Magetan (Antara Jatim) - Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan, Jawa Timur mencatat, jumlah kasus HIV/AIDS di wilayah setempat sejak ditemukan tahun 2002 hingga akhir November 2016 telah mencapai 377 orang.
"Dari jumlah 377 penderita tersebut, sebanyak 167 orang di antaranya telah meninggal dunia," ujar Kepala Dinas Kesehatan Magetan, Ehud Allawy, kepada wartawan di Magetan, Kamis.
Menurut dia, kasus HIV/AIDS di Magetan cenderung meningkat setiap tahunnya. Hal itu menyusul upaya Pemkab Magetan yang aktif melakukan deteksi dini di sejumlah lokasi rawan penyebaran HIV/AIDS. Selain itu, layanan deteksi dini penyakit akibat infeksi menular seksual (IMS) juga sudah disediakan di sejumlah puskesmas.
"Hasilnya, setiap tahun temuan baru kasus HIV/ADS sungguh mencengangkan. Dimungkinkan saja, jumlahnya lebih banyak dari data yang terungkap," kata dia.
Sesuai data yang ada, kasus HIV/AIDS Magetan hingga akhir tahun 2015 masih 330 kasus. Saat ini sudah meningkat menjadi 377 kasus.
Ehud menjelaskan, penularan HIV/AIDS di wilayah Magetan kebanyakan disebabkan karena perilaku seks bebas. Sebagian lain karena narkoba dan sisanya akibat kelahiran.
Sedangkan penderitanya tidak hanya kaum perisiko tinggi seperti pengguna narkoba melalui jarum suntik dan para wanita pekerka seks (WPS). Namun juga para ibu rumah tangga dan juga anak-anak.
Diduga para ibu rumah tangga tersebut tertular dari pasangannya yang sebelumnya pernah melakukan hubungan seks bebas dengan WPS ataupun orang lain yang positif HIV/AIDS.
Sementara, Dalam rangka memperingati hari AIDS Sedunia yang jatuh setiap tanggal 1 Desember, jajaran staf Dinas Kesehatan Magetan melakukan aksi simpatik dengan membagi-bagikan stiker dan bunga di sejumlah tempat umum, di antaranya di kawasan Alun-Alun Magetan.
Tidak hanya dari Dinkes, aksi tersebut juga melibatkan, para pelajar, Ikatan Pemuda Nahdatul Ulama, pramuka, dan sejumlah orang dengan HIV/AIDS (ODHA).
Aksi tersebut sebagai bentuk sosialisasi ke masyarakat akan bahayanya penyakit HIV/AIDS. Keterlibatan ODHA dalam aksi tersebut juga sebagai pemberitahuan ke masyarakat bahwa setiap orang berhak bergaul dan jangan didiskriminasikan, termasuk ODHA.
Ia berharap, dengan aksi tersebut, masyarakat semakin paham untuk mencegah penyebaran virus HIV/AIDS dan bukan mengucilkan penderitanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016