Bojonegoro (Antara Jatim) - Pengembangan Agropolitan Salak di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur terhambat bahan salak karena di sejumlah desa di Kecamatan Kapas, yang menjadi sentra penghasil salak mengalami penurunan produksi dalam beberapa bulan terakhir.
   
Ketua Badan Kerja Sama Antardesa (BKSA) Tanjung Dinar di Desa Tanjungharjo, Kecamatan Kapas, Bojonegoro Tjatur Prasetiyo, di Bojonegoro, Rabu, mengatakan, produksi salak di desa penghasil salak di Kapas, mengalami penurunan disebabkan iklim yang tidak menentu.

"Akibat produksi salak langka maka kegiatan agropolitan salak menjadi tersendat," jelas dia.

Ia memperkirakan produksi salak di Desa Tanjungharjo, juga Wedi dan Kalianyar, juga di Kecamatan Kapas, yang menjadi anggota BKSA, mengalami penurunan sekitar 80 persen dibandingkan dalam kondisi normal.

"Pada Juni, Juli dan Agustus seharusnya ada penen salak, tapi sekarang ini produksi salak sangat minim sekali," kata Pengurus Pokdarwis Salak Manis Desa Tanjungharjo, Nanik Nurfikiyah, menambahkan.

Padahal, menurut dia, pokdarwis sudah berhasil mengembangkan 21 jenis kuliner salak, antara lain, serabi salak, kopi salak, sele salak, es cream salak, juga kuliner lainnya dengan bahan salak.

"Ya produksi kuliner berhenti karena tidak bisa memperoleh bahan salak, termasuk isi salak yang dimanfaatkan untuk kopi salak," jelas dia.

Lebih lanjut ia menjelaskan pengunjung dari wisatawan domestik (wisdom) terutama dari kalangan pelajar, yang datang mulai ramai setelah Agropolitan Salak di Desa Tanjungharjo, diluncurkan November 2015.

Di agropolitan salak pengunjung bisa masuk ke kebun salak dengan membayar karcis masuk Rp5.000 per orang, dengan tambahan bonus minum es cream salak dan diperbolehkan memetik salak satu buah.

Paket wisata lainnya, katanya, ada yang mencapai Rp25 ribu per orang, dengan paket tambahan memperoleh pendidikan membuat kuliner dengan bahan salak.

"Pengunjung yang sudah datang setelah diluncurkan lebih dari 5.000 wisdom, selama beberapa bulan," tuturnya.

Kepala Desa Tanjungharjo, Kecamatan Kapas, Bojonegoro Suyono, membenarkan pengembangan agropolitan salak di desanya terhambat bahan karena tiga desa penghasil salak produksinya menurun dalam beberapa bulan terakhir.     

"Tapi kami tetap mendorong pengembangan agropolitan salak tetap berjalan," ucapnya, menegaskan.

Ia menambahkan di desanya sebagian besar warga menanam salak dengan luas tanaman mencapai 114,16 hektare.
    
"Di Desa Wedi dan Kalianyar juga sama, hampir sebagian besar warga memiliki pohon salak di pekarangannya," tambahnya. (*)

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016