Surabaya (Antara Jatim) - Sekitar enam bakal calon wali kota (cawali) dan wakil wali kota (cawawali) Surabaya memaparkan visi dan misinya di hadapan 31 Pimpinan Anak Cabang (PAC) Partai Gerindra Surabaya.
"Gerindra tidak hanya asal-asalan dalam memberikan penilaian atau rangking terhadap para cawali dan cawawali. Selanjutnya ranking tersebut akan diserahkan ke DPC dan DPD, lalu ke DPP," kata Ketua Tim Penjaringan DPC Partai Gerindra Surabaya AH Thony pada saat pemaparan visi dan misi bakal cawali dan cawawali di Surabaya, Minggu.
Untuk itu, lanjut dia, pihaknya mempersilahkan para PAC untuk memberikan ranking kepada para cawali dan cawawali yang telah menyampaikan visi dan misinya.
Selain itu, lanjut dia, pihaknya mempersilahkan para pemimpin parpol yang hadir ikut menilai cawali dan cawawali yang daftar lewat Gerindra.
Setiap cawali dan cawawali mendapatkan waktu sekitar 15 menit. Adapun cawali yang pertama memaparkan visi misinya adalah Bambang Kusudiarjo disusul Dhimam Abror dan Sukoto.
Selanjutnya adalah Sutjipto Joe Angga, Antony Bachtiar dan Basa Alim Tualeka. Sedangkan, Wakil Ketua DPD Gerindra Jatim, Benjamin yang sebelumnya telah mengambil formulir pendaftaran cawali tidak datang dalam acara Rakercabsus.
Demikian halnya Wakil Ketua DPD Gerindra Jatim Wira Lina yang juga telah mengambil formulir memilih untuk mundur dengan alasan orangtuanya tidak memberikan restu.
Satu lagi nama Alan Surya Widjaja yang juga sudah mengambil formulir pendaftaran cawali tidak melanjutkan pencalonan karena terbentur regulasi yakni terkait umur. Alan diketahui baru berumur 23 tahun, sedangkan aturan KPU untuk cawali minimal berumur 25 tahun.
Di hadapan PAC-PAC, tiap cawali dan cawawali diberikan lima pertanyaan oleh DPC Gerindra Surabaya, di antaranya mengapa maju lewat Gerindra. apa yang akan dilakukan untuk Surabaya. Juga bagaimana sosok pemimpin yang pas untuk Surabaya dan dilihat dari sudut pandang partai.
"Ini untuk mengetahui secara sekilas apa yang akan dilakukan oleh para cawali dan cawawali. Setidaknya kita semua tahu apa yang akan dikerjakan mereka yang akan kita usung nanti," kata AH Thony.
Sementara itu, Basa Alim Tualeka, satu-satunya sosok yang mencalonkan dirinya sebagai Cawawali tampil menghibur dan cukup memukau. Dirinya ingin menjadikan Surabaya yang lebih baik.
"Apapun harus saya akui bahwa Risma sukses, utamanya dalam lima tahun ini. Jadi Risma sudah tidak pantas untuk jadi wali kota. Ini terlalu kecil, karena dia bukan hanya milik Surabaya. Bahkan duniapun mengakuinya," katanya.
Makanya Jokowi sebagai pemimpin bangsa harus melihat dan menarik Risma ke pusat agar ada kader lain yang muncul. "Kalau tetap di Surabaya berarti tidak level. Bisa jadi Risma belum memutuskan maju karena bisa jadi dilirik untuk jadi pejabat," katanya.
Ditambahkan dirinya siiap melawan konsep Risma yang akan membangun monorel. "Kita sudah pengalaman dengan bus tingkat. Karena waktu itu orang hanya pengen naik. Untuk monorel, Surabaya bukan Singapura, Batam dan Bali. Jadi harus dipikir ulang, karerma lama-lama orang akan tidak dipakai. Buat jembatan tol ring luar. Ini tidak akan macet. Konsep thawaf. Saya siap datangkan investor dari Dubai," katanya.
Selain itu, calon lain Sukoto menegaskan pihaknya ingin warga Surabaya tahu apa yang akan dilakukan, utamanya di tingkatan RW. "Ide baik itu perlu saya sampaikan," ujar Sukoto.
Menurut pria kelahiran Purworejo Jateng ini, yang akan saya lakukan bila jadi wali kota salah satunya mengalokasikan setiap RW dana Rp500 juta per tahun. Di Surabaya terdiri dari 1.400 RW. "Jadi total Rp 700 miliar, itu baru 10 persen dari APBD Surabaya," katanya.
Selain itu, Sukoto juga akan menggaransi bahwa Balai Kota adalah rumah rakyat. Nantinya setiap Jumat warga Surabaya bisa datang untuk "open house".
