Yogyakarta (Antara Jatim) - Joint Operating Body (JOB) Pertamina-Petrochina East Java (PPEJ) belum menentukan sikap terkait kelanjutan pengelolaan lapangan minyak Sukowati di Bojonegoro, Jawa Timur, yang akan berakhir 29 Februari 2018.
   
 "Kami masih belum membahas soal kelanjutan pengelolaan lapangan minyak Sukowati. JOB PPEJ masih fokus membahas program pengembangan lapangan Sukowati pada 2017," kata "General Manager" JOB PPEJ Akbar Syah, di Yogyakarta, Jumat.
    
Lebih lanjut ia menjelaskan pengembangan lapangan Sukowati di Bojonegoro akan dilakukan dengan mengajukan hasil kajian terbaru terkait potensi minyak yang masih ada.
    
"Rencananya untuk mengambil cadangan minyak lapangan Sukowati dengan mengembangkan pengeboran ke arah barat dari lapangan minyak Sukowati yang ada sekarang," tuturnya.
    
"Field  Manager" JOB PPEJ Sugeng Setiono menyatakan hal serupa terkait kelanjutan pengelolaan lapangan minyak Sukowati yang masa kontraknya berakhir 28 Februari 2018.
    
"Semua kami serahkan kepada SKK Migas. Kami akan menerima apapun keputusan SKK Migas terkait kelanjutan pengelolaan lapangan minyak Sukowati," katanya menegaskan.    
    
Ia mengaku memperoleh informasi Pemerintah Provinsi Jawa Timur, juga Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro tertarik mengelola lapangan minyak Sukowati setelah kontrak berakhir 29 Februari 2018.
    
"Ya semua nanti terserah keputusan SKK Migas," ucapnya menegaskan.
    
Lebih lanjut ia menjelaskan JOB PPEJ terus berusaha melakukan berbagai usaha untuk menahan laju penurunan produksi lapangan Sukowati A di Desa Campurejo, Kecamatan Kota dan lapangan Sukowati B di Desa Ngampel, Kecamatan Kapas.
    
Salah satu upaya yang dilakukan, katanya, melakukan injeksi air sumur minyak Sukowati yang mengalami penurunan produksi secara alamiah sejak pertengahan 2015.
    
Dari hasil usaha injeksi air, katanya, membuahkan hasil karena laju penurunan produksi minyak lapangan Sukowati bisa dikendalikan.
    
Hanya saja, menurut dia, usaha melakukan injeksi air sumur minyak memperoleh protes warga di sekitarnya karena adanya pembakaran gas "flare".
    
"Selama 2016 tidak ada pengeboran sumur minyak baru karena adanya penurunan harga minyak dunia," ujarnya.
    
Sesuai data produyksi minyak lapangan SUkowati A dan B di Bojonegoro, ditambah lapangan Mudi di Kecamatan Soko, Tuban, mencapai 12.425 barel per hari, selain gas dan air."Tapi produksi airnya lebih banyak dibandingkan minyak dan gas," ucap Sugeng menambahkan. (*)

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016