Malang, (Antara) - Dirjen Sumber Daya Iptek dan Dikti Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Prof dr Ali Ghufron Mukti MSc Phd mengatakan banyaknya program studi kebidanan di Tanah Air tidak berarti menurunkan Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) di Indonesia.

"Saat ini jumlah prodi kebidanan di Indonesia mencapai 700. Jumlah bidan kita yang terbesar di Asia Tenggara, dengan jumlah 400.000 bidan. Tapi hal itu tak berarti AKI menurun," ujar Ghufron saat berbicara dalam Muskerwil Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia di Universitas Islam Malang (UNISMA), Jatim, Sabtu.

Ghufron menyebut angka kematian ibu justru meningkat dari tahun ke tahun. Jika pada 2007, angka kematian ibu sebanyak 228 per 100.000 kelahiran, namun sekarang meningkat menjadi 357 per 100.000 kelahiran.

Menurut Ghufron hal itu merupakan suatu ironi, karena banyaknya bidan tak berpengaruh terhadap jumlah kematian ibu melahirkan.

Ghufron menyebut dalam hal ini, mahasiswa bisa berperan dalam menurunkan angka kematian ibu melahirkan.

"Mahasiswa terutama mahasiswa kedokteran memiliki tugas memantau 10 ibu hamil. Sekarang tidak bisa memobilisasi dalam kegiatan senat untuk memantau ibu hamil. Kalau dirasa berat minimal satu mahasiswa memantau lima ibu hamil," imbuh dia.

Saat ini, jumlah mahasiswa di Tanah Air berjumlah enam juta mahasiswa.

Menurut Ghufron, peran mahasiswa dalam hal ini memantau perkembangan ibu hamil dan kemudian jika terjadi masalah kesehatan segera dibawa ke layanan kesehatan.

"Pemantauan bisa dimulai dari gizi ibu hamil. Di negara kita, kurang dari 10 persen ibu hamil yang makan ikan. Padahal ikan mengandung omega tiga yang penting bagi otak bayi," jelas dia.

Jika hal itu diterapkan, Ghufron yakin permasalahan kematian ibu melahirkan bisa ditekan.

Beberapa penyebab kematian ibu melahirkan yakni pendarahan, eklamsia, infeksi, gagal paru, hingga terlambat menuju akses kesehatan.

"Mahasiswa yang punya mobil bisa menggunakan mobil untuk membantu ibu hamil menuju akses kesehatan," tutur dia.

Sebelumnya, Kemenristekdikti melakukan moratorium terhadap prodi baru kesehatan dan kebidanan. Hal itu dilakukan karena terlalu banyaknya lulusan prodi tersebut, namun tidak terserap tenaga kerja.(*)

Pewarta: Indriani

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016