Madiun (Antara Jatim) - Puluhan hektare tanaman tembakau di Desa Ngale, Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun rusak akibat anomali cuaca yang cenderung banyak hujan hingga membuat petani terancam gagal panen.
Petani tembakau desa setempat, Tamso di Madiun, Selasa mengatakan, curah hujan yang masih tinggi saat musim kemarau kali ini membuat tanaman tembakaunya tidak dapat tumbuh maksimal.
"Akibat terkena hujan daun tembakau tidak tumbuh dengan baik, mati, dan tidak layak panen. Petani mengalami kerugian," ujar Tamso kepada wartawan.
Menurut dia, banyak petani tembakau yang terpaksa mencabuti tanaman tembakaunya yang rusak tersebut untuk diganti dengan tanaman padi. Hal itu ia lakukan karena lahan yang ada tidak lagi sesuai untuk bercocok tanam tembakau.
Adapun, tembakau akan tumbuh baik di lahan kering. Sementara, lahan yang ada saat ini basah akibat curah hujan yang masih tinggi selama musim kemarau basah kali ini.
"Kami terpaksa mencabuti tanaman tembakau yang rusak dan menggantinya dengan padi. Kondisi tersebut membuat petani rugi karena biaya penanaman yang membengkak," kata dia.
Para petani mengaku tidak dapat berbuat banyak, sebab kondisi yang terjadi saat ini adalah alami disebabkan karena iklim.
Sementara, Ketua Asosiasi Petani Tembakau Kabupaten Madiun Lilik Indarto, mengatakan, luas lahan tembakau di Desa Ngale mencapai 126 hektare.
"Dari luas lahan tersebut, sebanyak 90 hektare di antaranya rusak akibat anomali cuaca. Petani tembakau tentu sangat merugi," kata Lilik.
Ia menjelaskan tanaman tembakau yang rusak tersebut berumur antara satu hingga satu setengah bulan. Padahal tanaman baru tembakau dapat dipanen pada umur dua bulan.
"Kami meminta pemerintah daerah melalui Dinas Kehutanan dan Perkebunan meninjau ke lapangan guna memberi solusi atas permasalahan yang dihdapi petani. Hal itu agar kerugain yang dialami petani tidak semakin besar," katanya.
Sementara, Data Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Hutbun) Kabupaten Madiun mencatat, sentra tembakau di wilayah setempat terdapat di empat kecamatan, yaitu Kecamatan Pilangkenceng, Gemarang, Saradan, dan Balerejo dengan luas lahan lebih dari 276 hektare. Sentra terbanyak terdapat di Desa Ngale, Pilangkenceng. (*)