahasa Arab sebelum digelar lomba Aksioma tingkat kabupate.

"Waktu latihan sekitar tiga bulan saja dan ia memang unggul dibandingkan kawan-kawannya dalam bahasa Arab, namun ada sedikit kendala tentang kefasihan dalam mengucapkan Bahasa Arab, sehingga perlu latihan secara rutin," tuturnya.

Dengan latihan rutin dan kemauan keras, lanjut dia, serta kegigihannya untuk menampilkan yang terbaik dalam lomba pidato bahasa Arab melalui kompetisi Aksioma Kabupaten Jember akhirnya Siti berhasil menorehkan prestasi yang mungkin tidak disangka-sangka semua pihak, termasuk pihak MTs Darur Ridlwan.


Madrasah Pelosok Desa Bukan Halangan untuk Berprestasi

Kali pertama bagi MTs Darur Ridlwan yang merupakan madrasah swasta yang berada di pelosok desa mampu mengalahkan madrasah unggulan yang lokasinya di pusat kota, sehingga menang dan mewakili Jember di tingkat provinsi juga menjadi pengalaman baru bagi madrasah yang memiliki siswa sebanyak 133 orang itu.

Sebagian besar wali murid madrasah tersebut adalah buruh tani, kuli bangunan, dan pedagang kelontong yang tidak memiliki biaya untuk menyekolahkan anaknya hingga jenjang sekolah menengah pertama (SMP).

Meski pihak MTs Darur Ridlwan sudah menggratiskan biaya sekolah bagi anak didiknya, masih saja perlu perjuangan ekstra dari para guru dan pihak sekolah untuk mendapatkan siswa setiap tahun ajaran baru.

"Kesadaran masyarakat di Desa Suco masih rendah untuk menyekolahkan anaknya, bahkan tidak jarang siswa yang sudah kelas 9 itu tidak mengikuti ujian nasional karena mengundurkan diri dengan alasan menikah bagi pelajar putri dan bekerja bagi pelajar putra," kata Kepala MTs Darur Ridlwan Imam Hambali.

Prestasi yang ditorehkan anak didiknya memberikan "suntikan" semangat bagi madrasah swasta yang memiliki fasilitas belajar jauh dari kata layak tersebut, bahkan kemenangan Siti dalam pidato Bahasa Arab di tingkat kabupaten menjadi harapan baru bagi pihak sekolah untuk terus berprestasi.

Menurutnya, anak desa boleh saja tidak percaya diri, bahkan tidak mampu berbuat apapun, tetapi sekali-kali tidak boleh kehilangan keberanian karena dengan keberanian kealpaan akan berubah menjadi keistimewaan.

"Alhamdulillah prestasi yang diraih Siti menjadi jalan penerang bagi sekolah untuk semakin giat mendidik siswa lebih baik lagi dan mencari bibit-bibit siswa yang memiliki kemampuan di bidang akademik dan non-akademik untuk dibina secara optimal," katanya. 

Madrasah yang sangat sederhana dengan sebagian besar siswa yang hanya menggunakan sandal jepit karena tidak mampu membeli sepatu tersebut terus berbenah, bahkan satu ruangan yang belum ada kursi dan bangku tersebut tetap digunakan dengan meminjam bangku di ruangan kelas sebelahnya.

"Fasilitas pendidikan yang terbatas tidak akan menghalangi madrasah untuk terus meningkatkan mutu pendidikan, meskipun sebanyak 17 guru yang mengajar di MTs Darur Ridlwan, hanya dua yang sudah memiliki sertifikasi," ujarnya.

Keinginan sekolah untuk membawa Siti mewakili Jember dalam Aksioma tingkat Provinsi Jatim tidak berjalan mulus karena siswi yang berasal dari keluarga kurang mampu tersebut tidak memiliki akta kelahiran yang merupakan dokumen wajib sebagai salah satu syarat bagi peserta Aksioma tingkat provinsi.

Pihak madrasah juga tidak ingin anak didiknya tersebut gagal karena gugur dalam persyaratan administrasi tidak memiliki akta kelahiran, sehingga Imam berusaha meminta bantuan kepala desa untuk membantu agar Siti memiliki akta kelahiran.

"Kami sudah berkoordinasi dengan kepala desa terkait persoalan akta kelahiran yang belum dimiliki siswi berprestasi tersebut, agar bisa mendapatkan akta kelahiran secepatnya," tuturnya.

Ia berharap semua pihak termasuk Kemenag Jember dan Pemkab Jember membantu Siti Jazirotul Jannah bisa memiliki akta kelahiran sebelum pertengahan Februari 2017 karena Aksioma Jatim rencananya dilaksanakan pada 15-18 Februari 2017 di Kediri.

Sekolah atau madrasah yang berada di pelosok desa bukan menjadi halangan bagi Siti dan pihak MTs Darur Ridlwan untuk terus berprestasi baik di tingkat provinsi, nasional, bahkan internasional. (*)

Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017