"Jadi saya ingin menghilangkan batas antara pemimpin dan yang dipimpin," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
"Gerindra tidak hanya asal-asalan dalam memberikan penilaian atau rangking terhadap para cawali dan cawawali. Selanjutnya ranking tersebut akan diserahkan ke DPC dan DPD, lalu ke DPP," kata Ketua Tim Penjaringan DPC Partai Gerindra Surabaya AH Thony pada saat pemaparan visi dan misi bakal cawali dan cawawali di Surabaya, Minggu.
Untuk itu, lanjut dia, pihaknya mempersilahkan para PAC untuk memberikan ranking kepada para cawali dan cawawali yang telah menyampaikan visi dan misinya.
Selain itu, lanjut dia, pihaknya mempersilahkan para pemimpin parpol yang hadir ikut menilai cawali dan cawawali yang daftar lewat Gerindra.
Setiap cawali dan cawawali mendapatkan waktu sekitar 15 menit. Adapun cawali yang pertama memaparkan visi misinya adalah Bambang Kusudiarjo disusul Dhimam Abror dan Sukoto.
Selanjutnya adalah Sutjipto Joe Angga, Antony Bachtiar dan Basa Alim Tualeka. Sedangkan, Wakil Ketua DPD Gerindra Jatim, Benjamin yang sebelumnya telah mengambil formulir pendaftaran cawali tidak datang dalam acara Rakercabsus.
Demikian halnya Wakil Ketua DPD Gerindra Jatim Wira Lina yang juga telah mengambil formulir memilih untuk mundur dengan alasan orangtuanya tidak memberikan restu.
Satu lagi nama Alan Surya Widjaja yang juga sudah mengambil formulir pendaftaran cawali tidak melanjutkan pencalonan karena terbentur regulasi yakni terkait umur. Alan diketahui baru berumur 23 tahun, sedangkan aturan KPU untuk cawali minimal berumur 25 tahun.
Di hadapan PAC-PAC, tiap cawali dan cawawali diberikan lima pertanyaan oleh DPC Gerindra Surabaya, di antaranya mengapa maju lewat Gerindra. apa yang akan dilakukan untuk Surabaya. Juga bagaimana sosok pemimpin yang pas untuk Surabaya dan dilihat dari sudut pandang partai.
"Ini untuk mengetahui secara sekilas apa yang akan dilakukan oleh para cawali dan cawawali. Setidaknya kita semua tahu apa yang akan dikerjakan mereka yang akan kita usung nanti," kata AH Thony.
Sementara itu, Basa Alim Tualeka, satu-satunya sosok yang mencalonkan dirinya sebagai Cawawali tampil menghibur dan cukup memukau. Dirinya ingin menjadikan Surabaya yang lebih baik.
"Apapun harus saya akui bahwa Risma sukses, utamanya dalam lima tahun ini. Jadi Risma sudah tidak pantas untuk jadi wali kota. Ini terlalu kecil, karena dia bukan hanya milik Surabaya. Bahkan duniapun mengakuinya," katanya.
Makanya Jokowi sebagai pemimpin bangsa harus melihat dan menarik Risma ke pusat agar ada kader lain yang muncul. "Kalau tetap di Surabaya berarti tidak level. Bisa jadi Risma belum memutuskan maju karena bisa jadi dilirik untuk jadi pejabat," katanya.
Ditambahkan dirinya siiap melawan konsep Risma yang akan membangun monorel. "Kita sudah pengalaman dengan bus tingkat. Karena waktu itu orang hanya pengen naik. Untuk monorel, Surabaya bukan Singapura, Batam dan Bali. Jadi harus dipikir ulang, karerma lama-lama orang akan tidak dipakai. Buat jembatan tol ring luar. Ini tidak akan macet. Konsep thawaf. Saya siap datangkan investor dari Dubai," katanya.
Selain itu, calon lain Sukoto menegaskan pihaknya ingin warga Surabaya tahu apa yang akan dilakukan, utamanya di tingkatan RW. "Ide baik itu perlu saya sampaikan," ujar Sukoto.
Menurut pria kelahiran Purworejo Jateng ini, yang akan saya lakukan bila jadi wali kota salah satunya mengalokasikan setiap RW dana Rp500 juta per tahun. Di Surabaya terdiri dari 1.400 RW. "Jadi total Rp 700 miliar, itu baru 10 persen dari APBD Surabaya," katanya.
Selain itu, Sukoto juga akan menggaransi bahwa Balai Kota adalah rumah rakyat. Nantinya setiap Jumat warga Surabaya bisa datang untuk "open house".
"Jadi saya ingin menghilangkan batas antara pemimpin dan yang dipimpin," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015