Madiun (Antara Jatim) - Sejumlah perajin tempe di Kota Madiun, Jawa Timur, terpaksa menambah biaya produksi guna mengantisipasi kenaikan harga kedelai impor yang menjadi bahan utama tempe akibat melemahnya nilai tukar rupiah. 
     
 "Beberapa hari terakhir harga kedelai impor naik akibat melemahnya nilai tukar rupiah. Saya terpaksa menambah modal agar tetap dapat berproduksi," ujar perajin tempe di Kelurahan Manisrejo, Kecamatan Taman, Kota Madiun, Gumini kepada wartawan di Madiun, Jumat
     
Menurut dia, harga kedelai impor di pasaran saat ini mencapai Rp7.300 per Kilogram. Padahal sebelumnya hanya mencapai Rp6.800 per Kilogram.
     
Selain agar tetap berproduksi, penambahan biaya operasional tersebut juga bertujuan untuk menjaga kualitas tempe yang dihasilkannya.
     
Gumini menjelaskan, dalam sehari ia biasanya membutuhkan sekitar 250 hingga 300 Kilogram kedelai untuk bahan baku. Kedelai-kedelai itu kemudian dibuat menjadi tempe dengan tiga ukuran.
    
Yakni, ukuran 2 Ons yang dijual dengan harga Rp2.000, ukuran 4 Ons yang dijual Rp4.000, dan ukuran 6 Ons yang dijual dengan harga Rp6.000. 
     
Pihaknya sengaja tidak menaikkan harga jual tempenya, hal itu untuk menjaga para pelanggannya tidak beralih ke tempat lain. 
     
"Harga segitu sudah cukup mahal, tapi dijamin tempe saya enak. Saya tidak berani menaikkan harga karena takut diprotes pembeli," kata dia. 
     
Meski terpaksa mengeluarkan biaya operasional tambahan, ia berharap agar harga kedelai impor dapat segera turun dan stabil. Sebab, jika kondisi tersebut terus menerus berlangsung, dipastikan industri rumah tangga yang sudah digelutinya bertahun-tahun selama ini dapat gulung tikar.
     
"Kalau sudah bangkrut, kasihan para pekerja saya yang jumlahnya mencapai 21 orang. Mereka juga butuh kerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya," katanya. (*)


Pewarta: Louis Rika Stevani

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015