Menu makanan khas Makassar sop konro, buatan Daeng Ani (53), yang mangkal di Kayoon Surabaya, Jawa Timur, bisa dijadikan pilihan sarapan pagi, atau makan siang, bahkan juga makan malam. 

Apalagi, bagi warga Makassar yang menetap di Surabaya, yang sudah terlanjur fanatik dengan makanan sop konro. Begitu pula, bagi siapa saja yang pernah menyantap sop konro, ketika pernah singgah atau menetap di Makassar.

"Pelanggan saya banyak, dari berbagai kalangan, termasuk warga keturunan. Lainnya, orang yang pernah ke Makassar kemudian pernah makan sop konro," kata Daeng Ani.

Meski demikian, lanjut dia, pelanggan baru menu sop konro, di Rumah Makan (RM) Paraikatte di Kayoon itu, juga banyak, yang semula belum penah mengenal sop konro.

"Ya, rata-rata suka dengan sop konro. Buktinya, mereka kembali lagi," tandasnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan penjual sop konro di Surabaya, banyak, yang dijual pedagang makanan asal Makassar, bahkan juga warga asal Madura.

Daeng Ani, mengaku bisa membuat menu sop konro, karena terbiasa melihat keluarganya memasak menu itu, semasa kecilnya di Makassar.

Oleh karena itu, ketika Daeng Ani menetap di Surabaya bersama keluarga, kemudian membuka usaha menu sop konro di sebuah lokasi di Pucang, Surabaya, sekitar 15 tahun lalu. Setelah itu, membuka lagi di Kayoon, sekitar tiga bulan lalu.

"Saya memulai usaha menjual sop konro atas saran teman-teman. Sekarang saya membuka satu cabang lagi di Kayon," ucapnya.

Di masing-masing lokasi, ia mampu menjual menu sop konro, juga sop sodara, dengan bahan iga sapi sekitar 20 kilogram per harinya.

Ditanya perbedaan sop konro dengan rawon, ia menjelaskan perbedaan bumbu dasar sop konro dengan rawon, yaitu, bumbu dasarnya sop konro digoreng, sedangkan bumbu dasar rawon mentah atau tidak dibakar.

Selain itu, menu sop konro, untuk bumbunya juga dilengkapi dengan kelapa, yang tidak ada di menu rawon. Namun, warna kuah rawon dan sop konro tidak ada perbedaan sama-sama hitam, karena adanya bumbu kluwak.

Menu sop konro buatan Daeng Ani, hanya Rp30.000 per porsi, belum termasuk minuman. Menu ini tergolong, tidak mahal jika dibandingkan dengan menu rawon, yang juga memanfaatkan daging sapi, seperti di Terminal Bungurasih. 

Di terminal Bungurasih, menu rawon dengan daging sapi yang porsinya, hanya sepertiganya menu daging di iga sapi sop konro, harganya Rp24.000 per porsi.

"Es Kawis di tempat saya harganya Rp6.000 per gelas," ucapnya.

Di setiap porsi, Daeng Ani, memberi dua iga yang cukup padat dengan daging dan masing-masing kuah satu mangkuk. Dalam menyantap sop konro, pembeli bisa melengkapi dengan kecap, sambal, atau jeruk nipis. 

"Saya juga menerima pesanan sop konro. Pernah juga melayani hajatan pengantin dengan menu utama sop konro, di gedung di Surabaya," jelasnya.

Mengenai menu sop konro ini, seorang warga asal Makassar yang menetap di Surabaya Zabur Karuru, menjelaskan di Makassar, di era zaman dulu, menu sop konro merupakan makanan khas bangsawan.

Namun, seiring perkembangan zaman, makanan sop konro, juga dikenal masyarakat lapisan menengah kebawah, dan kemudian menjadi menu andalan warga Makassar, hingga menjadi dikenal di berbagai daerah di Tanah Air.

"Biasanya di setiap hajatan di Makassar, selalu menyajikan  menu sop konro," ucapnya, menegaskan.

Seorang warga asal Madura Abdul Aziz mengaku sangat menikmati menu sop konro, karena selain rasa daging iga sapi tidak alot, juga aroma bumbunya lezat. Bahkan, ia mengibaratkan menu sop konro, merupakan perpaduan antara masakan iga bakar dan rawon.

"Rasa sop konro, luar biasa. Apalagi, setelah makan kemudian dilanjutkan dengan "ngopi", rasanya hidup ini... wah......." ucapnya, yang kemudian memesan dua gelas kopi di sebuah warung di tepi jalan. (*)

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016