Bojonegoro (Antara Jatim) - Kepala Dinas Pertanian Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro, Jawa Timur, mengimbau petani di sawah tanah hujan tidak menanam padi, namun menanam palawija, karena musim kemarau  diprakirakan akan datang pada 15-20 Mei.
      
"Datangnya musim kemarau berkisar 15-20 Mei itu berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG)," kata Kepala Dinas Pertanian Bojonegoro Akhmad Djupari, di Bojonegoro, Selasa.
      
Oleh karena itu, menurut dia dia, kalau petani sawah tadah hujan, pada Mei ini tetap menanam padi, akan rawan mengalami kekeringan. 
      
"Petani di sawah tadah hujan pada musim tanam (MT) II, yang menanam tanaman padi akan kesulitan memperoleh air hujan," ucapnya, menegaskan.
      
Namun, lanjut dia, kalau petani bersedia menanam tanaman palawija lebih aman, sebab tidak terlalu membutuhkan banyak air.
      
Lebih lanjut ia menjelaskan petani di sawah tadah hujan di daerahnya ada kecenderungan, akan tetap menanam padi pada musim tanam (MT) II, karena lebih menjanjikan dibandingkan tanaman palawija.
      
Ia memperkirakan luas tanaman padi di sawah tadah hujan bisa mencapai lebih dari 3.500 hektare. Perhitungan luas tanaman padi itu, mengacu luas tanaman padi sawah tadah hujan tahun lalu hingga mencapai 5.685 hektare.
      
"Selain rawan kekeringan, tanaman padi di sawah tadah hujan pada MT II juga rawan serangan hama," katanya, menegaskan.
      
Meski demikian, pihaknya tetap akan mengusahakan para petani di sawah tadah hujan yang tetap menanam padi, untuk bisa memperoleh air. 
      
Caranya, lanjut dia, akan memanfaatkan mesin pompa air bantuan Kementerian Pertanian, dengan mengambil air dari Bengawan Solo. 
      
Ia memberikan gambaran di Kecamatan Kanor, tahun lalu ada tanaman padi di sawah tadah hujan yang mengalami kekeringan kemudian bisa memperoleh air dengan cara mengalirkan air Bengawan Solo ke sungai.
      
"Air Bengawan Solo di sungai itu kemudian dialirkan ke sawah dengan mesin pompa air," tandasnya.
      
Ia juga menambahkan tanaman padi di sawah tadah hujan yang bisa memperoleh air Waduk Pacal, seluas 4.000 hektare.
      
"Tanaman padi di sawah tadah hujan itu bisa memperoleh air Waduk Pacal, karena menyedot dengan mesin pompa air di jaringan irigasi," ucapnya. (*)




    

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016