Tulungagung (Antara Jatim) - Ratusan saluran pembuangan limbah rumah tangga diidentifikasi masuk langsung ke aliran Sungai Ngrowo yang membelah Kota Tulungagung, Jawa Timur, tanpa melalui sarana instalasi pengolahan air limbah yang memadai.
"Pantauan kami selama melakukan penelitian dengan metode biotilik, beberapa waktu lalu, ada sekitar 100-an saluran limbah rumah tangga yang masuk Sungai Ngrowo," kata Ketua Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Mangkubumi, Mohammad Ichwan di Tulungagung, Senin.
Ironisnya, lanjut Ichwan, limbah rumah tangga yang berisi aneka kotoran sisa makanan, cucian, hingga limbah industri rumahan masuk ke aliran sungai tanpa tersaring dalam sistem pengolahan sementara atau IPAL sederhana.
Akibatnya, aliran Sungai Ngrowo sangat kotor. Menurut Ichwan, kepekatan air sungai sangat tinggi saat kemarau, karena debit air menurun drastis sementara volume limbah tetap tinggi.
"Aneka limbah rumah tangga maupun sisa (cairan) limbah industri yang masuk tidak bisa terbawa aliran air, sungainya memang tidak mengalir saat kemarau," ujarnya.
Pencemaran aliran Sungai Ngrowo terpantau tim survei PPLH bersama komunitas pelajar peduli lingkungan di daerah Majan, Kecamatan Kedungwaru hingga Desa Kedungsoko, kecamatan Tulungagung.
Saluran lain merupakan saluran irigasi besar seperti dari Sungai Jenes.
Dari ratusan saluran itu, lanjut Ichwan, tak semuanya berasal dari pembuangan rumah tangga.
Ichwan meyakini, ada puluhan saluran yang berasal dari pelaku industri, dii antaranya jasa pencucian, pembuatan pakaian, serta industri makanan.
"Hampir semuanya tanpa adanya pengolahan dulu sebelum dibuang ke sungai, karena itulah mungkin sebaiknya ada IPAL Komunal," katanya.
Kerusakan Sungai Ngrowo juga diperparah dengan rusaknya vegetasi sepanjang sungai dengan radius lima hingga enam meter.
Padahal vegetasi sungai seperti banyaknya pepohonan yang bisa sebagai plengsengan alami bisa membantu penyaringan limbah.
"Musim kemarau seperti saat ini juga ikut memperparah, pasalnya, pasokan air ke sungai Ngrowo yakni dari Sungai Song sebagai hulu jauh berkurang," katanya.
Parahnya, kata dia, Sungai Song banyak dialirkan ke Waduk Wonorejo.
“Penyuplai air Sungai Ngrowo di antaranya Sungai Jenes, Sungai Song dan ada beberapa lainnya. ternyata kondisi penyuplai juga sudah mulai tercemar, seperti Sungai Song yang juga tercemar kotoran meski belum parah,” ujar Ikhwan.
Sebagai solusi, lanjut dia, pemerintah memberlakukan suaka Sungai Ngrowo.
Dengan cara itu, ada prioritas menjaga kebersihan sungai, dan tidak ada limbah yang masuk.
Solusi lain yakni membuat IPAL Komunal yang bisa digunakan untuk beberapa rumah tangga dan industri kecil.
“Selama tak ada Suaka Sungai Ngrowo sulit untuk mengembalikan kondisi Ngrowo. Masukan juga dari warga yakni IPAl Komunal," jelasnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
"Pantauan kami selama melakukan penelitian dengan metode biotilik, beberapa waktu lalu, ada sekitar 100-an saluran limbah rumah tangga yang masuk Sungai Ngrowo," kata Ketua Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Mangkubumi, Mohammad Ichwan di Tulungagung, Senin.
Ironisnya, lanjut Ichwan, limbah rumah tangga yang berisi aneka kotoran sisa makanan, cucian, hingga limbah industri rumahan masuk ke aliran sungai tanpa tersaring dalam sistem pengolahan sementara atau IPAL sederhana.
Akibatnya, aliran Sungai Ngrowo sangat kotor. Menurut Ichwan, kepekatan air sungai sangat tinggi saat kemarau, karena debit air menurun drastis sementara volume limbah tetap tinggi.
"Aneka limbah rumah tangga maupun sisa (cairan) limbah industri yang masuk tidak bisa terbawa aliran air, sungainya memang tidak mengalir saat kemarau," ujarnya.
Pencemaran aliran Sungai Ngrowo terpantau tim survei PPLH bersama komunitas pelajar peduli lingkungan di daerah Majan, Kecamatan Kedungwaru hingga Desa Kedungsoko, kecamatan Tulungagung.
Saluran lain merupakan saluran irigasi besar seperti dari Sungai Jenes.
Dari ratusan saluran itu, lanjut Ichwan, tak semuanya berasal dari pembuangan rumah tangga.
Ichwan meyakini, ada puluhan saluran yang berasal dari pelaku industri, dii antaranya jasa pencucian, pembuatan pakaian, serta industri makanan.
"Hampir semuanya tanpa adanya pengolahan dulu sebelum dibuang ke sungai, karena itulah mungkin sebaiknya ada IPAL Komunal," katanya.
Kerusakan Sungai Ngrowo juga diperparah dengan rusaknya vegetasi sepanjang sungai dengan radius lima hingga enam meter.
Padahal vegetasi sungai seperti banyaknya pepohonan yang bisa sebagai plengsengan alami bisa membantu penyaringan limbah.
"Musim kemarau seperti saat ini juga ikut memperparah, pasalnya, pasokan air ke sungai Ngrowo yakni dari Sungai Song sebagai hulu jauh berkurang," katanya.
Parahnya, kata dia, Sungai Song banyak dialirkan ke Waduk Wonorejo.
“Penyuplai air Sungai Ngrowo di antaranya Sungai Jenes, Sungai Song dan ada beberapa lainnya. ternyata kondisi penyuplai juga sudah mulai tercemar, seperti Sungai Song yang juga tercemar kotoran meski belum parah,” ujar Ikhwan.
Sebagai solusi, lanjut dia, pemerintah memberlakukan suaka Sungai Ngrowo.
Dengan cara itu, ada prioritas menjaga kebersihan sungai, dan tidak ada limbah yang masuk.
Solusi lain yakni membuat IPAL Komunal yang bisa digunakan untuk beberapa rumah tangga dan industri kecil.
“Selama tak ada Suaka Sungai Ngrowo sulit untuk mengembalikan kondisi Ngrowo. Masukan juga dari warga yakni IPAl Komunal," jelasnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015