Surabaya (Antara Jatim) - Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat dengan programnya USAID PRIORITAS di Jatim melatih 13.880 tenaga pendidik yang terdiri dari guru, kepala sekolah, dan pengawas dari 19 kabupaten di Jatim guna mengatasi buta huruf di wilayah ini.
Koordinator USAID PRIORITAS Jatim Silvana Erlina di Surabaya, Jumat mengatakan dari data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyebutkan Jawa Timur menduduki peringkat pertama dari enam provinsi dengan tingkat buta aksara tertinggi di Indonesia.
"Untuk itu USAID PRIORITAS yang bekerja dalam bidang pendidikan menyasar kabupaten/kota mitra di Jatim dengan indeks pembangunan manusia (IPM) pada zona merah atau rendah, salah satunya adalah wilayah-wilayah dengan buta aksara tinggi," katanya di Surabaya.
Silvana menjelaskan, ke-19 kabupaten/kota tersebut meliputi Kab Situbondo, Kab Blitar, Kab Madiun, Kab Mojokerto, Kab Pamekasan, Kab Lumajang, Kab Ngawi, Kab Lamongan, Kab Jombang, Kab Banyuwangi, dan Kota Batu. Kabupaten/kota mitra DBE adalah Kab Sidoarjo, Kota Mojokerto, Kab Nganjuk, Kab Bojonegoro, Kab Tuban, Kab Pasuruan, Kab Bangkalan, dan Kab Sampang.
Menurut dia, hingga Juli 2016, USAID PRIORITAS Jatim telah melatih lebih dari 13.880 pendidik yang terdiri dari guru, kepala sekolah, dan pengawas dari 19 kabupaten/mitra.
“Apabila dikalkulasi maka Program USAID PRIORITAS sudah menyentuh lebih dari 1,9 juta siswa sekolah dasar dan menengah di 19 kabupaten/kota,” kata Silvana.
Tingginya buta aksara di Jatim menurut Silvana erat kaitannya dengan persebaran guru yang tidak merata antara perkotaan dan perdesaan, di samping masalah kualitas pendidik dan pembelajaran juga memicu.
"Para guru di kabupaten banyak bekerja di sekolah yang berdomisili di perkotaan. Sementara di perdesaan ketersediaan guru sangat kurang," katanya.
Salah satu contoh daerah mitra USAID PRIORITAS Jatim yang pemerataan gurunya tidak imbang antara perdesaan dan perkotaan adalah Kabupaten Blitar. Dari temuan tersebut, dengan pendampingan dari USAID PRIORITAS, Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar mendapatkan pendampingan dan pelatihan Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR).
PKR sendiri adalah suatu bentuk pembelajaran pendidikan dasar yang mensyaratkan seorang pendidik mengajar peserta didik, yang terdiri dari dua atau lebih tingkatan kelas yang berbeda dalam satu proses pembelajaran dan dalam waktu yang bersamaan.
PKR tersebut kemudian diimplementasikan pada sekolah-sekolah yang kekurangan guru. Di mana satu guru bisa mengajar di dua kelas secara bersamaan apabila materi yang diberikan sama atau berhubungan.
"Hal ini semata-mata agar permasalahan di daerah bisa teratasi sehingga tingkat buta aksara bisa berkurang," tandasnya.
Memasuki penghujung tahun ke-5 program atau tahun terakhir, Silvana mengungkapkan banyak dampak positif dari hasil pendampingan dan kemampuan siswa di bidang membaca seperti memahami isi bacaan, membaca lancar, dan kemampuan menyimak berdasarkan hasil Early Grade Reading Assesment (EGRA) atau penilaian membaca di kelas awal sekolah dasar yang dilakukan oleh USAID PRIORITAS Jatim. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
Koordinator USAID PRIORITAS Jatim Silvana Erlina di Surabaya, Jumat mengatakan dari data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyebutkan Jawa Timur menduduki peringkat pertama dari enam provinsi dengan tingkat buta aksara tertinggi di Indonesia.
"Untuk itu USAID PRIORITAS yang bekerja dalam bidang pendidikan menyasar kabupaten/kota mitra di Jatim dengan indeks pembangunan manusia (IPM) pada zona merah atau rendah, salah satunya adalah wilayah-wilayah dengan buta aksara tinggi," katanya di Surabaya.
Silvana menjelaskan, ke-19 kabupaten/kota tersebut meliputi Kab Situbondo, Kab Blitar, Kab Madiun, Kab Mojokerto, Kab Pamekasan, Kab Lumajang, Kab Ngawi, Kab Lamongan, Kab Jombang, Kab Banyuwangi, dan Kota Batu. Kabupaten/kota mitra DBE adalah Kab Sidoarjo, Kota Mojokerto, Kab Nganjuk, Kab Bojonegoro, Kab Tuban, Kab Pasuruan, Kab Bangkalan, dan Kab Sampang.
Menurut dia, hingga Juli 2016, USAID PRIORITAS Jatim telah melatih lebih dari 13.880 pendidik yang terdiri dari guru, kepala sekolah, dan pengawas dari 19 kabupaten/mitra.
“Apabila dikalkulasi maka Program USAID PRIORITAS sudah menyentuh lebih dari 1,9 juta siswa sekolah dasar dan menengah di 19 kabupaten/kota,” kata Silvana.
Tingginya buta aksara di Jatim menurut Silvana erat kaitannya dengan persebaran guru yang tidak merata antara perkotaan dan perdesaan, di samping masalah kualitas pendidik dan pembelajaran juga memicu.
"Para guru di kabupaten banyak bekerja di sekolah yang berdomisili di perkotaan. Sementara di perdesaan ketersediaan guru sangat kurang," katanya.
Salah satu contoh daerah mitra USAID PRIORITAS Jatim yang pemerataan gurunya tidak imbang antara perdesaan dan perkotaan adalah Kabupaten Blitar. Dari temuan tersebut, dengan pendampingan dari USAID PRIORITAS, Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar mendapatkan pendampingan dan pelatihan Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR).
PKR sendiri adalah suatu bentuk pembelajaran pendidikan dasar yang mensyaratkan seorang pendidik mengajar peserta didik, yang terdiri dari dua atau lebih tingkatan kelas yang berbeda dalam satu proses pembelajaran dan dalam waktu yang bersamaan.
PKR tersebut kemudian diimplementasikan pada sekolah-sekolah yang kekurangan guru. Di mana satu guru bisa mengajar di dua kelas secara bersamaan apabila materi yang diberikan sama atau berhubungan.
"Hal ini semata-mata agar permasalahan di daerah bisa teratasi sehingga tingkat buta aksara bisa berkurang," tandasnya.
Memasuki penghujung tahun ke-5 program atau tahun terakhir, Silvana mengungkapkan banyak dampak positif dari hasil pendampingan dan kemampuan siswa di bidang membaca seperti memahami isi bacaan, membaca lancar, dan kemampuan menyimak berdasarkan hasil Early Grade Reading Assesment (EGRA) atau penilaian membaca di kelas awal sekolah dasar yang dilakukan oleh USAID PRIORITAS Jatim. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017