Kendati non-Muslim, pemeluk Kristen bernama Ajeng Dyah Puspitasari itu mengaku banyak belajar dari ajaran Islam tentang puasa, apalagi keluarga suaminya juga mayoritas Muslim.

"Kristen sebenarnya mengenal puasa juga, tapi saya membayangkan kalau puasa selama satu bulan (dalam Islam) itu tentu tidak mudah," ucap staf Humas Universitas Kristen (UK) Petra Surabaya itu.

Oleh karena itu, Ajeng --sapaan akrabnya-- menerima banyak pelajaran dari ajaran puasa itu, yakni belajar sabar sekaligus menahan nafsu atau menahan emosi sekaligus banyak berkorban.

"Saya belajar banyak dari puasa. Belajar sabar dan belajar menahan emosi. Itu sesuatu yang tidak mudah, tapi puasa mengajarkan bahwa Tuhan itu memberi pengajaran melalui proses," katanya.

Selain itu, pelajaran berkorban juga ada dalam ajaran Kristen dan Buddha. "Itu mengajarkan kasih, tidak boleh menyakiti sesama, bahkan berpikir negatif tentang orang lain saja sudah bukan puasa," tuturnya.

Ya, puasa itu tidak mudah, tapi puasa telah mengajarkan banyak hal untuk menjadi manusia yang lebih baik.

"Apalagi, keluarga suami juga banyak yang Muslim, tapi saya malah senang karena bisa belajar banyak, bahkan juga tradisi Lebaran," ujar staf Humas yang selama ini banyak berhubungan dengan wartawan itu.

Saat berlebaran, dirinya sekeluarga bisa bertemu saudara dan bisa bercerita pengalaman berpuasa dibandingkan dengan tahun lalu. "Puasa kita bolong (batal) berapa?," ucapnya.

Baginya, hal itu menyenangkan, karena ada nuansa yang berbeda dengan Kristiani. "Unik, apalagi suami saya termasuk anak paling bungsu, sehingga kita bisa bersilaturrahmi ke saudara tua paling banyak," paparnya.

Sang suami sempat bertanya, apakah dirinya tidak capek? "Saya jawab, saya senang, karena bisa sambung dengan saudara yang selama ini tidak kenal," ungkapnya. (*)

Pewarta: Edy M Yakub

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016