Bagi siapa saja yang mulai sadar betapa berharganya kesehatan tubuh, berhati-hatilah ketika hendak memilih atau membaca wejangan  konsultan kesehatan yang gratis di media massa.

Media massa sering hidup dari jaringan iklan industri. Dalam hal konsultasi kesehatan, pembiaya jasa konsultasi adalah industri makanan, minuman, obat atau makanan tambahan.

Konsultan yang memberikan layanan gratis biasanya menggandeng atau digandeng oleh industri untuk membiayai jasa konsultasi yang dirilis secara umum dan gratis itu.

Meskipun sang konsultan tak mesti memuji-muji produk industri yang membiayainya, setidaknya konsultan yang digaet industri tak akan memojokkan citra produk industri itu.

Namun, di luar kelaziman itu, ada seorang pakar kesehatan yang memberikan konsultasi tentang detoksifikasi atau metode membuang racun dari tubuh tanpa terkooptasi oleh industri mana pun.

Dialah Asrin Arifin, yang menyampaikan nasihat-nasihatnya dalam program kesehatan bertajuk Celebrate Life, Life is A Gift from God, yang disiarkan setiap pekan oleh Radio Pelita Kasih tanpa iklan industri sama sekali.

Yang menarik, dan sangat jarang dilakukan oleh konsultan atau pakar kesehatan umumnya adalah isi dari wejangan kesehatan yang disampaikannya.

Program penyehatan tubuh, menurut Asrin, adalah berfokus pada gaya hidup alami. Semua makanan yang diproduksi industri, apapun jenis makanan dan kualitasnya, harus dihindari.

Prinsip yang perlu dipegang: semakin dekat jarak antara bahan pangan dan mulut semakin baik. Jadi makanan terbaik adalah yang tidak mengandung campur tangan industri.

Jika anda ingin memperoleh asupan karbohidrat, mengonsumsi nasi jauh lebih baik daripada mi instan sebab jarak perjalanan dari padi di sawah ke mulut orang, lebih dekat dibandingkan dengan jarak dari gandum sampai menjadi mi hingga dimakan orang.

Begitu juga dengan jarak antara buah anggur segar ke konsumen dibandingkan dengan jarak antara jus anggur kemasan menuju mulut manusia. Yang pertama lebih sehat dikonsumsi dibandingkan yang terakhir.

Jarak juga ditentukan oleh durasi yang dibutuhkan dalam konsumsi. Makan buah jeruk lokal yang dipetik dari pohonnya sepekan lalu jauh lebih bernutrisi dibandingkan dengan menikmati buah jeruk impor yang dipanen dua bulan silam di kebun-kebun mancanegara.

Semua makanan produk industri sering mengandung tiga komponen dasar kimiawi berbahaya bagi tubuh, yakni: pemanis atau penyedap, pengawet dan pewarna. Bahan inilah yang menjadi racun atau toksin dalam tubuh manusia.

Oleh sebab itu, metode detoksifikasi yang disarankan Asrin yang menimba berbagai ilmu faal dari berbagai jurnal sains internasional itu adalah mengonsumsi makanan alami. Semua makanan yang dikemas oleh pabrik harus dihindari.

Yang cukup ekstrem adalah pandangan Asrin tentang susu selain air susu ibu untuk menyusui bayi. Minuman susu dari hewan yang digemari dan dianggap menyehatkan oleh hampir semua orang itu dipandang Asrin sebagai sumber gizi yang harus dihindari.

Argumennya sangat dasar: semua mamalia minum susu hanya dari induknya dan hanya di masa menyusui. Beda dengan manusia, yang setelah periode menyusu sang ibu selesai, dilanjutkan dengan minum susu dari hewan. hingga dewasa.

Iklan industri yang menyatakan bahwa susu yang dihasilkan lewat formulasi khusus bisa mencegah atau menghambat atau menyembuhkan penyakit tulang keropos atau osteoporosis, oleh Asrin, dinilai tak realistis.

Dia memperlihatkan bahwa justru di masyarakat Amerika yang nengonsumsi susu lebih tinggi terjadi kasus osteoporosis lebih tinggi dibandingkan masyarakat Tiongkok, yang lebih rendah tingkat konsumsi susunya.

Detoksifikasi semakin afdol jika seseorang hanya minum air putih, menjauhi segala jenis minuman lain entah itu kopi, coklat atau teh sekalipun.

Tampaknya, konsultan gizi lain, Andang Gunawan, punya metode detoksifikasi yang mirip dengan Asrin. Perempuan penulis buku Food Combining itu bilang, banyak yang salah paham tentang detoksifikasi.

Dalam bukunya, Andang ingin memberikan panduan bagaimana cara melakukan detoksifikasi yang benar. Saat ini, menurut dia, banyak pihak yang memanfaatkan ketidaktahuan orang akan detoksifikasi. Misalnya, dengan menjual suplemen atau obat yang katanya bisa melakukan detoksifikasi, ujarnya. Padahal detoksifikasi adalah mekanisme untuk membuang atau menetralkan racun di dalam tubuh.

Istilah detoksifikasi ini kemudian dipopulerkan oleh bagian promosi sebuah produk untuk mengenalkan produk mereka. Padahal detoksifikasi merupakan kebiasaan yang sering dilakukan orang: berpuasa. Detoks yang betul, ya, puasa, kata Andang.

Dalam dunia fisiologi, istilah detoksifikasi yang diserap dari bahasa Inggris adalah lintasan metabolisme yang mengurangi kadar racun di dalam tubuh, dengan penyerapan, distribusi, biotransformasi dan ekskresi molekul toksin.

Detoksifikasi terbagi menjadi 3 klasifikasi menurut golongan substratnya yaitu alkohol, obat-obatan dan zat metabolik.

Dalam tubuh manusia, selalu mengandung toksin dengan kadar masing-masing orang berbeda-beda, teruma manusia yang semakin dewasa semakin mengandung toksin yang lebih tinggi kadarnya. Itu dipengaruhi oleh makanan, minuman yang bermuatan alkohol dan obat-obatan yang dikonsumsinya.

Bagi orang dewasa yang semakin tinggi umurnya, gaya hidup yang dianjurkan adalah tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol, banyak makan buah dan sayur serta minum air putih dengan diimbangi olahraga secara teratur.

Dengan gaya hidup yang demikianlah kondisi tubuh yang prima akan tergapai tanpa harus mengeluarkan banyak uang untuk membeli berbagai produk makanan tambahan yang kini marak diperdagangkan dengan klaim sebagai produk makanan berkhasiat mendektosifikasi tubuh. (*)

Pewarta: M Sunyoto

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015