Surabaya (Antara Jatim) - Sebanyak 15.300 sekolah/madrasah dari delapan provinsi menerapkan praktik-praktik yang baik dalam pembelajaran, manajemen berbasis sekolah, dan budaya baca dari hasil pendampingan USAID-PRIORITAS.
"USAID membantu penyediaan akses ke pendidikan berkelas dunia untuk siswa Indonesia di sekolah/madrasah tingkat dasar dan menengah pertama," kata pelaksana tugas Direktur USAID Indonesia, Derrick Brown, dalam siaran pers yang diterima Antara di Surabaya, Kamis.
Belasan ribu sekolah/madrasah yang menerima program USAID-PRIORITAS yang didanai USAID senilai 88,2 juta dolar AS itu berasal dari Aceh, Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Papua.
"Pelatihan dan pendampingan itu untuk guru, kepala sekolah, komite sekolah, dan pengawas sekolah untuk menerapkan praktik-praktik yang baik dalam pembelajaran, manajemen berbasis sekolah, budaya baca, pengelolaan guru, serta program pelatihan pra-jabatan dan dalam jabatan," katanya.
Hasilnya telah ditampilkan dalam "Showcase Nasional USAID PRIORITAS" yang dibuka Sekretaris Jenderal Kemdikbud, Didik Suhardi, yang mewakili Mendikbud Anies Baswedan, di Gedung A Kemdikbud, Jakarta pada 28 Oktober 2015.
"Kami harap program ini akan membantu siswa untuk mencapai potensi terbaik dan menempatkan mereka menuju kesuksesan," katanya dalam acara yang dihadiri 300-an peserta dari perwakilan Kemdikbud, Kemenag, Kemristekdikti, rektor LPTK mitra, serta perwakilan dari SD/MI dan SMP/MTs dari provinsi mitra USAID PRIORITAS itu.
Senada dengan itu, Direktur Program USAID PRIORITAS, Stuart Weston, mengatakan "showcase" itu menampilkan beragam praktik yang baik dari hasil pelatihan dan pendampingan sekolah, LPTK, dan daerah mitra USAID PRIORITAS.
"Dari kegiatan 'pamer' ini, kami harapkan semakin banyak sekolah, LPTK, dan kabupaten/kota yang mendiseminasikan praktik yang baik dari program USAID PRIORITAS untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, manajemen berbasis sekolah, budaya baca, perkuliahan di LPTK, serta penataan dan pemerataan guru," kata Stuart.
Dalam acara itu, Kepala Dinas Pendidikan Sidoarjo Mustain Baladan dan Kepala SMPN 4 Lumajang Ghoniyul Khusnah mendapat kesempatan untuk berbagi praktik yang baik dalam kegiatan ini.
Mustain berbagi pengalaman terkait pelaksanaan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) di Kabupaten Sidoarjo, sedangkan Ghoniyul Khusnah dari Lumajang punya cara jitu agar sekolahnya mendapat dukungan penuh dari orangtua murid dalam pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang transparan.
Kabupaten Sidoarjo berhasil melakukan diseminasi mandiri dengan mewajibkan setiap guru menyisihkan dana sertifikasi sebesar 5 persen untuk pengembangan diri melalui pelatihan, kelompok kerja guru, seminar, dan masih banyak lagi.
"Apalagi, Bupati Sidoarjo sudah mengeluarkan Peraturan Bupati Nomor 38 Tahun 2013 tentang Pembinaan dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan sehingga memiliki kekuatan hukum agar guru wajib menyisihkan tunjangannya," katanya.
Dampak positifnya, hampir seluruh guru SD dan SMP di Sidoarjo telah melakukan pelatihan secara mandiri dengan menggunakan modul USAID PRIORITAS.
Sepanjang 2015, dana yang berasal dari penyisihan tunjangan guru yang digunakan pelatihan mandiri sebesar lebih dari Rp 4 miliar, termasuk implementasi cara mengajar dari konvensional menjadi pembelajaran aktif.
Sementara itu, Ghoniyul Khusnah mengajak orang tua tak hanya rapat membahas sumbangan, namun orang tua layaknya siswa yang diajak mengikuti pembelajaran, melakukan diskusi, mengisi lembar kerja dan mempresentasikan hasil diskusinya, sehingga menjadi sadar bahwa dalam melakukan pembelajaran aktif, ternyata banyak kebutuhan alat tulis yang harus digunakan, sehingga ada "support".
