Magetan (Antara Jatim) - Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Magetan mengklaim sebanyak 60 persen lahan tembakau milik petani di wilayah setempat rusak akibat musim kemarau basah yang melanda saat ini.
"Lahan tembakau di Kabupaten Magetan mencapai 500 hektare yag tersebar di lima kecamatan. Dari luas lahan tersebut sebanyak 60 persen di antaranya rusak terkena hujan yang masih turun di musim kemarau tahun ini ," ujar Kepala Disutbun Magetan Suyadi kepada wartawan, Kamis.
Menurut dia, kerusakan terjadi merata di lima kecamatan sentra tanaman tembakau Magetan. Yakni di Kecamatan Panekan, Plaosan, Sidorejo, Poncol, dan Parang.
"Musim kemarau basah yang terjadi kali ini telah mengakibatkan tanaman tembakau tidak dapat tumbuh dengan baik. Bahkan sebagian besar di antaranya rusak," kata dia.
Karena rusak, membuat kualitas tembakau yang ada jelek. Hal itu berpengaruh juga pada harga tembakau yang dipanen.
Jika pada panen tahun lalu harga masih di kisaran Rp7.000 hingga Rp9.000 per kilogram, saat ini turun drastis hanya Rp2.000 hingga Rp3.000 per kilogram.
Padahal, komoditas tembakau di Kecamatan Parang tergolong bagus dan menjadi komoditas andalan petani daerah setempat. Karena rusak, tanaman tersebut juga banyak yang tidak dapat dipanen.
Adapun, kualitas terbaik di antaranya adalah varietas Rejeb 1 hingga Rejeb 7, Rejeb Selopuro, dan Kalipare yang dibudidayakan di Kecamatan Parang dan sedang diupayakan untuk dipatenkan.
Meski banyak yang rusak, Dishutbun optimistis petani setempat tidak akan putus asa, hal itu mengingat tembakau merupakan tanaman perkebunan yang sangat menguntungkan.
"Apalagi, tanaman tembakau di Desa Ngunut, Kecamatan Parang memiliki kualitas yang baik dan dalam upaya dipatenkan. Saya yakin petani tetap akan menanamnya meski kali ini jeblok," katanya.
Petani diminta bersabar dan berharap hujan segera berhenti pada musim kemarau tahun ini. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016