Selain itu, Ghoniyul juga mengungkapkan tingginya minat baca siswanya saat ini setelah adanya Program Morena (Moring Reading Mania) yakni setiap pagi seluruh siswa wajib membaca 15 menit dan membuat resensinya di buku. Buku itu direview dan ditandatangani guru. Di akhir bulan, setiap siswa menghasilkan puluhan resensi buku. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
"USAID membantu penyediaan akses ke pendidikan berkelas dunia untuk siswa Indonesia di sekolah/madrasah tingkat dasar dan menengah pertama," kata pelaksana tugas Direktur USAID Indonesia, Derrick Brown, dalam siaran pers yang diterima Antara di Surabaya, Kamis.
Belasan ribu sekolah/madrasah yang menerima program USAID-PRIORITAS yang didanai USAID senilai 88,2 juta dolar AS itu berasal dari Aceh, Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Papua.
"Pelatihan dan pendampingan itu untuk guru, kepala sekolah, komite sekolah, dan pengawas sekolah untuk menerapkan praktik-praktik yang baik dalam pembelajaran, manajemen berbasis sekolah, budaya baca, pengelolaan guru, serta program pelatihan pra-jabatan dan dalam jabatan," katanya.
Hasilnya telah ditampilkan dalam "Showcase Nasional USAID PRIORITAS" yang dibuka Sekretaris Jenderal Kemdikbud, Didik Suhardi, yang mewakili Mendikbud Anies Baswedan, di Gedung A Kemdikbud, Jakarta pada 28 Oktober 2015.
"Kami harap program ini akan membantu siswa untuk mencapai potensi terbaik dan menempatkan mereka menuju kesuksesan," katanya dalam acara yang dihadiri 300-an peserta dari perwakilan Kemdikbud, Kemenag, Kemristekdikti, rektor LPTK mitra, serta perwakilan dari SD/MI dan SMP/MTs dari provinsi mitra USAID PRIORITAS itu.
Senada dengan itu, Direktur Program USAID PRIORITAS, Stuart Weston, mengatakan "showcase" itu menampilkan beragam praktik yang baik dari hasil pelatihan dan pendampingan sekolah, LPTK, dan daerah mitra USAID PRIORITAS.
"Dari kegiatan 'pamer' ini, kami harapkan semakin banyak sekolah, LPTK, dan kabupaten/kota yang mendiseminasikan praktik yang baik dari program USAID PRIORITAS untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, manajemen berbasis sekolah, budaya baca, perkuliahan di LPTK, serta penataan dan pemerataan guru," kata Stuart.
Dalam acara itu, Kepala Dinas Pendidikan Sidoarjo Mustain Baladan dan Kepala SMPN 4 Lumajang Ghoniyul Khusnah mendapat kesempatan untuk berbagi praktik yang baik dalam kegiatan ini.
Mustain berbagi pengalaman terkait pelaksanaan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) di Kabupaten Sidoarjo, sedangkan Ghoniyul Khusnah dari Lumajang punya cara jitu agar sekolahnya mendapat dukungan penuh dari orangtua murid dalam pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang transparan.
Kabupaten Sidoarjo berhasil melakukan diseminasi mandiri dengan mewajibkan setiap guru menyisihkan dana sertifikasi sebesar 5 persen untuk pengembangan diri melalui pelatihan, kelompok kerja guru, seminar, dan masih banyak lagi.
"Apalagi, Bupati Sidoarjo sudah mengeluarkan Peraturan Bupati Nomor 38 Tahun 2013 tentang Pembinaan dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan sehingga memiliki kekuatan hukum agar guru wajib menyisihkan tunjangannya," katanya.
Dampak positifnya, hampir seluruh guru SD dan SMP di Sidoarjo telah melakukan pelatihan secara mandiri dengan menggunakan modul USAID PRIORITAS.
Sepanjang 2015, dana yang berasal dari penyisihan tunjangan guru yang digunakan pelatihan mandiri sebesar lebih dari Rp 4 miliar, termasuk implementasi cara mengajar dari konvensional menjadi pembelajaran aktif.
Sementara itu, Ghoniyul Khusnah mengajak orang tua tak hanya rapat membahas sumbangan, namun orang tua layaknya siswa yang diajak mengikuti pembelajaran, melakukan diskusi, mengisi lembar kerja dan mempresentasikan hasil diskusinya, sehingga menjadi sadar bahwa dalam melakukan pembelajaran aktif, ternyata banyak kebutuhan alat tulis yang harus digunakan, sehingga ada "support".
Selain itu, Ghoniyul juga mengungkapkan tingginya minat baca siswanya saat ini setelah adanya Program Morena (Moring Reading Mania) yakni setiap pagi seluruh siswa wajib membaca 15 menit dan membuat resensinya di buku. Buku itu direview dan ditandatangani guru. Di akhir bulan, setiap siswa menghasilkan puluhan resensi buku. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015